Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membangun Kembali Kepercayaan kepada Pasangan

12 April 2014   14:07 Diperbarui: 4 April 2017   18:01 87578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu hal yang harus anda perhatikan, bahwa semua orang memiliki kekurangan dan kesalahan. Jika suami melakukan kesalahan, itu ada andil dari istri, dan jika istri melakukan kesalahan juga ada andil dari suami. Jika menuruti ego dan emosi, ikatan pernikahan bisa rusak dengan mudah, dan harus dibayar dengan harga yang mahal. Maka jangan menuruti ego dan emosi, tundukkan agar tidak berpotensi merusak kebahagiaan keluarga yang masih bisa anda bangun kembali bersama pasangan.

3. Lupakan Kesalahan Pasangan

Hal yang paling berat adalah melupakan kesalahan pasangan. Banyak istri dan suami yang menyatakan tidak bisa melupakan kesalahan pasangan. Mengapa mereka tidak bisa melupakan, itu karena mereka terus mengingatnya. Berhentilah terobsesi dengan kesalahan pasangan yang membuat anda selalu mengingat kesalahan itu. Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana cara agar tidak lagi mengingat kesalahan yang pernah dilakukan pasangan?

Anda tentu ingat dengan pertanyaan saya “bisakah selembar daun menutupi dunia ini?” Jawabnya adalah : bisa, ketika daun itu menutupi kedua mata kita. Dunia yang sangat besar ini tertutup oleh selembar daun yang menempel di mata kita. Demikian pula dengan hati kita, apa yang paling banyak memenuhi hati kita itu yang akan selalu teringat dan tidak pernah dilupakan.

Hati kita hanya ada satu. Jika memenuhi hati dengan kesalahan pasangan, maka tidak ada satupun tempat di hati untuk berbagai macam kebaikannya. Namun jika memenuhi hati dengan kebaikan pasangan, maka tidak ada lagi memori yang tersisa untuk menyimpan ingatan tentang kesalahan dan kekurangannya.

4. Membuat Komitmen Baru

Tenangkan hati, beningkan pikiran, duduk berdua dengan pasangan. Buatlah komitmen baru. Anda pasti pernah membuatnya di masa yang lalu, namun ingatlah bahwa keluarga itu “organisme hidup”. Keadaannya sangat dinamis, selalu ada yang baru dari diri dan pasangan kita. Oleh karena itu, tidak ada salahnya selalu membuat komitmen baru, karena kita akan selalu menghadapi hari-hari baru.

Ajaklah pasangan membuat kesepakatan bersama, demi keutuhan dan kebahagiaan keluarga, demi masa depan anak-anak tercinta. Suami dan istri harus berjanji untuk saling menjaga, saling menguatkan, saling mengingatkan, agar perjalanan bahtera rumah tangga mereka selalu dalam jalan yang benar. Tidak menyimpang dan melanggar.

5. Melakukan Konseling

Jika persoalan sudah sedemikian pelik dan tidak bisa diselesaikan berdua, jangan sungkan untuk melakukan konseling kepada para konselor yang dipercaya. Ingat, jangan melakukan “curhat jalanan”, karena hal itu bisa semakin menambah rumit permasalahan. Lakukan curhat hanya kepada konselor pernikahan, sehingga rahasia keluarga anda tidak akan menyebar kemana-mana. Para konselor akan merahasiakan semua curhat anda, karena mereka terikat oleh etika konseling.

Konseling dilakukan di tempat yang privat, sehingga tidak akan diketahui oleh pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan. Jangan curhat di televisi, karena itu akan membuat rahasia keluarga tersebar ke seluruh Indonesia melalui media. Jangan curhat melalui status fesbuk, karena itu dibaca oleh banyak khalayak. Jangan curhat melalui jejaring sosial karena itu menyebarkan aib keluarga secara semena-mena. Jangan curhat kepada teman kerja, karena ia bukan konselor keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun