Dengan model pendidikan yang sangat ketat dan disiplin seperti itu, Sri meyakini bahwa kesuksesan hidup akan didapatkan apabila menerapkan pola yang sama dengan yang dicontohkan oleh orang tua.
Sri meyakini tiga saudara kandungnya menjadi orang sukses semua, berkat penerapan manajemen kehidupan yang ketat, jelas dan detail. Hal seperti itulah yang diinginkan Sri dalam kehidupan keluarganya bersama Joko.
Sementara itu Joko terlahir dari keluarga petani desa yang lugu sangat bersahaja. Keluarga yang hidup mengalir bagai air, hidup melayang bagai angin. Tidak mengerti manajemen, tidak mengenal perencanaan, tidak mengetahui evaluasi.
Ayah dan ibu Joko mengajarkan prinsip hidup yang simpel. Menanam padi, menyiangi, memupuk, panen, mengolah hasil panenan, kemudian persiapan menanam, dan begitu seterusnya. Mengalir saja, tidak ada target produksi padi harus berapa kuintal, produksi tahun ini harus berapa kali lipat, tidak ada perencanaan dan target tertentu.
Semua berjalan secara mekanis mengikuti aliran musim. Jika tiba musim tanam, mereka menanam. Jika tiba musim panen, mereka melakukan panen. Berapapun hasilnya, selalu disyukuri.
Hidup itu harus dinikmati. Yang penting mau berusaha, apapun hasilnya harus disyukuri, tidak boleh mengeluh, tidak boleh menggerutu.Â
Hidup prihatin, apa adanya, mengalir begitu saja dan toh nyatanya semua anak berhasil menjadi sarjana. Dengan prinsip hidup yang mengalir bagai air itu, semua bisa bahagia menjalani kehidupan.
Joko tercetak menjadi seorang lelaki yang tidak terbiasa dengan impian dan visi besar. Ia tumbuh menjadi lelaki yang berjiwa bebas, tidak memiliki beban dalam hidup, karena semua bisa dinikmati dan disyukuri. Ia menjalani hidup dengan simpel, mengalir bagai air, tidak pernah mengeluh, tidak pernah "ngoyo" dalam kehidupan.
Joko meyakini, cara hidup yang diajarkan orang tuanya lebih menjamin lahirnya kebahagiaan bagi keluarga. Hal itu karena selalu melihat segala sesuatu dalam bingkai kepasrahan, "nrimo ing pandum", tidak "ngoyo", dan selalu bersyukur.
Dua pribadi, dua karakter, dua watak, dua sifat, dua sikap yang sangat berbeda, bahkan bisa dikatakan bertolak belakang. Hal yang membuat Sri merasa stres adalah sikap santai Joko.
Bagi Sri, Joko adalah tipe lelaki yang tidak bertanggung jawab. Ukuran tanggung jawab bagi Sri adalah perencanaan, target, manajemen, strategi, evaluasi, disiplin dan kerja keras. Ia tidak melihat hal-hal itu ada pada diri Joko.