Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Menantu Berniat Meracun Mertua

22 Agustus 2021   19:53 Diperbarui: 22 Agustus 2021   22:00 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah berikut sangat masyhur. Banyak disampaikan di berbagai forum, banyak ditulis dan disebar melalui media sosial. Sayang, rujukannya tidak jelas. Saya memasukkan kisah berikut sebagai jenis dongeng atau hikayat, yang bisa diambil hikmah dan pelajarannya.

Karena tujuannya adalah mengambil hikmah dan pelajaran, tak apa saya tulis ulang di sini. Untuk menulis ulang dongeng ini, saya merujuk kepada 5 (lima) blog. Isi kisah di lima blog tersebut sangat mirip, namun nama pelakunya berbeda-beda. Kesamaan dari kelima blog tersebut, sama-sama tidak menyebutkan rujukan kisah diambil dari mana.

Mari kita simak kembali dongeng berikut.

Pada sebuah kampung nan jauh dari keramaian kota, hiduplah seorang perempuan bersama ibu mertuanya. Ibu mertua sudah usia lanjut, dan sakit-sakitan.

Perempuan ini sangat membenci ibu mertua. Hampir setiap hari mereka terlibat konflik. Tidak ada yang mau mengalah di antara mereka berdua.

Karena merasa sudah tidak kuat lagi menghadapi ibu mertua, suatu hari ia mendatangi seorang tabib paling senior di daerah itu.

"Tabib, saya hendak minta tolong. Tapi jaga kerahasian diri saya", pintanya.

"Baiklah, apa maumu?" jawab Tabib.

"Tolong buatkan ramuan racun yang manjur, yang bisa mematikan ibu mertua saya. Tapi saya ingin dilakukan dengan cara yang halus, sehingga tak ada orang yang akan curiga kepada saya," ujar perempuan tersebut.

"Mudah saja itu. Tunggu sebentar," jawab Tabib.

Tabib masuk ke dalam ruang racikan. Beberapa saat kemudian, ia kembali membawa ramuan dimaksud.

"Ramuan ini sangat manjur," ujarnya. "Berikan kepada ibu mertuamu, sehari tiga kali, sembari kamu mengantar makanan. Ramuan ini akan bekerja dalam saru bulan".

"Selama ini aku tak pernah mengantar makanan untuknya", ungkap si perempuan.

"Mulai hari ini, berbuat baiklah kepadanya. Ingat, ini hari-hari terakhir kehidupan ibu mertuamu. Berbuatlah sebaik mungkin. Sediakan makanan untuknya, sembari kami tambahkan ramuan ini. Berlakulah sopan, hormati ibu mertuamu, jangan membentak, jangan berlaku kasar kepadanya", tambah Tabib.

"Itu sangat berat bagi saya", ungkap si perempuan.

"Kamu ingin ia mati dengan cara yang halus kan? Supaya orang tidak curiga kepadamu? Nah, berbuat baiklah kepada ibu mertuamu di hari-hari akhir kehidupannya", pesan Tabib.

"Baiklah, saya mengerti". Perempuan itu segera pulang, membawa ramuan manjur dari Tabib.

Sesampai di rumah, ia mulai menjalankan perintah Tabib. Dengan sabar dia berusaha berbuat baik kepada ibu mertuanya. Ia layani keperluan makan ibu mertua, sehari tiga kali, sembari ditambah ramuan manjur dari Tabib.

Sembari melayani makan, ia bilang bahwa ramuan itu adalah obat yang akan menyembuhkan penyakit ibu mertua. Hari demi hari berlalu. Sang menantu selalu berusaha berbuat baik, sesuai pesan Tabib. Tak ada lagi pertengkaran semenjak itu.

Ibu mertua yang awalnya bersikap buruk pada menantu, secara perlahan berubah menjadi lebih baik. Ibu mertua merasa tersentuh oleh sikap baik menantunya. Mereka bahkan menjadi sangat akrab.

