"Apa yang membuatmu tertawa, putriku? Rasa lapar hampir membunuh kita sekarang ini," ujar ibu.
"Apakah ayah kita ini Ar-Razzaq (Pemberi Rezeki), ataukah pemakan rezeki?" tanya si putri.
"Tentu saja ayah kita adalah pemakan rezeki, sama sepertikita semua. Karena Ar-Razzaq hanyalah Allah," jawab mereka.
"Kalau begitu, telah pergi pemakan rezeki dan tinggallah Ar-Razzaq bersama kita di sini. Sang pemberi rezeki tidak pergi" ujar anak perempuan Hatim.
Belum selesai mereka berbicara, terdengar pintu rumah diketuk. "Siapa yang mengetuk pintu?" tanya mereka.
"Kami pengawal Khalifah. Sesunggunya Amirul Mukminin meminta air minum kepada kalian," jawab si pengetuk pintu.
Mereka segera memenuhi geribah para pengawal dengan air. Ketika air diberikan kepada Khalifah dan rombongan, segera mereka meminumnya karena kehausan. Khalifah benar-benar merasakan kelezatan pada air tersebut.
"Dari mana kalian mendapatkan air ini?" tanya Khalifah.
"Dari rumah Hatim," jawab pengawal.
"Panggil Hatim supaya aku dapat membalas budinya," perintah Khalifah.
"Ia sedang berhaji. Hanya keluarganya yang ada di rumah," jawab pengawal.