Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sejarah Kedai Kopi Pak Rohmat di Bukit Menoreh

26 Desember 2020   09:27 Diperbarui: 26 Desember 2020   21:41 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia pernah belajar di STM Muhammadiyah Wates, jurusan Mesin Produksi. Istrinya bernama Hj. Nurila. Dikaruniai dua orang putra, yaitu Hamid Abdul Rosyad dan Ahmad Syarif Hidayatullah. Pak Rohmat bahkan sudah dikaruniai dua cucu, yaitu Fatika Asifa Pusitasari dan Al Khalifi.

Pak Rohmat hidup sebagai petani dan buruh bangunan. Sebagaimana masyarakat desa pada umumnya, ia hidup sederhana untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Ia bersama keluarga tinggal di sebuah rumah sederhana di Madigondo, RT.26/RW.10, Sidoharjo, Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55673. Nomer HP Pak Rohmat adalah +62 878-4319-6105. Anda bisa silaturahim melalui whatsapp di nomer yang sama.

Akrab dengan Tanaman Kopi

Sejarah kopi di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari penindasan dan penjajahan kolonial Belanda. Keluarga Pak Rohmat mulai menanam kopi mulai sejak zaman kakek buyut. Sejak zaman penjajahan Belanda kakek buyut dan masyarakat di perbukitan Menoreh sudah menanam kopi. Petani menanam kopi atas perintah kolonial Belanda, sama seperti di Aceh, Sunda, Maluku dan tempat lainnya.

Pada saat itu kolonial Belanda melarang petani minum kopi. Mereka mengatakan, "Kopi itu pahit". Para petani menurut, karena paksaan Belanda. Bahkan di Aceh, petani hanya diperbolehkan minum seduhan daun kopi, sedangkan biji kopi dibawa ke Belanda. Sebuah penjajahan dan pembodohan yang berlangsung sangat lama di Nusantara.

Pak Rohmat merupakan generasi ketiga penanam kopi di Perbukitan Menoreh. Saat ini ia merawat tanaman kopi dengan cinta, serta mengganti tanaman yang rusak atau mati. Kopi sudah menjadi teman sehari-hari, yang dirawat dan dikunjungi.

Dirinya mulai tergerak mengolah kopi pada tahun 2010. Waktu itu ia mengawali usaha dengan menjual biji kopi ke pasar, namun harganya sangat rendah. Lalu Pak Rohmat berinisiatif mengolah dalam bentuk bubuk kopi agar meningkat nilai jual. Usaha ini mulai membuahkan hasil.

Di samping dijual ke pasar tradisional, sebagai buruh bangunan Pak Rohmat juga menjual bubuk kopi ke teman teman sesama pekerja. Teman-teman buruh bangunan menyukai kopi olahan Pak Rohmat, sehingga akhirnya tersebar dari mulut ke mulut.  Pak Rohmat mulai sering mendapat pesanan kopi bubuk dari rekan-rekan pekerja bangunan, termasuk para mandor dan manajer.

Membangun Kedai Kopi

Hingga suatu ketika, Pak Irsyam Sigit Wibowo, owner Restoran Umah Dhuwur Kotagede, mendapatkan kopi bubuk pak Rohmat dan merasa cocok dengan cita rasanya. Sejak saat itu, Pak Irsyam menjadikan Kopi Menorah sebagai menu di restorannya. Dari sini, usaha Pak Rohmat menjadi semakin membaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun