Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Suka Memendam Perasaan, Ungkapkan Saja kepada Pasangan

8 Juli 2019   10:57 Diperbarui: 8 Juli 2019   11:08 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : www.outfitftends.com

Memendam emosi atau memendam perasaaan, sering kali dianggap sebagai tindakan yang baik dan mulia, karena khawatir akan bisa menyakiti pihak lain apabila emosi itu diekspresikan. 

Maka sangat banyak kita jumpai anjuran di tengah masyarakat, agar memendam emosi dan perasaan tanpa mengekspresikannya. Bahkan hal ini terjadi sejak masih anak-anak, dimana mereka selalu disuruh diam saat menangis, dan segera tenang saat rebut.

Yang dimaksud dengan memendam emosi (emotion suppression) adalah cara seseorang untuk tidak mengakui emosinya atau tidak mengekpresikan emosi tersebut. Demikian pula dengan memendam perasaan. Seseorang cenderung berusaha mengingkari perasaan tertentu, atau memendam berbagai perasaan yang berkecamuk dalam dirinya, tanpa diekspresikan.

Studi dalam ilmu kesehatan menunjukkan, ternyata emosi yang dipendam justru akan menimbulkan banyak masalah bagi kesehatan. Hal seperti ini tampak remeh dan sepele, namun memendam emosi dan perasaan dalam waktu lama akan berdampak terganggunya kesehatan fisik maupun mental. 

Karena jika seseorang menekan emosi atau memendamnya, kemungkinan emosi itu akan terbuang dengan cara yang tidak tepat, bahkan bisa terekspresikan secara negatif kepada pihak yang tidak bersalah.

Ketika seorang istri memendam emosi negatif kepada suami karena tidak mampu mengekspresikannya, bisa jadi emosi negatif itu akan terekspresikan kepada orang lain yang berada disekitarnya. Misalnya, ia akan mudah marah dan emosional terhadap anak atau pembantu rumah tangga. 

Demikian pula ketika suami memendam emosi negatif kepada istri, bisa jadi emosi negatif itu akan terekspresikan kepada orang lain yang berada disekitarnya. Misalnya, ia akan mudah memarahi anak buah di tempat kerja.

Memendam emosi membawa pengaruh buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Sebuah penelitian yang dilakukan selama lebih dari 12 tahun menunjukkan bahwa orang yang sering memendam perasaannya memiliki resiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang terbiasa mengekspresikan perasaannya secara positif. 

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Psychosomatic Research volume 75 tahun 2013 ini juga menemukan bahwa memendam emosi dapat meningkatkan risiko kematian bagi penderita penyakit jantung dan kanker.

Bahkan pada banyak kasus, seseorang yang terlalu sering memendam emosi dan perasaan kepada pasangan, akan mulai terbiasa dengan tindakan memendam perasaan itu, dan akhirnya menyebabkan mati rasa terhadap pasangan. 

Keadaan ini akan berdampak buruk bagi keharmonisan dan keutuhan keluarga. Menumpuknya emosi pada suami atau istri akan terluapkan dalam bentuk ledakan yang tidak terkendali.

Ungkapkan Dengan Positif

Oleh karena memendam emosi dan perasaan dalam waktu lama akan cenderung mendatangkan kemudharatan, maka hendaknya bisa diekspresikan dengan cara yang positif -- konstruktif. Di antara cara positif mengekspresikan emosi dan perasaan adalah:

Pertama, mengadu hanya kepada Allah

Nabi Ya'qub ketika menghadapi kesedihan berupa kehilangan putra tercinta, Yusuf, beliau mengadukan perasaan itu hanya kepada Allah:

"Dia (Ya'qub) menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86).

Mengadulah hanya kepada Allah. Sampaikan perasaan dan suasana emosi yang selama ini dipendam kepada Allah, sembari berdoa minta diberikan jalan keluarterbaik bagi dunia dan akhirat. Doa adalah sarana pelepasan emosi dan perasaan yang positif dan konstruktif.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku." (QS. Al Baqarah: 186).

Banyak ayat-ayat Al Quran yang menggunakan bentuk "soal -- jawab", kemudian diikuti dengan kata "qul" --katakanlah, seperti dalam QS. Al Baqarah: 189, 215, 217, dan masih banyak lagi ayat serupa itu. 

Namun khusus dalam ayat tentang doa ini, Allah tidak menggunakan kata "qul", namun langusung menjawabnya sendiri --fa inni qarib. Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan dan janji Allah itu benar-benar nyata.

Kedua, curhat kepada pasangan

Hendaknya pasangan suami istri memiliki waktu rutin setiap hari untuk mengobrol berdua. Cari waktu dan suasana yang tepat dan nyaman di setiap hari, untuk saling mengobrol dan berbicara secara leluasa tentang apa saja. 

Jika suami istri sudah terbiasa mengobrol rutin, maka semua perasaan akan mudah terungkapkan --negatif ataupun positif---dan bisa segera mendapatkan respon.

Namun jika pasangan suami istri tidak pernah mengobrol, tidak memiliki kebiasaan rutin bercengkerama, maka tatkala ada suatu emosi negative atau perasaan tidak nyaman, akan sulit untuk mengungkapkan. 

Seorang istri yang merasakan ketidaknyamanan perasaan, tidak "berani" atau tidak nyaman untuk menyampaikan kepada istri. Begitu pula ketika seorang suami merasakan ketidaknyamanan perasaan terhadap istri, tidak tega untuk menyampaikan.

Situasi ini jika dibiarkan berlarut-larut, akan membuat tumpukan emosi yang menggunung, dan siap berubah menjadi ledakan suatu waktu nanti. Maka biasakan rutin mengobrol tanpa dibatasi tema. 

Milikilah waktu rutin setiap hari untuk bercengkerama berdua saja dengan pasangan. Dengan cara seperti itu, tak perlu ada emosiyang menumpuk. Semua sudah dilepaskan secara positif setiap hari.

Ketiga, berdamai dengan diri sendiri

Perasaan dan emosi negative yang menumpuk dalam diri seseorang bisa diatasi dengan cara berdamai dengan diri sendiri. Sadari sepenuhnya bahwa anda tengah memiliki emosi negatif, kemudian terima sepenuhnya. Jangan anda tolak, karena semakin kuat anda menolak akan semakin kuat pula kehadirannya dalam diri anda. 

Setelah menyadari dan menerima sepenuhnya, maka lepaskan semua emosi negatif tersebut. Relakan, ikhlaskan, kembalikan semuanya kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.


Bahan Bacaan :

Benjamin P. Chapman, et.al., Emotion Suppression and Mortality Risk Over a 12-year Follow-up, Journal of Psychosomatic Research, Volume 75, October 2013.

Cahyadi Takariawan, Wonderful Couple, Era Intermedia, Solo, 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun