Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Karakter Pasangan, Serupa Kuis Tebak Tepat

5 April 2019   07:36 Diperbarui: 5 April 2019   08:05 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:  nana cony

Dalam kehidupan berumah tangga, salah satu kunci keharmonisan, kebahagiaan dan keutuhan adalah saling mengerti dan saling memahami, untuk kemudian bisa saling menyesuaikan diri dan saling memberikan dukungan terbaik untuk pasangan. Laki-laki dan perempuan setelah menikah, harus selalu membuka diri untuk belajar, agar saling mengenali diri dan pasangannya. 

Karakter atau kepribadian suami dan istri bisa saja mirip dan berdekatan, namun bisa juga sangat jauh berbeda. Perbedaan ini tidak menjadi masalah salama berhasil saling mengerti dan saling memahami.

Ada sangat banyak faktor yang memungkinkan suami dan istri memiliki kepribadian atau karakter yang berbeda, bahkan mungkin sangat jauh berbeda. 

Paling tidak, ada beberapa titik kepribadian manusia berikut ini, yang memungkinkan suami dan istri memiliki karakter yang tidak sama di sepanjang kehidupan berumah tangga.

Pertama, Karakter Personal

Setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan, bisa memiliki tipe kepribadian yang berbeda. Jika kita meyakini bahwa setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ini menandakan adanya sesuatu yang orisinil pemberian Allah. 

Maka lihatlah betapa banyak tipe dan corak karakter manusia yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai kajian tentang tipe kepribadian manusia, yang populer adalah empat jenis kepribadian manusia yang konon dicetuskan oleh Hippocrates dan dikembangkan oleh Galen Claudius.

Florence Littauer dalam bukunya "Personality Plus" mempopulerkan dan menjelaskan empat jenis kepribadian manusia tersebut. Yang pertama adalah kepribadian Plegmatis, yaitu seorang yang memiliki jiwa sabar, tenang, cinta damai, dan mudah bergaul. 

Kedua adalah Melankolis, yaitu seorang yang memiliki tuntutan sempurna, analis, perencana, sekaligus perasa. Ketiga adalah Sanguinis, yaitu seorang yang memiliki jiwa populer, cenderung heboh, suka narsis, dan tampak periang. Keempat adalah Koleris, yaitu pribadi yang kuat, pengatur, suka mempimpin, dan selalu optimis.

Silakan mendalami lebih lanjut, jika ingin penjelasan lengkap langsung baca buku Florence Littauer berjudul Personality Plus. Namun jika hanya ingin mengerti ringkasannya saja, silakan simak tulisan dua sahabat Kompasioner berikut ini, atau yang berikut ini. 

Coba simak dan cermati, empat jenis kepribadian manusia dimana biasanya manusia memiliki kepibadian gabungan ---dua dari empat jenis tersebut.

Termasuk kepribadian yang manakah anda dan pasangan anda? Pengenalan anda akan tipe kepribadian pasangan anda, bisa membantu anda dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara tepat dengannya.

Kedua, Karakter Umum Sebagai Laki-laki dan Perempuan

Manusia bukan saja berbeda kepribadian dirinya, namun juga berbeda dari segi penciptaan sebagi laki-laki dan sebagai perempuan. 

Rahasia dari kepribadian laki-laki dan perempuan sudah sangat banyak dibahas secara panjang lebar oleh banyak ahli, seperi John Gray dengan teori Mars dan Venus, Allan dan Barbara Pease dengan berbagai penjelasan populer tentang karakter laki-laki an perempuan dalam suatu jalinan hubungan, juga buku Louann Brizendine yang membedah dengan detail dan akademik perbedaan otak laki-laki dan otak perempuan.

Ada hal yang membuat lelaki dan perempuan memang berbeda, karena memiliki susunan otak yang tidak sama. Allan dan Barbara Pease menceritakan bahwa kebanyakan perempuan memiliki susunan otak yang membuatnya bisa menang berbicara dan menang mengomel dibanding semua lelaki. Bagian otak perempuan yang digunakan untuk berbicara dan berbahasa lebih banyak dibanding pada otak laki-laki.

Hal ini membuat dua sudut pandang yang berbeda. Di mata perempuan, laki-laki tampak tidak banyak bicara. Sedangkan di mata laki-laki, perempuan tampak tidak bisa diam. 

Menurut kaum perempuan, laki-laki banyak diam sampai hal-hal penting saja tidak dibicarakan. Menurut laki-laki, para perempuan terlalu banyak bicara, sampai hal-hal yang tidak penting pun diomongkan.

Otak perempuan memiliki susunan yang memungkinnya memiliki kemampuan "jalur majemuk". Perempuan bisa bermain lempar empat atau lima bola sekaligus. 

Perempuan dapat menjalankan program komputer sambil berbicara di telepon dan mendengarkan pembicaraan kedua yang berlangsung di belakangnya; sambil minum secangkir teh hangat.

Perempuan dapat berbicara mengenai beberapa hal yang tidak berhubungan dalam satu percakapan, dan menggunakan lima jenis suara untuk mengganti pokok pembicaraan atau memberi tekanan pada suatu hal tertentu. 

Laki-laki hanya mampu mendengarkan tiga dari banyak suara tersebut, sehingga laki-laki sering kehilangan alur cerita pada waktu mendengarkan perempuan berbicara.

Karena berbagai perbedaan karakter tersebut bercorak akademis, hendaknya suami dan istri selalu belajar mengerti dan memahami, agar lebih nyaman dalam berkomunikasi dan berinteraksi sehari-hari.

Ketiga, Karakter Bentukan Keluarga

Setiap orang memiliki keluarga tempat dimana mereka dilahirkan, dididik, dibesarkan dan ditumbuhkembangkan. Seperti apa cork keluarga orang tua kita dalam kehidupan kesehariannya, akan sangat berpengaruh dalam kehidupan kita selanjutnya. 

Apabila orang tua terbiasa banyak mengobrol di rumah, terbiasa dengan keterbukaan, bercanda, berdiskusi dengan anak-anak, akan membuat anak-anak memiliki ketrampilan komunikasi yang baik.

Namun apabila orang tua termasuk tipe pendiam, tidak banyak bicara, tidak terbiasa mengobrol bebas, tidak terbiasa musyawarah dalam keluarga, akan menyebabkan anak-anak tidak memiliki contoh atau model dalam ketrampilan berkomunikasi. 

Ada tipe "rumah yang sepi", dimana suami, isteri dan anak-anak tidak banyak berbicara dan berkomunikasi. Mereka duduk bersama menonton televisi, namun saling diam. Mereka duduk di meja makan menyantap sarapan bersama, namun dengan saling diam.

Diamnya mereka bukan karena bermusuhan, namun karena malas berbicara. Seperti tidak ada bahan untuk diomongkan. Akhirnya mereka menikmati kesunyian. 

Anak-anak yang ditumbuhkan dalam kultur "rumah sepi" seperti ini, akan menjadikannya sebagai model kelak ketika mereka membentuk keluarga. Bagi mereka, rumah tangga itu tidak perlu banyak bicara. Karena itulah contoh yang mereka dapatkan dari orang tua.

Ketika seorang perempuan berasal dari tipe "rumah ramai" dimana orang tua dan semua anggota keluarga hobi berbicara dan mengobrol, menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari tipe "rumah sepi", akan banyak mengalami penyesuaian kultural dalam kehidupan rumah tangga yang mereka bentuk. 

Harus ada ruang penyesuaian yang memadai di antara mereka berdua agar terjadi titik temu yang melegakan, untuk mengkonstruski rumah baru, yang tidak sepi namun tidak terlalu ramai.

Suami dan isteri selalu berasal dari dua keluarga yang berbeda, yang berarti kultur kecil mereka selalu berbeda. Dengan pernikahan, mereka berdua membentuk kultur kecil baru, tempat tumbuh kembangnya anak-anak kelak. 

Untuk itu suami dan isteri harus saling bisa menyesuaikan diri, agar tercipta keharmonisan dan model terbaik dalam komunikasi bagi anak-anak mereka nantinya.

Keempat, Karakter Bentukan Kultur

Ada banyak realitas yang menggambarkan betapa kultur masyarakat di sebuah tempat  berbeda dengan tempat  lainnya.  Konstruksi budaya masyarakat yang tercipta dari hasil interaksi antara manusia yang satu dengan lainnya, antara manusia dengan alam, dan respon mereka atas gejala-gejala kehidupan di alam sekitar, telah mempengaruhi corak dan karakter kemanusiaan dalam berbagai sisinya. 

Bukan hanya warna kulit, postur tubuh, bahasa maupun makanan mereka yang berbeda, akan tetapi cara pandang, pola hidup, hingga cara berkomunikasi dan mengemukakan pendapat serta keinginan, yang juga tidak sama.

Di Indonesia, ada sekelompok masyarakat yang memiliki kultur ewuh pekewuh (sungkan) yang sangat tinggi. Dampaknya, mereka tidak terbiasa dengan ungkapan-ungkapan vulgar, akan tetapi lebih suka menggunakan simbol-simbol dalam menyatakan keinginan. 

Ada pula masyarakat yang terbiasa menyatakan keinginan apa adanya, tanpa harus dibuat-buat atau ditutup-tutupi. Seakan-akan mereka tidak mengenal istilah sungkan atau perasaan tidak enak.

Pada sekelompok masyarakat Barat, tampak budaya komunikasi yang ekspresif. Mereka terbiasa mengungkapkan perasaan hati secara verbal, seperti kebiasaan mengucapkan kalimat "I love you" kepada pasangannya. 

Mereka mengungkapkan hal itu sebagai sebuah kebiasaan tanpa perasaan canggung, karena adanya pembiasaan yang terjadi dalam waktu yang lama. Sebagaimana juga mereka bisa mengatakan "I hate you" secara ekspresif, atau "I'm sorry".

Pada sebagian masyarakat Indonesia, tampak ada kondisi yang sedikit berbeda. Seseorang yang mengetahui dan merasa dirinya salah, belum tentu bisa mengungkapkan permintaan maaf secara tulus ikhlas. 

Seorang suami yang merasa dirinya salah, belum tentu mau dan mampu mengatakan permintaan maaf kepada isterinya, apalagi ketika sang isteri secara ketus menuduhnya melakukan kesalahan. Rupanya, banyak pula masyarakat yang berkategori "hard to say I'm sorry".  Amat sulit meminta maaf.

Pada sebagian masyarakat, lebih mudah menampakkan ekspresi marah dan tersinggung, daripada ekspresi rindu atau tersanjung. Sebagaimana seorang suami yang merasakan luapan kecintaan kepada isteri, belum tentu ia bisa mengungkapkan perasaan tersebut secara tepat. 

Kadang perasaan rindu, cinta, gembira dan lain sebagainya disimpan saja di dalam hati, tanpa berusaha mengekspresikan secara verbal, misalnya dengan mengungkapkan "Dik, aku sangat mencintaimu", atau, "Dik, aku sangat merindukanmu. 

Aku kangen banget padamu", atau ungkapan lain semacam itu. Namun tiba giliran marah, ia sangat ekspresif dalam menampakkan kemarahan.

Berbagai karakter tersebut, adalah contoh bentukan kultur dimana seseorang dilahirkan, dididik dan dibesarkan hingga dewasa. Bagaimana seseorang melihat lingkungan kesehariannya, akan mempengaruhi dirinya.

Karakter Bentukan Lingkungan Spesifik

Berhati-hatilah memilih teman pergaulan yang spesifik. Selain karakter yang muncul karena pengaruh kultur, seseorang juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan spesifik yang digelutinya setiap hari. Seorang guru, yang setiap hari bergaul dan berinteraksi dengan para pendidik, akan memiliki karakter yang spesifik bentukan dari lingkungan para pendidik itu. 

Seorang santri yang setiap hari bergaul dan berinteraksi dengan para kyai, alim ulama, para penghafal Al Qur'an, para pecinta ilmu agama, akan memiliki karakter yang khas bentukan dari lingkungan tersebut.

Demikian pula seseorang yang setiap hari bertemu, berinteraksi dan berurusan dengan para pemabok dan pemakai obat terlarang, akan memiliki karakter hasil interaksi dengan lingkungan tersebut. Pada intinya semua manusia mudah terpengaruh oleh lingkungan spesifik yang menjadi dunianya sehari-hari.

Rasulullah Saw bersabda :

"Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman". Hadits Riwayat Abu Dawud no. 4833 dan At Tirmidzi no. 2378.

Syaikh 'Abdul Muhsin Al-Qasim ---salah seorang Imam Masjid Nabawi dan hakim di Mahkamah Syariah Madinah, menjelaskan, "Sifat manusia adalah cepat terpengaruh dengan teman pergaulannya. Manusia saja bisa terpengaruh bahkan dengan seekor binatang ternak.

Rasulullah Saw bersabda :

"Kesombongan dan keangkuhan terdapat pada orang-orang yang meninggikan suara di kalangan pengembala onta. Dan ketenangan terdapat pada pengembala kambing". Hadits Riwayat Imam Bukhari no. 3499 dan Muslim no. 187.

Penutup

Dengan memahami berbagai sisi pada diri pasangan, akan lebih mudah bagi anda untuk mengerti bagaimana harus berkomunikasi dan berinteraksi dengan pasangan. 

Sebaliknya, semakin anda tidak mengerti berbagai sisi karakter pasangan, akan membuat anda kesulitan memahami dirinya dan berinteraksi dengannya. Mari terus menerus belajar mengerti dan memahami, agar semakin mampu menciptakan suasana interaksi dan komunikasi yang nyaman, melegakan, membahagiakan dan memberdayakan.

Daftar Bacaan

Allan & Barbara Pease, Why Men Lie and Women Cry, Gramedia Pustaka Utama, 2010

Cahyadi Takariawan, Wonderful Couple : Menjadi Pasangan Paling Bahagia, Era Intermedia, 2016

Florence Littauer, Personality Plus : Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Anda Sendiri, Binarupa Aksara, 1996

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun