Mimi adalah nama dalam bahasa Jawa untuk yang berkelamin jantan dan mintuna adalah untuk yang berkelamin betina. Menurut cerita, mimi dan mintuna adalah ikan ajaib. Kedua ikan tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Jika pasangan ikan ini dipisahkan maka keduanya akan segera mati. Keunikan lain, jika ikan ini dimasak tidak bersamaan maka akan beracun, tetapi jika dimasak bersamaan menjadi sehat dan enak dikonsumsi.
Maka, pasangan suami istri itu hendaknya selalu “runtang-runtung rerentengan, pindha mimi lan mintuna.” Seperti sepasang mimi dan mintuna, yang tidak bisa dipisahkan, tidak bisa dijauhkan. Mereka menjadi hidup penuh kekuatan apabila disatukan. Mereka menjadi bermakna dan memberikan kontribusi kebaikan dalam kehidupan apabila berpasangan. Mereka akan kehilangan cahaya kehidupan apabila terpisahkan. Sebuah kebersamaan yang sangat kuat, itulah makna “akad nikah”, yang di dalam kitab suci disebut sebagai “mitsaqan ghalizha” atau ikatan yang kokoh.
Atut Runtut, Selalu Bersama Dalam Suka dan Duka
Ada banyak jenis ikatan atau akad dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ada akad (transaksi) pinjam meminjam, akad jual beli, akad pemberian dan hadiah, ada akad nikah, serta berbagai akad yang lainnya. Di antara berbagai jenis akad tersebut, yang dinyatakan sebagai “mitsaqan ghalizha” hanyalah akad nikah. Karena mengikat dua manusia, lelaki dan perempuan, dalam satu ikatan kehidupan. Karena nikah adalah ikatan yang kokoh, maka tidak boleh sembarangan dipisahkan atau dibatalkan.
Masyarakat Indonesia ---khususnya Jawa--- menggambarkannya kuatnya ikatan suami dan istri ini sebagai Mimi dan Mintuna. Sekedar perlambang bahwa hendaknya suami dan istri selalu berada dalam situasi kebersamaan, dalam semua kondisinya. Pasangan setia harus selalu menempuh kehidupan bersama dalam suka dan duka. Itulah yang menjadi harapan semua orang yang berumah tangga. Hal itulah yang tertuang dalam kalimat-kalimat bait Bawa Setya Tuhu, yang merupakan sebuah permintaan, sebuah harapan dari suami kepada istri. Pada sebagian versi, dibuat pula yang berbentuk permintaan istri kepada suami.
Bawa Setya Tuhu berisi permintaan dan harapan untuk bisa menjalani kehidupan berumah tangga bersama, dalam suka maupun duka, dalam tawa dan air mata, dalam kebahgiaan dan kepedihan. Setia dan bahagia bukan hanya ketika sedang berada dalam keadaan yang berkecukupan, serba terpenuhi semua kebutuhan, serba mudah dalam menjalani kehidupan. Namun tetap setia dan bahagia saat harus menghadapi situasi kekurangan, tidak memiliki harta untuk mencukupi kebutuhan, tidak bisa memenuhi berbagai macam keinginan.
Bawa Setya Tuhu yang disambung dengan langgam atau tembang Setya Tuhu, berisi petuah hidup berumah tangga agar selalu sakinah, mawaddah wa rahmah. Semua dimulai dari kebaikan pasangan suami istri yang selalu “atut runtut tansah reruntungan”, yaitu suami dan istri yang selalu beriringan, bergandengan, berpegangan, berada pada pihak yang sama dalam menghadapi setiap masalah, cobaan, godaan dan tantangan hidup berumah tangga. Inilah yang diharapkan akan terjadi pada pasangan pengantin baru yang tengah melaksanakan pesta atau resepsi pernikahan.
Pada bait-bait berikut, seorang suami menyampaikan harapan dan isi hati, menyampaikan keinginan akan sebuah kehidupan rumah tangga yang dipenuhi keindahan dan kebahagiaan.
......
Pamintaku, Nimas sida asih