[caption id="attachment_331328" align="aligncenter" width="600" caption="ilustrasi : www.goziyan.com"][/caption]
Banyak keluhan di ruang konseling, istri yang merasa dikhianati suami sehingga ia merasa sakit hati dan sulit memaafkan suami. Sang istri menjumpai suaminya berselingkuh, kenyataan itu terasa sangat pahit dan menghancurkan kepercayaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Ia bertanya bagaimana cara untuk membangun kembali kepercayaan yang sudah hancur lebur seperti itu. Apakah masih bisa memilliki rasa percaya kepada suami yang pernah melakukan kesalahan seperti itu?
Demikian pula, ketika suami merasa ditikam dari belakang oleh sang istri. Selama ini suami demikian percaya kepada istrinya, namun tidak diduga sama sekali ternyata sang istri selingkuh. Lebih tragis lagi, sang istri menghabiskan uang hasil usaha suami untuk bersenang-senang dengan lelaki yang menjadi kekasihnya. Rasa percaya yang telah dimiliki suami selama ini mendadak hilang, dan ia tidak tahu lagi apakah masih bisa membangun kembali rasa kepercayaan kepada istrinya.
Menyusun Puzle Kepercayaan
Memang tidak mudah membangun kembali kepercayaan seperti sedia kala, ketika mendapati pasangan melakukan kesalahan yang menyakitkan. Perselingkuhan telah menghancurkan bangunan kebahagiaan keluarga, merusak kepercayaan kepada pasangan yang telah dibina sepanjang masa pernikahan mereka. Namun bukan berarti pernikahan tidak bisa diselamatkan karena adanya kesalahan yang pernah dilakukan oleh pasangan.
Jangan merasa sejarah keluarga sudah selesai. Ada sangat banyak cara untuk membangun kembali kepercayaan kepada pasangan. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan oleh suami dan istri untuk mengembalikan kepercayaan kepada pasangan.
1. Menjaga Keutuhan Keluarga
Pertama kali yang harus dipikirkan dengan sangat cermat dan masak adalah menjaga keutuhan keluarga. Saat melaksanakan prosesi pernikahan, telah memiliki janji hati untuk saling mencintai tanpa batas waktu. Pernikahan adalah ikatan sakral atas nama Tuhan yang tidak boleh dirusak dengan semena-mena. Perasaan tanggung jawab atas keutuhan keluarga ini yang membuat suami dan istri berpikir secara rasional, tidak mudah terpancing oleh keinginan membuat keputusan sesaat tanpa memikirkan masa depan.
Kesalahan yang dilakukan oleh pasangan, jangan cepat-cepat membuat seseorang mengambil keputusan untuk mengakhiri sejarah keluarga. Ingat anak-anak yang memerlukan bimbingan dan kasih sayang kedua orang tua. Perhatikan masa depan anak-anak, mereka memerlukan keluarga yang utuh. Perceraian sangat menyakitkan bagi anak-anak, maka harus dihindari sejauh mungkin.
2. Tundukkan Emosi dan Ego Diri
Sangat bisa dipahami munculnya emosi yang tinggi saat mengetahui pasangan melakukan perselingkuhan. Ego diri selalu mengajak seseorang untuk segera membuat perhitungan dengan pasangan. Harga diri sebagai suami atau sebagai istri merasa ternodai, dan ia tidak terima diperlakukan oleh pasangannya dengan hal yang menyakitkan. Itu yang berkecamuk dalam hati dan pikiran suami dan istri yang merasa dikhianati pasangan.
Satu hal yang harus anda perhatikan, bahwa semua orang memiliki kekurangan dan kesalahan. Jika suami melakukan kesalahan, itu ada andil dari istri, dan jika istri melakukan kesalahan juga ada andil dari suami. Jika menuruti ego dan emosi, ikatan pernikahan bisa rusak dengan mudah, dan harus dibayar dengan harga yang mahal. Maka jangan menuruti ego dan emosi, tundukkan agar tidak berpotensi merusak kebahagiaan keluarga yang masih bisa anda bangun kembali bersama pasangan.
3. Lupakan Kesalahan Pasangan
Hal yang paling berat adalah melupakan kesalahan pasangan. Banyak istri dan suami yang menyatakan tidak bisa melupakan kesalahan pasangan. Mengapa mereka tidak bisa melupakan, itu karena mereka terus mengingatnya. Berhentilah terobsesi dengan kesalahan pasangan yang membuat anda selalu mengingat kesalahan itu. Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana cara agar tidak lagi mengingat kesalahan yang pernah dilakukan pasangan?
Anda tentu ingat dengan pertanyaan saya “bisakah selembar daun menutupi dunia ini?” Jawabnya adalah : bisa, ketika daun itu menutupi kedua mata kita. Dunia yang sangat besar ini tertutup oleh selembar daun yang menempel di mata kita. Demikian pula dengan hati kita, apa yang paling banyak memenuhi hati kita itu yang akan selalu teringat dan tidak pernah dilupakan.
Hati kita hanya ada satu. Jika memenuhi hati dengan kesalahan pasangan, maka tidak ada satupun tempat di hati untuk berbagai macam kebaikannya. Namun jika memenuhi hati dengan kebaikan pasangan, maka tidak ada lagi memori yang tersisa untuk menyimpan ingatan tentang kesalahan dan kekurangannya.
4. Membuat Komitmen Baru
Tenangkan hati, beningkan pikiran, duduk berdua dengan pasangan. Buatlah komitmen baru. Anda pasti pernah membuatnya di masa yang lalu, namun ingatlah bahwa keluarga itu “organisme hidup”. Keadaannya sangat dinamis, selalu ada yang baru dari diri dan pasangan kita. Oleh karena itu, tidak ada salahnya selalu membuat komitmen baru, karena kita akan selalu menghadapi hari-hari baru.
Ajaklah pasangan membuat kesepakatan bersama, demi keutuhan dan kebahagiaan keluarga, demi masa depan anak-anak tercinta. Suami dan istri harus berjanji untuk saling menjaga, saling menguatkan, saling mengingatkan, agar perjalanan bahtera rumah tangga mereka selalu dalam jalan yang benar. Tidak menyimpang dan melanggar.
5. Melakukan Konseling
Jika persoalan sudah sedemikian pelik dan tidak bisa diselesaikan berdua, jangan sungkan untuk melakukan konseling kepada para konselor yang dipercaya. Ingat, jangan melakukan “curhat jalanan”, karena hal itu bisa semakin menambah rumit permasalahan. Lakukan curhat hanya kepada konselor pernikahan, sehingga rahasia keluarga anda tidak akan menyebar kemana-mana. Para konselor akan merahasiakan semua curhat anda, karena mereka terikat oleh etika konseling.
Konseling dilakukan di tempat yang privat, sehingga tidak akan diketahui oleh pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan. Jangan curhat di televisi, karena itu akan membuat rahasia keluarga tersebar ke seluruh Indonesia melalui media. Jangan curhat melalui status fesbuk, karena itu dibaca oleh banyak khalayak. Jangan curhat melalui jejaring sosial karena itu menyebarkan aib keluarga secara semena-mena. Jangan curhat kepada teman kerja, karena ia bukan konselor keluarga.
6. Perbanyak Aktivitas Positif
Penuhi hari-hari dengan berbagai macam kesibukan yang bermanfaat. Jangan membiarkan diri hanya duduk merenung, menutup diri dari pergaulan, meratapi sakit hati. Lakukan sebanyak mungkin aktivitas yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat. Jalani terapi ruhani, dengan memperbanyak ibadah dengan pendekatan kepada Allah. Dengan jalan ini hati akan menjadi tenang, terbebas dari kegelisahan dan luapan kemarahan.
Lakukan aktivitas sosial kemasyarakatan dengan normal, jangan mengurung diri karena merasa malu. Seakan-akan semua orang sudah tahu masalah yang sedang menimpa keluarganya. Lakukan olah raga, tamasya, dan aktivitas rekreatif lainnya. Jangan biarkan waktu kosong tanpa aktivitas yang bermanfaat. Kekosongan waktu akan membuat hati melamun dan selalu konsentrasi memikirkan kesalahan pasangan.
7. Hindari Balas Dendam
Ketika suami selingkuh, sebagian istri berpikir untuk membalas dendam dengan jalan selingkuh pula. Ketika istri selingkuh, sebagian suami merasa ada alasan untuk membalas sakit hati dikhianati istri dengan berselingkuh pula. Keinginan balas dendam ini akan semakin menambah rumitnya masalah keluarga. Perselingkuhan suami adalah sebuah masalah, dan begitu istri balas dendam dengan selingkuh maka ini masalah berikutnya. Tentu lebih rumit menyelesaikan permasalahan yang bertumpuk seperti ini.
Balas dendam adalah tindakan yang menambah parah persoalan dan membuat semakin sulit untuk diselesaikan. Memuaskan emosi dengan balas dendam sering dikira menjadi jalan pintas untuk penyelesaian persoalan, dan akan bisa mengembalikan kepercayaan kepada pasangan, karena berada pada posisi score 1 : 1. Satu kesalahan pasangan dibalas dengan satu kesalahan dirinya. Satu perselingkuhan pasangan dibalas dengan satu perselingkuhan dirinya. Impas, satu – satu. Ini justru menambah parah persoalan.
Memerlukan Waktu
Sheri dan Bob Stritof, pakar pernikahan dan keluarga di About.com Marriage menjelaskan bahwa membangun kembali kepercayaan setelah dikhianati memerlukan waktu yang bervariasi. Ada beberapa orang yang bisa memaafkan pasangannya dalam waktu sebentar saja, namun ada pula yang memerlukan waktu yang lama. Namun sesungguhnya kuncinya ada pada diri suami dan istri itu sendiri, apakah akan dibuat sebentar atau lama.
Waktu adalah bagian dari solusi. Maka ketika sedang di puncak emosi, jangan lampiaskan sesaat pada waktu itu juga. Lakukan cooling down, karena seiring berjalannya waktu, emosi yang menekan jiwa akan semakin berkurang dan terasa lebih ringan. Biarkan saja waktu bergulir, hari-hari akan berganti, esok pagi matahari pasti bersinar lagi. Memberikan harapan baru dalam kehidupan keluarga yang masih panjang membentang di hadapan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI