Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

4 Kesalahan Komunikasi Suami dan Istri

23 Juli 2022   22:04 Diperbarui: 27 Juli 2022   01:15 4069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Perilaku komunikasi suami dan istri. (Foto: Dokumen pribadi)

Tidak semua komunikasi berdampak mendekatkan dan menguatkan hubungan suami istri. Ada perilaku komunikasi yang justru membuat suami dan istri semakin menjauh. Mereka menciptakan jarak, dan pada akhirnya membuat jarak semakin terbentang.

John M Gottman dan Nan Silver (2001) menyatakan, ada empat perilaku komunikasi suami istri yang justru membuat mereka saling menjauh. Empat perilaku ini menjadi kesalahan yang harus dihindari dalam membangun komunikasi.

Seperti apa perilaku komunikasi yang berdampak menjauhkan suami dan istri? Berikut 4 kesalahan tersebut:

  • Criticism
  • Contempt
  • Defensiveness
  • Stonewalling

Mari kita pahami satu per satu, agar bisa menghindari kesalahan komunikasi.

Pertama, Criticism

Yang dimaksud dengan criticism adalah kebiasaan suami dan istri saling melontarkan kritik terhadap pasangannya. Senang mengkritik pasangan, ternyata berdampak menjauhkan mereka.

Kalimat kritik berfokus pada "kamu", dan fokus pada sisi kekurangan pasangan. Gottman menawarkan alternatif solusi, agar lebih berfokus kepada "aku", dengan membangun harapan kebaikan kepada pasangan.

Perhatikan contoh komunikasi criticism berikut.

(1)
Criticism: "Kamu selalu bangun kesiangan".

Alternatif: "Aku merasa lebih nyaman kalau kamu bangun lebih awal".

(2)
Criticism: "Kamu tidak pernah jujur kepadaku".

Alternatif: "Aku merasa bahagia jika kamu menyampaikan apa adanya".

Kedua, Contempt 

Yang dimaksud dengan contempt adalah perilaku suami dan istri saling yang menghina dan melecehkan pasangannya. Setiap bentuk hinaan, baik secara verbal atau nonverbal, pasti menimbulkan perasaan terluka pada pasangan.

Terlebih ketika suami atau istri menunjukkan ekspresi merendahkan pasangan, akan menyebabkan hadirnya sakit hati. Gottman menawarkan alternatif solusi, agar suami dan istri membangun sikap empati, penghargaan dan pemuliaan kepada pasangan.

Perhatikan contoh komunikasi berikut.

(1)
Contempt: Bau badanmu busuk, berapa tahun kamu tidak mandi?

Alternatif: Aku mengerti kamu sangat sibuk mengurus rumah, tapi aku ingin tubuhmu selalu segar dan wangi

(2)
Contempt: Kondisimu sangat menyedihkan, uang bulanan darimu bahkan tidak cukup untuk beli jajan anak kita

Alternatif: Aku memahami kamu sudah sangat keras bekerja, tapi rupanya kita harus menemukan usaha tambahan untuk mencukupi kebutuhan harian keluarga

Ketiga, Defensiveness 

Yang dimaksud dengan defensiveness adalah kebiasaan suami atau istri berfokus pada usaha pembelaan diri dan selalu menyalahkan pasangan. Dengan kata lain, ada kecenderungan untuk melarikan diri dari tanggung jawab.

Defensiveness akan membuat suami dan istri semakin menjauh satu dengan yang lain. Gottman memberikan alternatif solusi agar suami dan istri bersedia mengambil tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan, melakukan introspeksi, sekaligus melakukan perbaikan.

Perhatikan contoh komunikasi defensiveness berikut.

(1)
Istri: "Kamu sering pulang terlambat akhir-akhir ini..."

Suami (defensiveness): "Karena aku sebel dengan rumah kita yang selalu berantakan. Kamu tidak pernah mau merapikan".

Istri: Kamu sering pulang terlambat akhir-akhir ini...

Suami (alternatif): Maafkan aku, sepertinya aku terlalu asyik mengobrol dengan teman setelah jam kerja berakhir....

(2)
Suami: "Mengapa kamu pergi ke rumah ayahmu tanpa pamit padaku?"

Istri (defensiveness): "Karena bicaramu selalu ketus padaku, tidak ada gunanya minta izin darimu".

Suami: "Mengapa kamu pergi ke rumah ayahmu tanpa pamit padaku?"

Istri (alternatif): "Maafkan aku, kemarin aku terlalu sedih sehingga tidak mampu mengungkapkan apa-apa lagi padamu".

Keempat, Stonewalling 

Yang dimaksud dengan stonewalling (membangun benteng) adalah tindakan suami atau istri saling mengabaikan, dan membuat jarak dengan pasangan. Ketika sedang dilanda konflik, suami atau istri menarik diri, atau menjauhkan diri dari pasangan.

Gottman memberikan alternatif solusi, agar suami dan istri menenangkan diri dan mengendalikan emosi. Ini yang membuat benteng itu tidak terbangun, sehingga suami dan istri tidak semakin menjauh.

Contoh perilaku komunikasi stonewalling adalah berikut.

  • Kondisi kelelahan pikologis, emosi tak terkendali, biasanya diikuti respon menarik diri dan membuat jarak dengan pasangan.
  • Meninggalkan pasangan saat belum selesai pembicaraan.

Alternatif solusi, hendaknya suami atau istri menyatakan kepada pasangan:

  • "Aku minta waktu untuk menenangkan diri sejenak..."
  • "Kita selesaikan hal ini besok pagi, aku ingin istirahat dulu..."

Demikianlah 4 kasalahan komunikasi suami istri yang banyak ditemukan dalam studi John Gottman dan Nan Silver. Hendaknya kita bisa menghindarinya, agar suami dan istri semakin mendekat. Bukan semakin menjauh.

Bahan Bacaan

Cahyadi Takariawan, Wonderful Love, Era Intermedia, 2015

John M Gottman & Joan De Claire, The Relationship Cure: 5 Langkah Memperkuat Perkawinan, Keluarga, dan Persahabatan, Java Media, 2007

John M Gottman & Nan Silver, Disayang Suami Sampai Mati, Kaifa, 2001

Muhammad Iqbal, Psikologi Pernikahan, Gema Insani, 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun