Pagi ini, dalam perjalanan ke kantor, Saya mendengar lagu 'Cemburu' dari Dewa 19 yang diputar di radio mobil Corolla Altis kesayanganku. Sebagian lirik lagu CEMBURU saya kutipkan sebagai pembuka tulisan ini, barangkali ada teman-teman yang suka juga lagu ini, bisa membacanya sambil memainkan nadanya.
Gak sadar, Saya ikut nyanyi dengan keras, mungkin kalo kaca mobil gak ditutup, orang-orang di luar mobil akan mendengar suara Saya yang kata sahabat-sahabat di Pejaten mirip banget dengan suara Ari Lasso. Mungkin juga akan ada orang yang melempar duit ke mobil saya karena merasa terhibur. Memangnya saya pengamen? wkwkwk
Setelah selesai mendengar sekaligus menyanyikan lagu 'Cemburu'. Saya pelankan lagi radio. Sopir Saya, yang biasanya diam saja kalo gak diajak ngobrol, tiba-tiba bicara ke Saya “Suara bapak ternyata bagus banget. Lip bapak sinc dengan lagunya, gak meleset sedikitpun. Ekspresi bapak dapat banget, malah lebih bagus dari penyanyi aslinya, Once. Kenapa bapak gak ikut Celebrity Lypsinc Contest di NET TV?”
Mendengar pernyataan sekaligus pertanyaan dari Sopir Saya yang loyal nan innocent, saya memberi tanggapan “Tumben kamu bicara padahal saya gak ajak ngomong. Btw, Seleramu bagus juga yah, gaya bicaramu sudah seperti ahli gerak bibir di acara CLC NET TV si ganteng Soleh Solihun. Ngapain Saya ikut kontes-kontesan lipsinc, emangnya Saya selebritis?”
Dengan tersenyum simpul malu-malu, sopir Saya mengatakan “Bapak memang bukan selebritis, tapi teman-teman Bapak kan banyak selebritis, mulai dari yang kinyis-kinyis, sampai yang matang manggis, beberapa malah ada selebritis yang ganteng tapi manis, kumisnya tipis, tapi kalo pipis bareng-bareng ke toilet gadis.”
Kenapa sebagian lirik lagu cemburu saya jadikan pembuka tulisan ini?
Apa yang dituliskan pencipta lagu cemburu, si genius Ahmad Dhani, situasinya pernah saya alami. Saya pernah terbakar api cemburu yang sangat parah, sampai rasanya ingin membunuh pacar dari cewek incaran Saya waktu SMP.
Hampir Setiap hari saya menjadi secret admirer Dina, gadis cantik blasteran belanda Jawa. Saya sering curi-curi pandang kepadanya, dan tersipu malu saat mata kami gak sengaja bertabrakan dan dia memandang saya dengan tatapan tajam seolah-olah ingin menelanjangi saya. Pernah Saya hamper nekad untuk mengatakan cinta kepadanya, tapi tetap saja saya tak berani, kuatir ditolak halus dengan alasan “Maaf Ton, aku mau focus belajar, bukan mau pacaran.” Itukan sakitnya di sini, di sana, dan di sono.
Menjelang kenaikan kelas, Saya menyesal tidak pernah mengatakan cinta kepada Dina, karena ternyata Dina pacaran dengan kakak kelas. Setiap hari mereka terlihat mesra, makan bersama di kantin, pulang bersama naik sepeda, beberapa kali ku lihat mereka berpelukan dan ciuman bibir di pojokan kelas saat pulang sekolah dan kelas dalam keadaan sepi. Saat itu, Aku cemburu dan ingin membunuh pacarmu.
Suatu hari, seorang sahabat Dina memberitahuku “Ton, hatimu terbuat dari apa sih? Dari batu? Atau dari besi baja? Koq kamu gak cemburu melihat Dina pacaran dengan Doni? Kamu gak berusaha merebut Dina dari Doni? Aku kasih tau kamu yah, Dina pacaran dengan Doni karena ingin manas-manasin kamu. Ia lelah menunggumu untuk menyatakan cinta yang tak kunjung kamu katakan. Dina tau kamu suka dirinya. Dina juga tau kalo dirinya suka kamu, Tapi kamu egois, Kamu memendam rasa itu terus menerus. Dina gak mungkin nembak kamu duluan. Dia perempuan. Walaupun kamu ganteng, pintar dan humoris, bukan berarti kamu berhak untuk terus mempermainkan hati Dina. Dina berharap dengan menerima tembakan Doni, kamu panas dan jadi nembak dia. Ternyata apa? Kamu tetap aja gak bereaksi apa-apa.”