Suhu dari dalam bumi tak kalah panasnya, maklum Kota Berau ini berdiri di atas hamparan batu bara. Panasnya matahari berpadu dengan panasnya batu bara membuat Kota Berau seperti dipanggang saja layaknya.
Terik kota Berau membuat saya tidak kuat untuk melanjutkan pekerjaan lapangan. Tepat tengah hari kami memutuskan untuk istirahat dan kembali ke Pos Pajak Berau. Kami butuh istirahat untuk mengembalikan stamina.
Menjelang jam dua, tim sudah bersiap akan turun ke lapangan lagi. Suasana sangat terik. Memandang ke luar kaki saya lemas, berat rasanya untuk melangkah, panas bangeettt . . . Akhirnya saya pamit tidak ikut turun. Saya tidak tahan dengan cuaca terik. Akhirnya berangkatlah mereka berdua Mas Wahid dan Bang Ricky ke lapangan masih dengan semangat empat lima. Hidup Mas Wahid ! Hidup bang Ricky !
Lama saya menunggu di pos, anak-anak tak jua kembali. Ada apa dengan mereka ? Pukul lima sudah lewat mereka masih juga belum balik ke pos. Menjelang maghrib mereka baru muncul, dengan wajah yang nampak kusut karena kecapean, namun senyumnya tetap merekah. Ada aura kepuasan di wajah mereka.Â
Ada apa ini senyumnya kok cerah mereka, merah merona ? Rupanya mereka hari ini mendapatkan hasil pekerjaan yang cukup banyak. Bahkan targetnya sudah tercapai, jadi besok kita cukup di kantor membenahi berkas hasil lapangan. Jadi tidak perlu berpanas-panas lagi. Ooo ... begitu ... pantas senyumnya cerah merekah. Tepuk tangan dong untuk Mas Wahid dan Bang Ricky, calon-calon pemimpin masa depan . . . Â
Selamat berjuang, kalian adalah pahlawan APBN ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H