Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bersandar Hanya kepada Dzat Yang Mahakuat

28 Maret 2023   22:25 Diperbarui: 28 Maret 2023   22:32 2143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Ramadan -- 5

Hatim Al-Asham (wafat 237 H) adalah salah seorang salih di Baghdad. Ia sangat ingin menunaikan haji, namun terkendala biaya. Jarak dari Baghdad ke Makkah jelas sangat jauh, harus ditempuh dengan kendaraan dan memerlukan bekal biaya perjalanan.

Belum lagi jika berpikir untuk tinggalan keluarga selama dirinya bepergian haji. Hatim benar-benar tidak memiliki cukup biaya baik untuk berangkat haji maupun untuk biaya kehidupan keluarga yang di rumah.

Waktu keberangkatan haji semakin dekat. Hatim belum juga memiliki solusi. Hatinya sangat rindu ingin ke baitullah menunaikan ibadah haji. Namun kewajiban perbekalan belum ia miliki.

Hatim menangis sedih. Salah seorang putrinya heran menyaksikan sang ayah yang salih menangis. "Wahai ayah, gerangan apa yang membuat engkau menangis?'

"Musim haji telah tiba, putriku," jawab Hatim.

"Lalu mengapa engkau tidak pergi berhaji?" tanya sang putri.

"Nafkah. Engkau tahu ayah tak memiliki cukup biaya," jawab Hatim.

"Allah yang akan memberikan engkau rezeki, ayah. Berangkatlah," jawab putri.

"Benar. Namun apa nafkah untuk kalian selama ayah pergi nanti?" tanya Hatim.

"Allah pula yang akan memberikan kami rezeki," jawab sang putri.

"Itu jawabanmu, putriku. Cobalah tanyakan kepada ibumu," ujar ayah.

Sang putri segera menemui ibu dan mendiskusikan tentang keberangkatan haji Hatim. Akhirnya ibu dan anak-anak merelakan Hatim berangkat haji. "Pergilah berhaji, Allah yang akan memberikan kami rezeki," ujar mereka.

Hatim lega mendengar kerelaan mereka. Ia bisa berangkat berhaji. Hatim meninggalkan nafkah untuk keluarga, yang hanya akan cukup untuk tiga hari. Karena memang hanya itu uang yang ia miliki.

Hatim berangkat haji tanpa harta sedikitpun. Ia percaya Allah akan memberikan rezekikepadanya. Ia berangkat bersama kafilah haji dari Baghdad.

Di dalam perjalanan, seekor kalajengking menyengat pemimpin kafilah. Kaki pemimpin kafilah bengkak dan tidak bisa berjalan.

"Siapa di antara kalian yang dapat meruqyah orang sakit?" tanya pimpinan rombongan.

Orang-orang menunjuk Hatim. Maka Hatim segera meruqyah pemimpin kafilah hingga Allah menyembuhkan dan kembali bisa berjalan.

"Aku bersyukur kepada Allah yang telah menyembuhkan aku lantaran kamu. Maka biaya pulang dan pergi Hatim dalam berhaji, aku yang menanggungnya," ujar pimpinan kafilah.

"Ya Allah, ini adalah pemeliharaanMu kepadaku. Perlihatkanlah pula pemeliharaanMu kepada keluargaku," ungkap Hatim memohon kepada Allah.

Perjalanan haji telah berlalu tiga hari. Nafkah yang ditinggalkan untuk keluarga Hatim telah habis dimanfaatkan untuk keperluan makan sehari-hari. Harikeempat mereka mulai diserang rasa lapar. Ibu dan anak-anak Hatim bersedih, serta menyalahkan anak perempuan. Namun putri Hatim hanya tertawa ringan saja.

"Apa yang membuatmu tertawa, putriku? Rasa lapar hampir membunuh kita sekarang ini," ujar ibu.

"Apakah ayah kita ini Ar-Razzaq (Pemberi Rezeki), ataukah pemakan rezeki?" tanya si putri.

"Tentu saja ayah kita adalah pemakan rezeki, sama sepertikita semua. Karena Ar-Razzaq hanyalah Allah," jawab mereka.

"Kalau begitu, telah pergi pemakan rezeki dan tinggallah Ar-Razzaq bersama kita di sini. Sang pemberi rezeki tidak pergi" ujar anak perempuan Hatim.

Belum selesai mereka berbicara, terdengar pintu rumah diketuk. "Siapa yang mengetuk pintu?" tanya mereka.

"Kami pengawal Khalifah. Sesunggunya Amirul Mukminin meminta air minum kepada kalian," jawab si pengetuk pintu.

Mereka segera memenuhi geribah para pengawal dengan air. Ketika air diberikan kepada Khalifah dan rombongan, segera mereka meminumnya karena kehausan. Khalifah benar-benar merasakan kelezatan pada air tersebut.

"Dari mana kalian mendapatkan air ini?" tanya Khalifah.

"Dari rumah Hatim," jawab pengawal.

"Panggil Hatim supaya aku dapat membalas budinya," perintah Khalifah.

"Ia sedang berhaji. Hanya keluarganya yang ada di rumah," jawab pengawal.

Amirul Mukminin melepas ikat pinggangnya. "Ini aku serahkan untuk keluarga Hatim," ujar Khalifah. Sabuk milik Khalifah terbuat dari kain tenun mewah yang bertabur permata yang sangat mahal harganya.

"Siapa yang yang ingin bersamaku?" tanya Khalifah.

Semua anggota rombongan yang sedang bersama Khalifah turut melepaskan ikat pinggang masing-masing. Terkumpullah ikat pinggang dalam jumlah yang banyak.

Salah seorang pedagang yang turut dalam rombongan membeli semua ikat pinggang tersebut dengan emas. Inilah yang diserahkan kepada keluarga Hatim. Berikutnya, pedagang yang membeli ikat pinggang tersebut mengembalikan lagi ikat pinggang kepada para pemiliknya.

Mendapatkan hadiah berupa harta yang sangat banyak tersebut, keluarga Hatim bersyukur dan berbahagia. Mereka belum pernah mendapatkan harta sebanyak itu sebelumnya. Ini adalah harta terbanyak yang pernah merekaperolah dalam kehidupan.

Namun putri Hatim menangis. Sang ibu bertanya, "Perkaramu sungguh mengherankan wahai putriku. Saat kami menangis karena lapar, kamu tertawa. Namun ketika Allah telah memberikan jalan keluar kepada kita, kamu malah menangis. Mengapa kamu berlaku demikian?"

"Makhluk yang tidak menguasai manfaat maupun madharat untuk dirinya sendiri ini (yaitu Khalifah / Raja), melihat kepada kita dengan pandangan iba. Ia telah mencukupi kebutuhan kita. Lalu bagaimana kiranya dengan rajanya para raja (yaitu Allah)?" tanya sang putri.

Demikianlah Allah telah membuktikan janjiNya kepada hamba yang benar-benar bertaqwa dan bertawakal kepadaNya.

"Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan" (QS. Ali 'Imran : 37).

"Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya" (QS. Hud: 6).

"Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan" (QS. An-Najm : 48).

Bahan Bacaan

Muhammad Amin Al-Jundi, Hiburan Orang-Orang Shalih 101 Kisah Segar Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah, Solo, 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun