Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sejarah Kedai Kopi Pak Rohmat di Bukit Menoreh

26 Desember 2020   09:27 Diperbarui: 26 Desember 2020   21:41 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat pertama kali bertemu di Kedai Kopi Pak Rohmat di Menoreh, saya sempat berdesis, "Apakah ini Kiai Gringsing yang terkenal itu?" Tapi sepertinya bukan.

Tidak tampak bahwa dirinya memiliki ilmu kanuragan yang nggegirisi sebagaimana dimiliki Kiai Gringsing. Mungkin ia adalah Ki Widura yang bijak. Ah, sepertinya juga bukan. Sebab Ki Widura, paman Agung Sedayu, bertugas di Kademangan Sangkal Putung.

Lalu siapakah gerangan lelaki mengenakan iket dan baju sorjan ini? Jika menilik keberadaan dan pengaruhnya di Tanah Perdikan Menoreh, kemungkinan ia adalah Ki Argapati alias Ki Gede Menoreh. Ya, tak salah lagi. Ia pasti Ki Gede Menoreh.

Sebuah sapaan membuyarkan lamunanku.

"Mari silakan pinarak, Ki Sanak," ujarnya ramah kepada tetamu.

Segera saya hampiri lelaki berbaju sorjan itu, "Terimakasih Ki Gede Menoreh. Sudah lama saya ingin mengunjungi padepokan ini, rupanya baru sekarang bisa kesampaian".

"Ah, saya yang tersanjung mendapat kehormatan besar ini. Apakah semua Ki Sanak ini berasal dari Kademangan Gambiran?" ujar Ki Gede Menoreh.

"Benar, Ki Gede. Kami semua dari tlatah Kademangan Gambiran. Yang berbaju hitam itu adalah Ki Demang Gambiran yang bernama Ki Boedi Dewantoro", jawab saya.

"Sugeng enjang Ki Gede, senang sekali bisa bertemu", ujar Ki Demang Gambiran.

Dalam pada itu, Ki Gede Menoreh segera mengajak kami semua menuju pringgitan. Sebuah tempat yang sangat asri di tengah kebun kopi. Aneka jajanan telah menanti, untuk menemani kopi panas yang sengaja digiling dan diseduh untuk kami.

"Mari silakan disantap Ki Sanak. Semua sajian ini adalah hasil bumi Tanah Perdikan Menoreh. Termasuk kopi yang kami tanam sendiri", ujar Ki Gede Menoreh dengan ramah dan sopan.

Kami semua langsung menyantap aneka hidangan sedap tersebut.  Sungguh lezat, semua terasa tepat dengan situasi perbukitan Menoreh yang dingin.

"Bersyukur, banyak tokoh penting pernah mampir ke Kedai ini. Nak mas Agung Sedayu, Nak mas Untara, Ki Tanu Metir, Ki Tambak Wedi, Ki Sumangkar pernah duduk di tempat ini. Bahkan anak-anak muda kampus, seperti Glagah Putih, Sidanti dan Swandaru Geni, sering datang ke sini", ujar Ki Gede Menoreh.

“Apakah Pandan Wangi ada di rumah, Ki Gede?” tanya Ki Demang Gambiran. Pandan Wangi adalah putri Ki Gede.

“Benar Ki Demang, ia sedang di rumah. Beberapa waktu lalu Sekar Mirah, dan Rara Wulan, adik kandung Ki Teja Prabawa, mampir ke sini”, jawab Ki Gede.

Tidak terasa, semua jajanan sudah kami habiskan. Kopi Menoreh yang sangat lezat sudah kami nikmati, disertai obrolan yang menyenangkan

"Hampir fajar", desis Ki Gede Menoreh tiba-tiba.

"Belum Ki Gede. Masih panjang. Sekarang baru masuk waktu shalat Duhur. Kami minta izin untuk menunaikan shalat", ujar saya.

Kami semua menunaikan shalat berjama'ah di pringgitan yang digunakan untuk mushalla, dipimpin Kiai Gembira Loka. Suasana sejuk perbukitan membawa kami kepada shalat yang khusyuk. Saya lihat Ki Gede Menoreh ikut menjalan ibadah shalat Duhur bersama kami.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Mengenal Sosok "Ki Gede Menoreh" Zaman Now

Dialog imajiner di atas, adalah setting dalam serial kisah Api di Bukit Menoreh karya SH. Mintardja yang sangat melegenda. Inilah yang akan menjadi latar dalam buku Ngopi di Bukit Menoreh --yang sedang saya siapkan bersama tim.

Lelaki mengenakan iket dan baju sorjan yang saya sebut Ki Gede Menoreh itu adalah Pak Rohmat, pemilik Kedai Kopi di perbukitan Menoreh. Terlahir di Kulonprogo 25 Desember 1965 dari keluarga petani. Rohmat adalah nama yang disematkan oleh kedua orangtua kepada dirinya semenjak lahir. Namanya pendek, Rohmat, namun maknanya panjang.

Ia pernah belajar di STM Muhammadiyah Wates, jurusan Mesin Produksi. Istrinya bernama Hj. Nurila. Dikaruniai dua orang putra, yaitu Hamid Abdul Rosyad dan Ahmad Syarif Hidayatullah. Pak Rohmat bahkan sudah dikaruniai dua cucu, yaitu Fatika Asifa Pusitasari dan Al Khalifi.

Pak Rohmat hidup sebagai petani dan buruh bangunan. Sebagaimana masyarakat desa pada umumnya, ia hidup sederhana untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Ia bersama keluarga tinggal di sebuah rumah sederhana di Madigondo, RT.26/RW.10, Sidoharjo, Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55673. Nomer HP Pak Rohmat adalah +62 878-4319-6105. Anda bisa silaturahim melalui whatsapp di nomer yang sama.

Akrab dengan Tanaman Kopi

Sejarah kopi di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari penindasan dan penjajahan kolonial Belanda. Keluarga Pak Rohmat mulai menanam kopi mulai sejak zaman kakek buyut. Sejak zaman penjajahan Belanda kakek buyut dan masyarakat di perbukitan Menoreh sudah menanam kopi. Petani menanam kopi atas perintah kolonial Belanda, sama seperti di Aceh, Sunda, Maluku dan tempat lainnya.

Pada saat itu kolonial Belanda melarang petani minum kopi. Mereka mengatakan, "Kopi itu pahit". Para petani menurut, karena paksaan Belanda. Bahkan di Aceh, petani hanya diperbolehkan minum seduhan daun kopi, sedangkan biji kopi dibawa ke Belanda. Sebuah penjajahan dan pembodohan yang berlangsung sangat lama di Nusantara.

Pak Rohmat merupakan generasi ketiga penanam kopi di Perbukitan Menoreh. Saat ini ia merawat tanaman kopi dengan cinta, serta mengganti tanaman yang rusak atau mati. Kopi sudah menjadi teman sehari-hari, yang dirawat dan dikunjungi.

Dirinya mulai tergerak mengolah kopi pada tahun 2010. Waktu itu ia mengawali usaha dengan menjual biji kopi ke pasar, namun harganya sangat rendah. Lalu Pak Rohmat berinisiatif mengolah dalam bentuk bubuk kopi agar meningkat nilai jual. Usaha ini mulai membuahkan hasil.

Di samping dijual ke pasar tradisional, sebagai buruh bangunan Pak Rohmat juga menjual bubuk kopi ke teman teman sesama pekerja. Teman-teman buruh bangunan menyukai kopi olahan Pak Rohmat, sehingga akhirnya tersebar dari mulut ke mulut.  Pak Rohmat mulai sering mendapat pesanan kopi bubuk dari rekan-rekan pekerja bangunan, termasuk para mandor dan manajer.

Membangun Kedai Kopi

Hingga suatu ketika, Pak Irsyam Sigit Wibowo, owner Restoran Umah Dhuwur Kotagede, mendapatkan kopi bubuk pak Rohmat dan merasa cocok dengan cita rasanya. Sejak saat itu, Pak Irsyam menjadikan Kopi Menorah sebagai menu di restorannya. Dari sini, usaha Pak Rohmat menjadi semakin membaik.

Suatu ketika, di tahun 2014, Pak Irsyam meminta dibuatkan tempat ngopi untuk sekitar 20 orang. Komunitas motor gedhe milik Pak Irsyam melakukan perjalanan dan akan mampir ngopi di Menoreh. Pak Rohmat segera menyiapkan segala sesuatunya untuk menjamu tamu istimewa ini. Alhamdulillah, jamuan untuk Komunitas Moge memuaskan.

Dari komunitas Moge itulah tamu mulai berdatangan. Mereka menyebar informasi kepada jejaring dan keluarga di berbagai kota, agar menyempatkan singgah di Kedai Kopi Pak Rohmat saat berlibur ke jogja. Semenjak itu, ia mulai membuka kedai kopi di rumahnya, atas saran Pak Irsyam.

Pada kesempatan yang lain, Pak Irsyam mengajak Klub Avanza untuk ngopi di Kedai Kopi Pak Rohmat. Makin lama, Kedai Kopi Pak Rohmat makin banyak dikunjungi tamu. Pada saat itu, Pak Rohmat belum mengenal media sosial. Kebanyakan tamu mendapatkan informasi dari para pelanggan.

Pada akhir tahun 2015, komunitas Balai Budaya Gambiran (BBG) pimpinan pak Boedi Dewantoro mengunjungi Kedai Pak Rohmat.  Pada tahun 2016, rombongan komunitas BBG hadir beberapa kali dalam bentuk rombongan besar. Di antara yang hadir adalah ustadz Salim A. Fillah, pak Cahyadi Takariawan, pak Boedi Dewantoro, dan kawan-kawan, yang sekarang berada dalam Komunitas Wedangan BBG.

Usai melakukan kunjungan ke Kedai Kopi Pak Rohmat, secara massif mereka menyebar tulisan dan ajakan untuk mengunjungi Kedai Kopi Pak Rohmat, melalui media sosial. Bertebaranlah ulasan dan ajakan untuk ngopi di Bukit Menoreh, melalu berbagai media. Alhamdulillah, semakin mendongkrak popularitas Kedai Kopi Pak Rohmat.

Bukan hanya itu, melalui komunitas BBG, pak Rohmat berhasil mewujudkan pembangunan musholla di kedainya. Tulisan ustadz Salim A. Fillah beserta para pegiat BBG yang mengajak masyarakat untuk membantu pembangunan musholla di Kedai Kopi Pak Rohmat bersambut luas.  Dana terkumpul, dan diwujudkan musholla.

Pak Rohmat sangat berbahagia dengan terwujudnya mushollah di kedai kopinya. Dengan musholla ini, para tamu akan bisa leluasa beraktivitas seharian, tidak khawatir tentang tempat shalat.

Selain dari Pak Irsyam Sidik Wibowo, Pak Rohmat juga mendapatkan suport dari Dinas Kesehatan, Dinas Pariwisata, Dinas Perkebunan serta Dinas Koperasi. Pada acara Festival Kuliner Nusantara tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata, Pak Rohmat mendapatkan penghargaan sebagai Juara Pertama, dan bantuan modal usaha Rp 500rb.

dokumen pribadi - sebelum pandemi
dokumen pribadi - sebelum pandemi
Beberapa Hambatan

Hambatan yang dihadapi Pak Rohmat dalam mengembangkan kopi adalah pada ketersediaan benih yang baik. Jika lewat pemerintah, harus melalui kelompok tani dengan prosedur dan birokrasi yang panjang. Maka harus mengandalkan benih lokal sendiri, misalanya menyemai benih kopi yang sisa dimakan luwak atau tupai, untuk mengganti tanaman yang mati atau rusak.

Hambatan lain, saat ini Menoreh belum masuk rute destinasi utama wisatawan asing. Biasanya turis asing menjalani rute Jogja -- Borobudur dan sekitarnta. Namun belum lanjut ke kawasan perbukitan Menoreh. Dengan demikian, belum banyak dikenal luas oleh wisatawan.

Saat ini sudah ada beberapa wisatawan asing menikmati kopi di Kedai Pak Rohmat Menoreh. Bahkan sebagian menginap ala kadarnya di saung-saung yang ada di lokasi Kedai Pak Rohmat. Namun itu masih bersifat 'kebetulan', bukan sesuatu yang diprogram.

Bersyukur, sejak 2017 Dinas Perkebunan mulai memberikan suport dengan pelatihan budidaya kopi, sejak dari pra penanaman, masa penanaman, panen, serta pasca panen. Ada pula pelatihan dari Dinas Koperasi tentang pemasaran, dari Diperindag pelatihan tentang cara produksi menggunakan alat alat pengolahan. Sayang, belum pernah mendapat pelatihan barista kopi.

Ia berharap Pemerintah Daerah selalu memberikan bimbingan dengan program pembinaan serta pelatihan dari dinas terkait. Pembinaan yang dibutuhkan adalah edukasi seputar budidaya kopi, pelayanan tamu, barista, dan pengembangan bisnis UMKM.

Harapan dan Pengembangan ke Depan

Pak Rohmat berharap, Kedai Kopi yang dirintisnya terus berkembang, bisa menjadi usaha turun temurun sampai anak cucu. Ia juga berharap perbukitan Menoreh bisa menjadi destinasi utama wisata. Kedai Kopi Pak Rohmat berada kawasan wisata Puncak Suroloyo, Kebun Teh, Embung Tonegoro, wisata Sendangsono, serta Borobudur.

Untuk Kedai yang sekarang ada di rumahnya, ia berharap bisa membangun saung-saung sampai ke bagian pinggir kali dan air terjun. Ia juga ingin membangun guest house atau resort, serta membangun kawasan sungai menjadikan tempat bermain bagi tamu. Dengan demikian, bisa menjadi destinasi wisata terpadu.

Pak Rohmat bercita-cita membangun satu kedai di Puncak Menoreh untuk genre kafe modern yang bisa menjadi perhatian kaum milenial. Ini adalah bagian dari upaya menjadikan kawasan Perbukitan Menoreh menjadi lebih banyak dikunjungi wisatawan, bukan hanya untuk kuliner, namun untuk mengakrabi sejarah besar yang ada di kawasan ini.

Sebagaimana diketahui, Pangeran Diponegoro telah memilih kawasan Menoreh menjadi salah satu markas perjuangan beliau. Bahkan Ramadhan terakhir sebelum sang Pangeran dijebak Belanda, beliau memilih beraktivitas puasa di Menoreh. Sejarah ini yang membuat Menoreh menjadi salah satunrute napak tilas Diponegoro.

Harapan lainnya, melalui usaha Kedai Kopi ini, Pak Rohmat ingin bisa menjalankan Umroh dan haji bersama istri dan keluarga. Semoga dimudahkan dan diberkahi. Aamiin.

Mari ngopi eksotis bersama Ki Gede Menoreh zaman now, di Kedai Kopi Menoreh. "Monggo pinarak, Ki Sanak", demikian Ki Gede akan menyapa Anda.

Catatan

1. Data - hasil wawancara Sujono dengan Pak Rohmat di Menoreh, 25 Desember 2020

2. Ilustrasi - coretan tangan Nur Aziz Prabanistian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun