Satu sisi, keluarga baru akan bisa memiliki otoritas dan keleluasaan sebagai satu rumah tangga. Di sisi lain, tetap bisa menjaga ibu mertua, dan mendampingi beliau di masa tua.
Tentu tidak mudah untuk menjelaskan keputusan ini kepada ibu mertua. Namun kunci utama ada pada sang suami --sebagai anak lelaki yanh sangat dicintai ibunya. Sang suami yang harus melobi dan mendekati ibu agar bisa menerima keputusan ini.
Bisakah ibu mertua menerima keputusan sepihak ini? Alhamdulillah bisa. Meskipun disertai kemarahan dan kata-kata pedas, namun sang ibu membolehkan sang menantu tinggal di rumah kontrakan. Dengan syarat anak lelakinya tetap menemani di malam hari.
Ini hasil akhirnya --sang suami mulai habis subuh sampai isya di rumah kontrakan bersama sang istri. Bakda Isya sampai subuh menemani sang ibu di rumahnya. Sebuah negosiasi dan kompromi yang memenangkan kedua belah pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H