Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hambatan-Hambatan Komunikasi Suami Isteri

1 Desember 2011   06:08 Diperbarui: 12 Desember 2022   12:58 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dalam kehidupan sehari-hari, banyak pasangan suami isteri mengalami kegagalan berkomunikasi. Sering terjadi salah paham di antara mereka berdua. Saat suami bicara, isteri tidak menangkap maksud pembicaraan suami. Menurut sang isteri, suaminya kalau berbicara selalu melingkar-lingkar dan tidak jelas kemauannya. 

Demikian pula saat isteri berbicara, tidak dimengerti isinya oleh suami. Sudah sekian lama isteri bicara, namun suami merasa kehilangan arah, sebenarnya apa yang dikehendaki sang isteri. Ujung-ujung dari pembicaraan yang saling tidak dimengerti ini adalah ketersinggungan, kemarahan dan pertengkaran. 

Memang ada beberapa jenis hambatan, yang biasanya membuat komunikasi menjadi tidak efektif. Menurut Ron Ludlow dan Fergus Panton dalam bukunya Komunikasi Efektif (Penerbit Andi, Yogyakarta, 1996), hambatan-hambatan komunikasi itu meliputi perbedaan status, problem semantik, distorsi persepsi, perbedaan kultur, gangguan fisik, miskin pilihan sarana, dan tidak adanya respon. Berikut ini saya fokuskan pembahasan pada lingkup hambatan komunikasi antara suami dan isteri. 

1. Status Effect 

Adanya perbedaaan status sosial yang dimiliki suami dan isteri bisa menjadi hambatan komunikasi. Misalnya seorang suami yang "berdarah biru" atau ningrat, sementara isterinya dari kalangan masyarakat biasa. Atau isteri yang menempuh pendidikan tinggi hingga mencapai gelar doktor bahkan profesor, sementara suaminya lulusan SMP atau SMA. 

Ada isteri yang memiliki karier bagus dan mampu mencapai puncak jabatan di instansinya, sementara sang suami tidak pernah naik pangkat dan jabatan. Ada pula suami yang menikmati posisi sebagai pemimpin keluarga, lalu bersikap otoriter karena meletakkan isteri sebagai bawahan. Itu semua adalah contoh adanya perbedaan status sosial antara suami dan isteri. 

Jika mereka tidak saling memahami dan toleransi atas perbedaan itu, bisa membuat pasangannya tidak dapat mengemukakan pendapatnya dengan lancar. Ada sekat status sosial yang menyebabkan masing-masing tidak leluasa dalam berkomunikasi. 

2. Semantic Problems dan Perceptual Distortion 

Faktor semantik menyangkut bahasa, diantaranya mengenai makna kata dan kalimat. Ada kata-kata yang diucapkan suami, namun dipahami dengan cara berbeda oleh isteri. Ada kalimat yang diucapkan isteri, namun dipahami secara berbeda oleh suami. Sedangkan distorsi persepsi adalah penyimpangan persepsi dari makna yang dikehendaki. 

Misalnya ketika suami mengatakan "Aku tidak senang melihat engkau berpakaian seperti itu". Sang isteri tersinggung dan sakit hati, karena ia menyimpulkan suaminya membenci dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun