Masalah tidak akan membiarkan Anda dalam kondisi yang ada: ia akan membawa Anda pada kondisi yang lebih buruk atau yang lebih baik
Berlakunya musibah pada diri manusia, atau suatu komunitas kecil, atau bahkan dalam skala besar seperti wabah corona yang menimpa masyarakat dunia akhir-akhir ini, adalah jenis kejadian yang bisa saja sama, dan berlaku pada semua jenis manusia, apakah ia beriman ataupun tidak beriman, apakah ia salih ataupun tidak salih.
Yang membedakan adalah bagaimana manusia mendapatkan makna dari musibah yang menimpa dirinya. Bagaimana musibah memberikan kebaikan dalam kehidupan manusia, dunia maupun akhirat. Bagi sebagian manusia, musibah adalah peristiwa yang benar-benar menyengsarakan dirinya, benar-benar menghancurkan kepribadiannya. Namun bagi sebagian manusia lainnya, musibah justru memberikan penguatan, kebaikan dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Ini terkait dengan bagaimana manusia bersikap dan memberikan makna atas musibah yang tengah menimpa.
Wabah corona yang sekarang tengah melanda, bisa mengubah hidup seseorang, menuju kondisi lebih baik atau menuju kondisi lebih buruk. Ini adalah pilihan, dan tentu saja Anda harus memilih yang baik. Gunakan cara berpikir baru untuk membangun harapan baru yang lebih baik. Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi menyatakan, "Anda tidak akan mampu menyelesaikan masalah dengan pikiran Anda yang sudah ada tentangnya. Sebab pikiran ini adalah penyebab lahirnya masalah itu. Untuk menyelesaikannya, Anda harus berpikir dengan cara yang lain."
Orang yang berkepribadian positif akan memusatkan perhatian pada upaya mencari solusi dengan cara yang rasional dan perasaan yang tenang. Maka ia mempelajari apa yang bisa dilakukan di masa lockdown dan #StayAtHome dan selalu memperbaiki sikapnya hingga dapat berperilaku positif. Baginya masalah justru menghantarkan kepada kondisi yang lebih baik.
Setelah berlalunya wabah ini nanti, Anda harus menjadi lebih baik daripada sebelum datangnya wabah. Karena Anda telah menjalani masa karantina yang bermakna 'kawah candradimuka' bagi Anda, selama beberapa bulan. Sebagaimana saat puasa Ramadhan meningkatkan kualitas taqwa, maka usai wabah corona harus meningkatkan kualitas kehidupan Anda.
Jangan menjadi masalah. Pisahkan dirimu dari masalah
Jangan membiarkan diri Anda berkubang dalam masalah, karena Anda pasti bisa mengatasi masalah yang tengah Anda hadapi. Menurut Voltaire, "Tidak ada masalah yang solusinya tidak dapat dipikirkan oleh akal manusia". Sejak awal, Islam telah mengajarkan, "Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama ini suatu kesulitan" (QS. Al-Hajj: 78), "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (QS. Al-Baqarah: 286), "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (QS. Al-Baqarah: 185).
Ketika saat ini Anda diuji dengan wabah, dan wabah inilah yang menjadi masalah besar dalam kehidupan Anda, maka pisahkan diri anda dari masalah tersebut. Elfiky menyatakan, masalah adalah romantika hidup yang dapat kita pelajari agar lebih bijaksana, lebih ahli, dan lebih berpengalaman. Dengan cara pandang seperti ini, Anda akan mudah menghadapi masalah.
Jika kita larut dalam relung masalah wabah, maka Anda akan terkungkung dan tidak bisa keluar darinya. Anda terjebak dalam memikirkan wabah terus menerus secara negatif, tanpa bisa keluar dari jebakan pikiran tentang wabah tersebut. Tiap hari Anda menghitung kematian akibat Covid-19. Tiap hari Anda menghitung kerugian yang ditimbulkan akibat wabah. Tiap hari Anda sibuk mengurung pikiran Anda tentang resiko tertular corona dari orang-orang di sekitar Anda.
Tiba-tiba Anda telah menjadi masalah itu sendiri, karena tak mampu memisahkan diri dari masalah. Maka pisahkan diri Anda dari masalah, agar bisa berpikir jernih dan rasional. Agar Anda tidak berkubang dalam pikiran negatif dan emosi negatif tentang wabah. Enyahkan semua informasi sampah yang mengotori pikiran dan jiwa Anda. Bersikap tenanglah, dan berpikirlah secara positif.