Ada video unik yang diunggah di youtube, bisa menggambarkan situasi generasi era digital ini. Silakan akses di sini. Sebuah gambaran ekstrem dari seorang bayi yang lahir di era digital, yang membuat orangtua dan tenaga medis yang menolong kelahiran kaget bahkan shock. Digambarkan, sejak lahir si bayi sudah mengenal berbagai perangkat canggih.
- Karakter Generasi Digital Native
Generasi Digital Natives memiliki karakteristik yang khas, berbeda dengan generasi sebelumnya. Karakter ini terbentuk salah satunya dari respon atas berbagai perkembangan lingkungan dinamis yang melingkupi mereka. Orangtua maupun guru harus memahami karakter ini, agar bisa menempatkan diri secara tepat dalam mendidik, membina, mengarahkan dan mendampingi mereka menuju keluhuran nilai sebagai hamba Allah yang beriman dan bertaqwa.
- Menuntut kebebasan
Secara umum, generasi digital natives senang menuntut kebebasan. Sebagaimana ciri era digital, dimana orang bebas mengakses sumber informasi dari manapun, maka generasi ini tidak suka dibatasi dalam akses informasi. Sifat seperti ini perlu diarahkan oleh orangtua maupun guru, agar tidak salah arah. Hendaknya selalu dalam koridor yang positif dan konstruktif.
- Rentang perhatian yang pendek
Generasi digital natives cepat berpindah-pindah perhatian dari hal menarik yang satu ke hal menarik lainnya. Tidak betah berlama-lama melakukan aktivitas. Rentang perhatian yang pendek membuat generasi ini cenderung melakukan aktivitas multitasking. Orangtua dan guru perlu memiliki banyak kretivitas saat mendidik anak, agar tidak membosankan.
- Senang mengekspresikan diri
Generasi digital natives memiliki banyak akun medsos untuk menyatakan eksistensi. Dalam dunia digital, mereka bisa hadir dan diakui sebagai individu. Benar-benar sebagai diri mereka sendiri. Hal ini sangat mereka senangi. Lagi, lagi, orangtua dan guru harus berusaha untuk mengarahkan agar ekspresi mereka selalu dalam koridor positif konstruktif.
- Berpikir cepat, namun kehilangan kedalaman
Generasi digital natives mampu berpikir cepat seperti membaca tweet atau membaca berita pendek. Dampaknya, mereka tahu banyak hal tapi hanya pada sisi permukaan saja, tidak mengetahui detailnya.
- Bisa tahu banyak ilmu agama, tapi kehilangan adab
Generasi digital natives bisa belajar banyak konten keislaman untuk mendalami ilmu agama melalui internet. Jika mereka mencari pengetahuan agama hanya melalui youtube, tidak mengaji langsung kepada ustadz atau ulama, mereka hanya mendapatkan pengetahuan tentang agama, namun tidak mendapatkan adab. Maka muncul banyak orang pintar tetapi kurang beradab.
- Berpikir instan
Generasi digital natives dibiasakan dengan segala sesuatu yang serba instan, karena sudah tersedia semua kebutuhan belajar mereka. Tidak perlu menghafal rumus kimia atau matematika, tidak perlu mengikuti proses logis, semua tinggal ditanyakan ke mesin pencari.
- Belajar bukan dari instruksi, tapi dengan mencari
Generasi digital natives lebih memilih belajar dengan mencari sendiri konten di dunia digital melalui mesin pencari. Mereka lebih suka mengakses video tutorial atau bahan pembelajaran melalui berbagai situs, daripada mengerjakan PR dari sekolah.
- Unduh dan unggah
Generasi digital natives bukan hanya mengunduh tapi juga mengunggah konten. Mereka merasa tidak eksis bila tidak mengunggah konten. Maka banyak waktu mereka habiskan untuk aktivitas unduh dan unggah ini.
- Interaksi di media sosial
Generasi digital native senang menjalin pertemanan melalui media sosial. Mereka bisa melakukan aktivitas kesenangan bersama teman-teman di medoso, bahkan antar negara. Path, instagram, pinterest membuat generasi ini suka berbagi karya, dan berkolaborasi bersama teman-teman online untuk melakukan karya bersama.
- Suka menyendiri