Hendaknya pasangan suami istri memiliki waktu rutin setiap hari untuk mengobrol berdua. Cari waktu dan suasana yang tepat dan nyaman di setiap hari, untuk saling mengobrol dan berbicara secara leluasa tentang apa saja.Â
Jika suami istri sudah terbiasa mengobrol rutin, maka semua perasaan akan mudah terungkapkan --negatif ataupun positif---dan bisa segera mendapatkan respon.
Namun jika pasangan suami istri tidak pernah mengobrol, tidak memiliki kebiasaan rutin bercengkerama, maka tatkala ada suatu emosi negative atau perasaan tidak nyaman, akan sulit untuk mengungkapkan.Â
Seorang istri yang merasakan ketidaknyamanan perasaan, tidak "berani" atau tidak nyaman untuk menyampaikan kepada istri. Begitu pula ketika seorang suami merasakan ketidaknyamanan perasaan terhadap istri, tidak tega untuk menyampaikan.
Situasi ini jika dibiarkan berlarut-larut, akan membuat tumpukan emosi yang menggunung, dan siap berubah menjadi ledakan suatu waktu nanti. Maka biasakan rutin mengobrol tanpa dibatasi tema.Â
Milikilah waktu rutin setiap hari untuk bercengkerama berdua saja dengan pasangan. Dengan cara seperti itu, tak perlu ada emosiyang menumpuk. Semua sudah dilepaskan secara positif setiap hari.
Ketiga, berdamai dengan diri sendiri
Perasaan dan emosi negative yang menumpuk dalam diri seseorang bisa diatasi dengan cara berdamai dengan diri sendiri. Sadari sepenuhnya bahwa anda tengah memiliki emosi negatif, kemudian terima sepenuhnya. Jangan anda tolak, karena semakin kuat anda menolak akan semakin kuat pula kehadirannya dalam diri anda.Â
Setelah menyadari dan menerima sepenuhnya, maka lepaskan semua emosi negatif tersebut. Relakan, ikhlaskan, kembalikan semuanya kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Bahan Bacaan :
Benjamin P. Chapman, et.al., Emotion Suppression and Mortality Risk Over a 12-year Follow-up, Journal of Psychosomatic Research, Volume 75, October 2013.