Tidak semua komunikasi berdampak mendekatkan dan menguatkan hubungan suami istri. Ada perilaku komunikasi yang justru membuat suami dan istri semakin menjauh. Mereka menciptakan jarak, dan pada akhirnya membuat jarak semakin terbentang.
John M Gottman dan Nan Silver (2001) menyatakan, ada empat perilaku komunikasi suami istri yang justru membuat mereka saling menjauh. Empat perilaku ini menjadi kesalahan yang harus dihindari dalam membangun komunikasi.
Seperti apa perilaku komunikasi yang berdampak menjauhkan suami dan istri? Berikut 4 kesalahan tersebut:
- Criticism
- Contempt
- Defensiveness
- Stonewalling
Mari kita pahami satu per satu, agar bisa menghindari kesalahan komunikasi.
Pertama, Criticism
Yang dimaksud dengan criticism adalah kebiasaan suami dan istri saling melontarkan kritik terhadap pasangannya. Senang mengkritik pasangan, ternyata berdampak menjauhkan mereka.
Kalimat kritik berfokus pada "kamu", dan fokus pada sisi kekurangan pasangan. Gottman menawarkan alternatif solusi, agar lebih berfokus kepada "aku", dengan membangun harapan kebaikan kepada pasangan.
Perhatikan contoh komunikasi criticism berikut.
(1)
Criticism: "Kamu selalu bangun kesiangan".
Alternatif: "Aku merasa lebih nyaman kalau kamu bangun lebih awal".
(2)
Criticism: "Kamu tidak pernah jujur kepadaku".
Alternatif: "Aku merasa bahagia jika kamu menyampaikan apa adanya".
Kedua, ContemptÂ
Yang dimaksud dengan contempt adalah perilaku suami dan istri saling yang menghina dan melecehkan pasangannya. Setiap bentuk hinaan, baik secara verbal atau nonverbal, pasti menimbulkan perasaan terluka pada pasangan.
Terlebih ketika suami atau istri menunjukkan ekspresi merendahkan pasangan, akan menyebabkan hadirnya sakit hati. Gottman menawarkan alternatif solusi, agar suami dan istri membangun sikap empati, penghargaan dan pemuliaan kepada pasangan.
Perhatikan contoh komunikasi berikut.
(1)
Contempt: Bau badanmu busuk, berapa tahun kamu tidak mandi?
Alternatif: Aku mengerti kamu sangat sibuk mengurus rumah, tapi aku ingin tubuhmu selalu segar dan wangi
(2)
Contempt: Kondisimu sangat menyedihkan, uang bulanan darimu bahkan tidak cukup untuk beli jajan anak kita
Alternatif: Aku memahami kamu sudah sangat keras bekerja, tapi rupanya kita harus menemukan usaha tambahan untuk mencukupi kebutuhan harian keluarga
Ketiga, DefensivenessÂ
Yang dimaksud dengan defensiveness adalah kebiasaan suami atau istri berfokus pada usaha pembelaan diri dan selalu menyalahkan pasangan. Dengan kata lain, ada kecenderungan untuk melarikan diri dari tanggung jawab.
Defensiveness akan membuat suami dan istri semakin menjauh satu dengan yang lain. Gottman memberikan alternatif solusi agar suami dan istri bersedia mengambil tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan, melakukan introspeksi, sekaligus melakukan perbaikan.
Perhatikan contoh komunikasi defensiveness berikut.
(1)
Istri: "Kamu sering pulang terlambat akhir-akhir ini..."
Suami (defensiveness): "Karena aku sebel dengan rumah kita yang selalu berantakan. Kamu tidak pernah mau merapikan".
Istri: Kamu sering pulang terlambat akhir-akhir ini...
Suami (alternatif): Maafkan aku, sepertinya aku terlalu asyik mengobrol dengan teman setelah jam kerja berakhir....
(2)
Suami: "Mengapa kamu pergi ke rumah ayahmu tanpa pamit padaku?"
Istri (defensiveness): "Karena bicaramu selalu ketus padaku, tidak ada gunanya minta izin darimu".
Suami: "Mengapa kamu pergi ke rumah ayahmu tanpa pamit padaku?"
Istri (alternatif): "Maafkan aku, kemarin aku terlalu sedih sehingga tidak mampu mengungkapkan apa-apa lagi padamu".
Keempat, StonewallingÂ
Yang dimaksud dengan stonewalling (membangun benteng) adalah tindakan suami atau istri saling mengabaikan, dan membuat jarak dengan pasangan. Ketika sedang dilanda konflik, suami atau istri menarik diri, atau menjauhkan diri dari pasangan.
Gottman memberikan alternatif solusi, agar suami dan istri menenangkan diri dan mengendalikan emosi. Ini yang membuat benteng itu tidak terbangun, sehingga suami dan istri tidak semakin menjauh.
Contoh perilaku komunikasi stonewalling adalah berikut.
- Kondisi kelelahan pikologis, emosi tak terkendali, biasanya diikuti respon menarik diri dan membuat jarak dengan pasangan.
- Meninggalkan pasangan saat belum selesai pembicaraan.
Alternatif solusi, hendaknya suami atau istri menyatakan kepada pasangan:
- "Aku minta waktu untuk menenangkan diri sejenak..."
- "Kita selesaikan hal ini besok pagi, aku ingin istirahat dulu..."
Demikianlah 4 kasalahan komunikasi suami istri yang banyak ditemukan dalam studi John Gottman dan Nan Silver. Hendaknya kita bisa menghindarinya, agar suami dan istri semakin mendekat. Bukan semakin menjauh.
Bahan Bacaan
Cahyadi Takariawan, Wonderful Love, Era Intermedia, 2015
John M Gottman & Joan De Claire, The Relationship Cure: 5 Langkah Memperkuat Perkawinan, Keluarga, dan Persahabatan, Java Media, 2007
John M Gottman & Nan Silver, Disayang Suami Sampai Mati, Kaifa, 2001
Muhammad Iqbal, Psikologi Pernikahan, Gema Insani, 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H