Menjelang stu bulan, hubungan mertua dan menantu terjalin semakin mesra. Menantu perempuan yang semula sangat membenci ibu mertuanya, kini berubah menjjadi sayang. Ia merasa ibu mertuanya telah benar-benar berubah. Ia tersentuh oleh kebaikan sikap dan ketulusan ibu mertua.

Kondisi ini membuat si menantu menyesal luar biasa. Ia segera kembali mendatangi Tabib.

"Tolong saya Tabib. Berikan penawar untuk racun tersebut. Saya tidak ingin ibu mertua saya mati. Saya kini sangat mencintainya. Dia pun kini sangat baik dan sayang pada saya. Saya tak ingin dia mati," ujar si perempuan.

Tabib hanya tersenyum. "Tenang, kamu tidak perlu khawatir. Ramuan yang saya berikan dulu itu adalah herbal yang membuat tubuh ibu mertua Anda semakin sehat."

"Jadi, jadi itu bukan racun?"

"Bukan. Justru dia obat," ujar Tabib.

Perempuan itu merasa lega. Sembari pulang ia berkali-kali mengucapkan syukur. Ia menjadi sadar bahwa perbuatan baik mampu melunakkan hati ibu mertuanya. Sebaliknya, perbuatan baik ibu mertua mampu melunakkan hatinya.

Siapakah Nama Perempuan Itu?

Coba kita bertanya, siapa nama perempuan itu? Saya mendapatkan banyak jawaban. Silakan simak lima sumber yang saya tulis di bagian bawah ini.

Berdasarkan sumber nomer [1], wanita tersebut bernama Lie Hua, dari negeri China. Berdasarkan sumber nomer [2], wanita tersebut bernama Saeimafu, suaminya bernama Yudosi, ibu Yudosi bernama Yaorin. Berdasarkan sumber nomer [4], wanita tersebut bernama Uraynab, suaminya bernama Yazid. Sedangkan sumber nomer [3] dan [5] tidak menyebutkan nama siapapun.

Apakah penting nama-nama itu? Sebagai dongeng, jelas tidak penting. Terlebih tidak ada sumber akurat untuk mempercayai nama-namanya.

Lalu siap nama Tabib? Tidak satupun sumber menyebutkan. Kita boleh memberi nama sendiri. Sebut saja, ia Tabib Tong Fang.

Apa Pelajaran Pentingnya?

Dongeng di atas, memberikan pelajaran penting bagi kita. Bahwa perbuatan baik akan mampu melunakkan hati mertua. Perbuatan baik akan mampu melunakkan hati menantu.

Kadang menantu jengkel oleh sikap mertua, sehingga ia berlaku jahat kepada mertuanya. Merasa diperlakukan jahat, sang mertua bersikap jahat pula kepada menantu. Sang menantu bertambah marah karena mertua bertambah jahat kepadanya, maka iapun meningkatkan dosis kejahatannya terhadap mertua.

Maka jika ingin disayang mertua, berbuat baiklah kepada mertua Anda. Jangan menunggu ia berbuat baik kepada Anda, baru Anda berbuat baik kepadanya.

Demikian pula jika ingin disayang menantu, berbuat baiklah kepada menantu Anda. Jangan menunggu ia berbuat baik kepada Anda, baru Anda berbuat baik kepadanya. Berikaplah proaktif, memulai bukan menunggu.

Semua perbuatan baik, selalu akan berbuah baik. Percayalah.

Sumber Cerita

[1] Anonim, Mengubah Dunia, 10 Desember 2014

[2] Dewi R, Kisah Mertua dan Menantu, 27 Agustus 2016

[3] Gusti Muhammad Hermawan, Kisah Inspiratif Mertua dan Menantu, 5 Mei 2019 

[4] Ismayanti Apriyani, Mertua VS Menantu, 13 Desember 2018 

[5] Jonriah Jonru Ukur, Meracuni Ibu Mertua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun