Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

10 Prinsip Mendidik Anak

24 Februari 2016   06:05 Diperbarui: 24 Februari 2016   07:17 3093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ilustrasi: siddeeqacademy.co.uk"][/caption]

Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anak dengan yang sebaik-baiknya. Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melakukan proses pendidikan anak. Orang tua adalah guru pertama dan utama dalam mendidik anak. Saat anak sudah memasuki bangku sekolah, bukan berarti orang tua bisa berlepas diri dalam mendidik anak dengan alasan sudah dititipkan ke sekolahan yang mahal dan internasional.

Lembaga pendidikan hanyalah perangkat tambahan untuk membantu orang tua dan negara dalam mendidik generasi. Pada prinsipnya pendidikan anak harus dilakukan sejak di dalam rumah oleh kedua orang tuanya. Tentu saja pihak-pihak lain harus ikut bertanggung jawab, seperti lingkungan, sekolah, pemerintah, ormas, LSM maupun pihak swasta. Semua pihak berkolaborasi untuk menciptakan pendidikan terbaik bagi generasi penerus bangsa.

Karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anak sejak dari dalam rumah tangga, maka mereka harus melakukan proses pendidikan denganbersungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Paling tidak ada sepuluh prinsip dalam pendidikan anak yang harus diaplikasikan oleh orang tua di dalam kehidupan keluarga.

1.    Memilihkan Calon Ibu dan Calon Ayah Bagi Anak

Pendidikan bukan dimulai ketika anak sudah lahir, atau ketika anak sudah memasuki usia sekolah. Bahkan jauh sebelum itu. Proses pendidikan anak sesungguhnya sudah dimulai sejak sebelum janin terbentuk. Bahkan sejak seorang lelaki memilih calon ibu bagi calon anak-anaknya, serta seorang perempuan memilih calon ayah bagi calon anak-anaknya.

Ketika seorang lelaki dan perempuan memilih jodoh dan memproses pernikahan dengan cara yang benar dan baik, maka itu merupakan modal awal pendidikan terhadap anak. Mereka membentuk kehidupan rumah tangga dengan motivasi ibadah untuk mewujudkan kondisi rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Dengan demikian orang tua telah memiliki pondasi niat yang benar, serta memiliki visi yang sama untuk meraih surgaNya.

2.    Interaksi Suami Istri yang Baik

Ketika suami dan istri berinteraksi dengan baik sesuai ajaran agama, maka akan memberikan pengaruh kebaikan pula bagi anak-anak mereka kelak. Misalnya interaksi yang lembut dan penuh kasih sayang di antara suami dan istri, akan memberikan pengaruh pula terhadap suasana kasih sayang dalam kehidupan anak. Sebaliknya interaksi yang penuh kekerasan dan kakasaran, akan memberikan negaruh pula bagi pendidikan anak.

Keharmonisan suami istri menjadi kunci penting dalam pendidikan anak. Jika suami dan istri tidak kompak, tidak harmonis, senang berantem di hadapan anak-anak, kerap terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga, akan sangat berpengaruh negatif terhadap perkembangan kejiwaan anak. Kartini Kartono (1998) menyatakan kondisi keluarga berpengaruh terhadap pembentukan kenakalan remaja.

Islam bahkan mengajarkan adab hubungan suami istri, yang salah satunya adalah berdoa sebelum melakukan hubungan seksual, ini merupakan bagian dari proses pendidikan anak. Ketika hubungan suami istri yang menjadi sarana terbentuknya janin dalam kendungan ibu dilakukan dengan etika yang benar, akan bisa memberikan pengaruh kebaikan bagi bayi yang “dihasilkan”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun