Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tenang Saja, Tidak Ada Pelakor di Sekitar Kita

26 Februari 2018   16:41 Diperbarui: 26 Februari 2018   17:10 4691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlahan tapi pasti, kedekatan emosional antara suami dan istri mulai pudar. Ikatan cinta dan kasih saya terurai bagian demi bagian. Hingga akhirnya kedekatan emosional itu benar-benar hilang. Pasangan suami istri merasa saling asing. Satu dengan yang lainnya makin merenggang, makin menjauh. Bonding diantara keduanya makin melemah. Di titik seperti inilah, terjadi kerawanan hubungan. Ibarat perusahaan atau negara, tidak lagi memiliki sistem pengamanan atas aset kekayaan yang dimiliki. Maka, sangat mudah terjadi tindakan korupsi, karena tidak ada proteksi yang memadai atas berbagai macam aset tersebut.

Gejala hilangnya kedekatan emosional antara suami dan istri sebenarnya sangat mudah mereka kenali. Jika mereka merasa sulit berkomunikasi, tidak nyaman berinteraksi, sangat jarang melakukan kontak fisik, tidak lagi nyaman ketika berduaan, mudah terjadi kesalahpahaman, mudah emosi saat berkomunikasi, merasa lebih nyaman saat sendirian, maka itu semua menunjukkan kedekatan emosional di antara mereka telah pudar bahkan hilang. Seharusnya pasangan suami istri segera melakukan upaya dan tindakan penyelamatan, agar tidak semakin memperburuk keadaan.

Menemukan Kedekatan Emosional dengan Orang Ketiga

Saat pasangan suami istri berada dalam suasana kehilangan kedekatan emosional, godaan makin mudah datang. Titik interaksi dan komunikasi dengan orang ketiga di luar sana, kerap menjadi ajang untuk pelarian dari suasana kejenuhan berumah tangga. Semula hanya berteman biasa, mengobrol, berkegiatan bersama, chatting, kemudian mulai merasa asyik saat curhat dengannya, ternyata menimbulkan perasaan yang berbeda, dan bahkan lama-lama menjadi perasaan yang istimewa. Kedekatan emoional mulai terbangun dengan orang ketiga tersebut.

Seorang lelaki yang mulai menemukan kedekatan emosional dengan perempuan di luar rumahnya, akan semakin berani untuk melakukan tindakan mendekat. Hormon adrenalinnya terpacu untuk menunjukkan bahwa dirinya lelaki yang bertanggung jawab dan bisa dipercaya oleh kekasih baru itu. Pihak perempuan semakin merasa mendapatkan harapan dan peluang, ia juga akan semakin berani mengekspresikan perasaan kepada si lelaki. Inilah fenomena "tumbu ketemu tutup" yang telah saya sampaikan di atas.

Demikian pula seorang perempuan yang mulai menemukan kedekatan emosional dengan lelaki di luar rumahnya, akan semakin berani untuk mendekat bahkan nekat. Semakin sering curhat, semakin sering melakukan interaksi dan komunikasi. Di rumah, ia merasa tidak diperhatikan oleh suami, merasa dicuekin oleh suami, kurang mendapatkan kasih sayang dari suami, sementara bersama lelaki barunya ia merasa mendapatkan perhatian yang ia inginkan. Di rumah suaminya dingin dan diam saja, sementara lelaki barunya demikian care dan bisa memberikan kasih sayang seperti yang ia harapkan. Ini juga fenomena "tumbu ketemu tutup" yang sudah saya sampaikan di depan.

Fenomena seorang suami mengalami kehilangan kedekatan emosional dengan istri, kemudian mendapatkan kedekatan emosi dengan perempuan lain, hingga akhirnya ia menjalani hubungan khusus dengan perempuan itu ---yang lazim disebut sebagai selingkuh--- adalah peristiwa 'kesalahan kemanusiaan' yang banyak terjadi. Sebagaimana juga peristiwa seorang istri mengalami kehilangan kedekatan emosional dengan suami, kemudian mendapatkan kedekatan emosi dengan lelaki lain, hingga akhirnya ia menjalani hubungan khusus dengan lelaki itu, juga menjadi ketergelinciran yang sering terjadi.

Jadi, siapa yang merebut, siapa yang direbut? Patutkah pihak perempuan disebut sebagai pelakor? Patutkah pihak laki-laki disebut pebinor? Padahal yang sangat sering terjadi adalah peristiwa "tumbu ketemu tutup". Tumbu mendekat kepada tutup, dan tutup mendekat kepada tumbu. Setelah mereka bertemu, ternyata merasa "klik" dan pas, jadilah mereka berdua pasangan selingkuh yang tampak menyatu.

Cukup jelas kiranya, tidak perlu menjadi kekhawatiran dan ketakutan berlebihan. Sesungguhnya tidak ada pelakor di sekitar kita. Yang ada adalah, hilangnya kedekatan emosional antara suami dan istri, lalu satu di antara mereka ---atau keduanya--- menemukan kedekatan emosional dengan pihak lain. Justru hal inilah yang perlu dikhawatirkan.

Menjaga Kedekatan Emosional dengan Pasangan

Oleh karena itu, yang harus selalu dilakukan oleh pasangan suami istri adalah menguatkan bonding di antara mereka. Jaga selalu kedekatan emosional dengan pasangan, dan jangan biarkan ada jarak yang terbentang antara suami dan istri. Jarak fisik, jarak psikologis, jarak perasaan, jarak pemikiran, yang jika dibiarkan semakin lama akan semakin membentang. Pada titik tertentu, jarak itu sudah benar-benar memisahkan. Di saat jarak mulai terentang panjang, sangat mudah bagi munculnya kedekatan emosional dengan orang lain di luar sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun