Kelima, Libatkan Diri dalam Kegiatan AnakÂ
Menjadi sahabat artinya Anda harus selalu berupaya memahami apa yang disukai dan tidak disukai anak-anak.Â
Orang tua harus mampu menyelami dunia anak-anak. Dengan memani dan mendampingi anak bermain dan belajar, anda akan paham kebiasaan serta karakter anak.Â
Cermati apa yang mereka lakukan saat bermain, menonton, atau belajar. Perhatikan kreativitasnya dari aktivitas keseharian baik di rumah maupun di sekolah.
Dr. Charles Schaefer pernah membuat survey terhadap 2000 orang anak yang menanyakan mereka tentang perubahan apakah yang mereka kehendaki atau inginkan terjadi dalam kehidupan keluarga mereka.Â
Jawaban terbanyak bila diurutkan adalah pelajaran agama lebih banyak, kemudian komunikasi yang lebih baik dan ketiga adalah waktu yang lebih banyak untuk bersama-sama sebagai satu keluarga.
Dengan melakukan kegiatan bersama anak secara telaten dan sabar, orang tua dapat memahami kelebihan dan kekurangan anak.Â
Orang tua juga mampu memahami kondisi anak, mengerti situasi hati anak, mengerti hal-hal yang disenangi serta tidak disenangi anak, menerti cara memasuki hatinya.
Keenam, Berikan Penghargaan dan HukumanÂ
Ketika anak berbuat salah, tegurlah dengan bijak. Jika perlu, berikan hukuman yang bersifat mendidik. Jangan mengekspresikan kemarahan berlebihan yang akan membuatnya tertekan dan merasa direndahkan. Apalagi dengan bentakan, hardikan, pukulan, tendangan serta tindakan fisik lainnya.Â
Hal-hal itu akan menyakiti hati anak-anak, membuat anak merasa tidak diterima, merasa terbuang, tersisihkan dan bisa menimbulkan rasa dendam.