Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Mertua Membawa Derita

25 Juli 2021   20:33 Diperbarui: 25 Juli 2021   20:38 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://startsat60.com/

Apa yang Anda lakukan jika memiliki mushaf Al-Qur'an yang sudah tua? Mushaf yang sudah tua dan rusak, meskipun sudah tidak bisa dibaca dan tidak utuh, banyak bagian yang sobek atau hilang, namun tetap wajib dihormati. Tidak boleh dibuang --apalagi ke tempat sampah. Harus tetap disimpan di tempat yang terhormat.

Seperti itukah jika memiliki mertua yang temperamental dan tak ramah pada menantu? Jika menantu melawan, bisa menjadi menantu durhaka. Takut kualat sama mertua. Namun jika dibiarkan saja, rasanya sudah tidak berguna.

Canda di atas disampaikan seorang Kyai sepuh yang sering dipotong ceramahnya di bagian lucu-lucu dan diposting di Tiktok oleh fans-nya. Beliau menggambarkan, memiliki istri yang sudah tua, seperti menyimpan mushaf tua. Dibaca tidak bisa, dibuang dosa.

Ternyata, realitas dalam kehidupan masyarakat kita, menunjukkan banyak dilema. Sangat banyak konflik antara menantu mertua, atau ketidakbaikan hubungan di antara mereka. Kondisi ini membuat kehidupan rumah tangga menjadi terganggu.

Sebagai menantu, mereka harus berusaha menerima dan menghormati mertua. Namun dari sisi mertua, seakan tidak mengerti kewajiban terhadap menantu. Hanya bisa menuntut hak, namun tidak memberikan kewajiban sebagai mertua.

Ibu Mertua yang Membuat Derita

Perhatikan curhat seorang perempuan berikut ini. Saya hilangkan nama dan lokasi. Hanya saya sampaikan isi cerita, untuk menjadi pelajaran bagi kita semua.

Usia pernikahan kami berjalan dua tahun. Semenjak menikah saya harus tinggal serumah dengan ibu mertua yang sudah tua. Usia beliau hampir 80 tahun.

Ayah mertua  sudah lama meninggal dunia, sementara suami saya adalah anak lelaki terakhir dan sekaligus paling dekat dengan ibunya. Suami saya adalah satu-satunya anak yang bisa dekat dengan ibu mertua, maka ia merasa harus tinggal bersama ibu untuk merawat.

Masalah muncul karena karakter ibu mertua yang sangat temperamental. Di satu sisi beliau sangat sayang kepada suami saya, namun justru saking sayangnya, maka sangat mengatur terhadap kehidupan keluarga kami. 

Bahkan sampai kepada hal-hal teknis dan praktis. Misalnya soal mencuci pakaian suami. 

Sebelum menikah, saya biasa mencucikan pakaian saya ke laundry. Namun semenjak menikah, ibu mertua menyuruh saya untuk mencuci pakaian suami dengan cara ibu, tidak boleh laundry dan tidak boleh menggunakan mesin cuci. Harus dengan tangan saya sendiri.

Tidak cukup sampai di situ. Hasil cucian saya dinilai tidak bersih, sehingga setelah saya jemur, semua pakaian suami saya dicuci ulang oleh ibu mertua. Hal seperti ini terjadi setiap hari, yang membuat saya tidak betah tinggal serumah dengan ibu mertua. 

Setiap hari saya selalu dimarahi dan disalahkan. Segala sesuatu harus sesuai dengan keinginan dan caranya. Seperti cara memasak, cara membersihkan piring, gelas, dan peralatan dapur.

Saya tidak tahan dengan sikap ibu mertua seperti ini. Saya ingin pulang ke rumah orang tua saya sendiri. Apa yang harus saya lakukan?

*****

Menurut Anda, apa yang harus dilakukan oleh sang menantu perempuan tersebut?

Jika melihat profil ibu mertua yang sudah menjelang 80 tahun itu, memang tidak mudah bagi kita untuk mengharap perubahan darinya. Sang mertua sudah mencapai usia akhir, yang sudah memiliki karakter menetap. Tidak seperti anak kecil atau anak muda, yang masih mudah dibentuk kepribadiannya.

Sifat kebanyakan orangtua adalah selalu merasa lebih tahu dan lebih benar daripada anak muda. Mereka hidup pada zaman dan tantangan yang sangat berbeda dengan menantu yang masih muda belia.

Selisih usia hampir 60 tahun antara mertua dengan menantu, menyebabkan sangat banya perbedaan. Misalnya pola pikir, cara pandang, gaya kehidupan, yang amat sangat jauh berbeda. Belum lagi perbedaan dalam tingkat pendidikan, status sosial, dan lain sebagainya.

Menyadari perbedaan tersebut, disertai kondisi ibu mertua yang sudah tua, saran yang bisa saya sampaikan adalah tinggal terpisah dari ibu mertua. Keluarga baru ini bisa mengontrak rumah --jika belum bisa membeli sendiri, yang dekat dengan rumah ibu mertua.

Satu sisi, keluarga baru akan bisa memiliki otoritas dan keleluasaan sebagai satu rumah tangga. Di sisi lain, tetap bisa menjaga ibu mertua, dan mendampingi beliau di masa tua.

Tentu tidak mudah untuk menjelaskan keputusan ini kepada ibu mertua. Namun kunci utama ada pada sang suami --sebagai anak lelaki yanh sangat dicintai ibunya. Sang suami yang harus melobi dan mendekati ibu agar bisa menerima keputusan ini.

Bisakah ibu mertua menerima keputusan sepihak ini? Alhamdulillah bisa. Meskipun disertai kemarahan dan kata-kata pedas, namun sang ibu membolehkan sang menantu tinggal di rumah kontrakan. Dengan syarat anak lelakinya tetap menemani di malam hari.

Ini hasil akhirnya --sang suami mulai habis subuh sampai isya di rumah kontrakan bersama sang istri. Bakda Isya sampai subuh menemani sang ibu di rumahnya. Sebuah negosiasi dan kompromi yang memenangkan kedua belah pihak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun