Ingin kubunuh pacarmu
Saat dia cium bibir merahmu
Di depan kedua mataku
Hatiku terbakar jadinya cantik
Aku cemburu....
Ingin kubunuh pacarmu
Saat dia peluk tubuh indahmu
Di depan teman-temanku
Makan hati jadinya cantik
Aku....cemburu
Pagi ini, dalam perjalanan ke kantor, Saya mendengar lagu 'Cemburu' dari Dewa 19 yang diputar di radio mobil Corolla Altis kesayanganku. Sebagian lirik lagu CEMBURU saya kutipkan sebagai pembuka tulisan ini, barangkali ada teman-teman yang suka juga lagu ini, bisa membacanya sambil memainkan nadanya.
Gak sadar, Saya ikut nyanyi dengan keras, mungkin kalo kaca mobil gak ditutup, orang-orang di luar mobil akan mendengar suara Saya yang kata sahabat-sahabat di Pejaten mirip banget dengan suara Ari Lasso. Mungkin juga akan ada orang yang melempar duit ke mobil saya karena merasa terhibur. Memangnya saya pengamen? wkwkwk
Setelah selesai mendengar sekaligus menyanyikan lagu 'Cemburu'. Saya pelankan lagi radio. Sopir Saya, yang biasanya diam saja kalo gak diajak ngobrol, tiba-tiba bicara ke Saya “Suara bapak ternyata bagus banget. Lip bapak sinc dengan lagunya, gak meleset sedikitpun. Ekspresi bapak dapat banget, malah lebih bagus dari penyanyi aslinya, Once. Kenapa bapak gak ikut Celebrity Lypsinc Contest di NET TV?”
Mendengar pernyataan sekaligus pertanyaan dari Sopir Saya yang loyal nan innocent, saya memberi tanggapan “Tumben kamu bicara padahal saya gak ajak ngomong. Btw, Seleramu bagus juga yah, gaya bicaramu sudah seperti ahli gerak bibir di acara CLC NET TV si ganteng Soleh Solihun. Ngapain Saya ikut kontes-kontesan lipsinc, emangnya Saya selebritis?”
Dengan tersenyum simpul malu-malu, sopir Saya mengatakan “Bapak memang bukan selebritis, tapi teman-teman Bapak kan banyak selebritis, mulai dari yang kinyis-kinyis, sampai yang matang manggis, beberapa malah ada selebritis yang ganteng tapi manis, kumisnya tipis, tapi kalo pipis bareng-bareng ke toilet gadis.”
Kenapa sebagian lirik lagu cemburu saya jadikan pembuka tulisan ini?
Apa yang dituliskan pencipta lagu cemburu, si genius Ahmad Dhani, situasinya pernah saya alami. Saya pernah terbakar api cemburu yang sangat parah, sampai rasanya ingin membunuh pacar dari cewek incaran Saya waktu SMP.
Hampir Setiap hari saya menjadi secret admirer Dina, gadis cantik blasteran belanda Jawa. Saya sering curi-curi pandang kepadanya, dan tersipu malu saat mata kami gak sengaja bertabrakan dan dia memandang saya dengan tatapan tajam seolah-olah ingin menelanjangi saya. Pernah Saya hamper nekad untuk mengatakan cinta kepadanya, tapi tetap saja saya tak berani, kuatir ditolak halus dengan alasan “Maaf Ton, aku mau focus belajar, bukan mau pacaran.” Itukan sakitnya di sini, di sana, dan di sono.
Menjelang kenaikan kelas, Saya menyesal tidak pernah mengatakan cinta kepada Dina, karena ternyata Dina pacaran dengan kakak kelas. Setiap hari mereka terlihat mesra, makan bersama di kantin, pulang bersama naik sepeda, beberapa kali ku lihat mereka berpelukan dan ciuman bibir di pojokan kelas saat pulang sekolah dan kelas dalam keadaan sepi. Saat itu, Aku cemburu dan ingin membunuh pacarmu.
Suatu hari, seorang sahabat Dina memberitahuku “Ton, hatimu terbuat dari apa sih? Dari batu? Atau dari besi baja? Koq kamu gak cemburu melihat Dina pacaran dengan Doni? Kamu gak berusaha merebut Dina dari Doni? Aku kasih tau kamu yah, Dina pacaran dengan Doni karena ingin manas-manasin kamu. Ia lelah menunggumu untuk menyatakan cinta yang tak kunjung kamu katakan. Dina tau kamu suka dirinya. Dina juga tau kalo dirinya suka kamu, Tapi kamu egois, Kamu memendam rasa itu terus menerus. Dina gak mungkin nembak kamu duluan. Dia perempuan. Walaupun kamu ganteng, pintar dan humoris, bukan berarti kamu berhak untuk terus mempermainkan hati Dina. Dina berharap dengan menerima tembakan Doni, kamu panas dan jadi nembak dia. Ternyata apa? Kamu tetap aja gak bereaksi apa-apa.”
Waduh, saya kaget juga mendengar informasi dari Dini sahabat Dina. Kebetulan Dini tidak kalah cantik jelita dari Dina. Bedanya Dini cantik Indonesia, bukan cantik blasteran. Kalo Dina mirip Luna Maya, Dini lebih mirip Dian Sastro. Walaupun Dina mirip Luna Maya, tapi saya jamin Dina belum terkontaminasi oleh Ariel Peterpan.
Setelah berpikir sejenak, serta memandangi wajah Dini lama-lama, ternyata Dini lebih cantic dari Dina. Saya berpikir “Dina sudah jadi milik Doni, kakak kelas yang bintang basket. Ngapain aku terus mengharapkan Dina dan merebutnya dari Doni? Belum tentu juga Dina mau ama aku. Doni juga gak akan tinggal diam kalo Dina diganggu dan direbut orang lain, bisa-bisa aku dibunuhnya kalo berani-berani rebut Dina. Kenapa gak aku pacarin aja Dini? Dini gak kalah cantic, gak kalah pintar, gak kalah sexy. Mudah-mudahan aja Dini mau jadi pacarku.”
Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajak Dini pacaran. Ini dialog Saya dan Dini :
S : Din
D : iya Ton
S : Dina sudah dengan Doni, aku gak enak ganggu hubungan mereka. Ku lihat Dina dan Doni serasi
D : trus gimana baiknya?
S : Kamu pacarnya siapa?
D : Aku gak ada pacar Ton. Yang suka banyak, tapi belum ada yang sreg di hatiku.
S : Aku juga gak ada pacar Din. Kenapa kita gak pacaran aja?
D : apa Ton? Aku gak dengar?
S : Kenapa kita gak pacaran aja?
D : Apa Ton, ulangi sekali lagi. Aku takut salah dengar?
S : kenapa kita gak pacaran aja?
D : mau Ton.. mau.. Kenapa kamu baru ngomong sekarang, aku sudah suka ke kamu sejak awal masuk sekolah. Dalam hati aku katakan “suatu hari kamu pasti jadi milikku” Makanya aku menutup pintu hati buat pria lain.
S : Aku baru ngomong sekarang, karena aku baru sadar. Kalo kita cinta seseorang, kita harus mengatakannya. Kalo kita diam, orang yang kita cinta tak akan mengerti, malah nanti diambil orang. Contohnya Dina, diambil Doni. Aku sudah kehilangan Dina, gak mau lagi kehilangan kamu Din.
D : Kamu gak akan kehilangan aku Ton. Aku bukan Dina, yang menyerah pada waktu. Aku percaya bahwa Jodoh kita sudah dituliskan oleh Nya. Entah kenapa aku sangat yakin kamu itu jodohku.
S : Untung kamu gak buka hati ke orang lain yah Din. Kalo gak kan aku bakal jomblo terus karena gak berani-berani menyatakan cinta.
D : Bagaimana mau buka hati ke orang lain. Gak ada pria yang seasik kamu Ton. Sudah ganteng, pintar, humoris, setia kawan, tanggung jawab, pintar main bola, dan gak genit ke wanita.
Akhirnya, aku dan Dini pun berpelukan… lama sekali… gak mau lepas… Sampai akhirnya bel tanda pulang sekolah menyadarkan kami untuk saling melepaskan pelukan.
Akhir kata, bener kata mbah di kampung “Kalo jodoh tak akan kemana. Dicari dia pergi, tidak dicari dia menghampiri." Mbah di kampung juga mengajarkan doa khusus untuk berJodoh dengan pria/wanita incaran "Ya Allah, kalo memang dia jodohku mohon didekatkan, kalo bukan jodohku mohon dijadikan jodoh."
Selamat siang Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H