Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hambatan-Hambatan Komunikasi Suami Isteri

1 Desember 2011   06:08 Diperbarui: 12 Desember 2022   12:58 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perhatikan, kata "tidak senang", telah dipahami sebagai "benci". Padahal "tidak senang" itu tidak sama dengan "benci". Ini yang menjadi salah satu contoh problem semantik dalam komunikasi, bahwa kata-kata dan kalimat itu bisa dimaknai dengan cara berbeda oleh pasangan. 

Contoh lain, saat isteri mengatakan kepada suami, "Aku ingin kamu lebih bersemangat dalam kerja, supaya hasilnya lebih banyak." Kalimat ini membuat sang suami tersinggung, karena "Saya dikira pemalas. Saya kan sudah bekerja keras selama ini". Perhatikan, kata "lebih bersemangat kerja", dipahami sebagai menuduh suami sebagai pemalas. Padahal jelas sangat berbeda maknanya. 

Demikian pula problem semantik dan distorsi persepsi dalam tulisan. Saat suami mengirim pesan chat kepada isterinya dengan kalimat "Cepat pulang!!!" Isteri merasa sangat tidak nyaman dengan chat tersebut. Ia merasa baru sebentar pergi sudah dimarahi dan disuruh pulang. 

"Kenapa engkau memarahiku????" Jawab isteri lewat chat. 

"Aku tidak marah!!!!!" balas suami. 

Penggunaan tanda seru dalam tulisan, bisa dimaknai sebagai bahasa marah. Berbeda antara "Cepat pulang...." yang ditulis dengan tambahan titik-titik, dengan "Cepat pulang !!!!" yang ditulis dengan tambahan beberapa tanda seru. Padahal sang suami merasa tidak marah dan hanya meminta isterinya cepat pulang. 

Distorsi persepsi dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya. 

3. Cultural Differences 

Hambatan komunikasi bisa disebabkan oleh karena perbedaan latar belakang budaya atau kebiasaan antara suami dan isteri. Perbedaan corak kultur sangat tampak dalam masyarakat Indonesia yang heterogen. Budaya Batak berbeda dengan Jawa, kultur Makassar tidak sama dengan Sunda, kebiasaan masyarakat Madura berbeda dengan Betawi, dan seterusnya. 

Jika suami berasal dari Batak dan isteri berasal dari Solo, Jawa Tengah, bisa menimbulkan problem komunikasi ketika mereka tidak saling berusaha memahami dan menyesuaikan diri. Isteri menganggap suaminya kasar kalau bebricara, sedangkan suami menganggap isterinya tidak pernah jelas kalau bicara, karena terlalu pelan. 

4. Physical Distractions  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun