Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menengok Militansi Para Junior di KPP Pratama Tanjung Redeb

30 November 2018   09:31 Diperbarui: 30 November 2018   09:52 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Wahid dan Bang Ricky on duty (dok Pribadi)

Dua hari ini saya benar-benar menyaksikan dengan mata kepala sendiri militansi pegawai pajak ini. Saya sengaja membuntuti dua anak muda pegawai Kantor Pelayanan Pajak Tanjung Redeb melakukan kegiatan visit ke lapangan. 

Saya menyaksikan mereka berdua anak-anak muda yang penuh dedikasi ini menyususri jalan-jalan di Kota Berau Kalimantan Timur untuk melakukan pengawasan pembayaran PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS).

Saya membuntuti mereka melakukan perjalanan sejak dari dari Kota Tarakan di Kalimantan Utara ke Berau di Kalimantan Timur. Untuk sampai di Kota Berau mereka membutuhkan waktu empat sampai lima jam perjalanan. Betapa berat tugas mereka ini, tapi begitulah orang-orang pajak mereka biasa bekerja keras demi mengisi pundi-pundi negara. Mereka orang-orang yang tegar dalam tugas, bahkan di medan yang tidak ramah sekalipun.

Adalah Raden Muhamad Wahid dan Ricky Dwiariya Kalew yang mendapatkan tugas untuk melakukan pengawasan di lapangan kali ini. Mereka berangkat dari Pelabuhan Tengkayu Tarakan pukul 07.40 WITA menggunakan angkutan umum berupa speed boat menuju Kota Tanjung Selor. Perjalanan membelah laut dan menyusuri Sungai Kayan ini memakan waktu sekitar satu setengah jam.

Saya sudah berkali-kali menyusuri rute ini. Saya menyebutnya sebagai rute yang ngeri-ngeri sedap. Di rute ini gelombang lautnya tak selalu ramah. Jika cuaca sedang kurang bersahabat gelombang laut bisa sampai puluhan kali menerjang speed boat. Terjangan ombak di sini lumayan ganas. Kadang bahkan sampai menimbulkan goncangan keras, sekuat hantaman sepotong balok kayu besar menghantam badan speed boat. 

Lolos dari hantaman gelombang laut, speed boat memasuki Sungai Kayan menuju Pelabuhan di anjung Selor. Perjalanan menysusuri Sungai Kayan ini lumayan mengasikkan, dibandingkan membelah laut tadi. 

Penampakan badan sungai yang meliuk-liuk bagaikan seekor ular raksasa yang berjalan zigzag, pohon-pohon nipah berbaris rapi sepanjang bibir sungai, burung-burung kolibri yang beterbangan di pohon-pohon bakau yang tumbuh di sana-sini menjadikan mata ini tak bosan-bosannya memandangi. Sesekali guncangan terasa jika ada speed boat yang melintas dari arah yang berlawanan, menambah asyiknya perjalanan.

Sekitar pukul sembulan pagi speed boat bersandar di Pelabuhan Kulteka Tanjung Selor. Kami menunggu bang Edwin yang semalam sudah janjian untuk mengantar kami menuju Kota Berau. Tak sampai seperempat jam kami menunggu, beliau muncul dengan mobil travelnya. Tidak pakai lama kamipun segera meluncur menuju Berau di Kalimantan Timur.

Perjalanan etape ke dua ini tak kalah ngeri-ngeri sedapnya dibandingkan dengan etape pertama yang banyak hantaman gelombang itu. Di etape ini tantangannya adalah ketahanan fisik. Karena rute yang memakan waktu kurang lebih tiga jam perjalanan darat ini, harus melewati jalan naik bukit dan menuruni lembah dengan kondisi jalan yang berbelok-kelok. 

Karakter jalan yang seperti itulah yang menantang ketahanan fisik kita bagaimana triknya agar tidak mabuk di jalan. Saya sendiri untuk urusan mabuk di rute ini sudah cukup berpengalaman. Saya sudah beberapa kali mabuk di rute ini. Semoga hari ini kuat sampai di Berau tanpa ada mabuk di badan ini.

Mobil melaju dengan cukup kencang. Kami menyususuri jalan nasional yang menghubungkan Kota Tanjung Selor Ibu Kota Propinsi Kalimantan Utara dan Kota Berau di Kalimantan Timur. Bang Erwin cukup lincah mengendalikan laju mobil di jalan berkelok dan naik turun ini. Maklum bagi beliau jalan ini adalah makanan sehari-hari. Rute ini adalah trayek harian dari mobil travel miliknya.

Alhamdulillah yang saya khawatirkan tidak terjadi. Saya hari ini tidak mengalami mabuk di perjalanan berat ini. Berarti badan ini cukup fit.

Belum lagi pukul satu tengah hari kami sudah sampai di Pos Pajak Berau. Di pos inilah para karyawan KPP Pratama Tanjung Redeb biasa transit jika mereka berdinas ke Berau. Biasanya mereka istirahat melepas lelah terlebih dahulu, untuk kemudian melanjutkan ke lapangan.

Setelah melaksanakan sholat dhuhur, kami melepas lelah sejenak menghilangkan sedikit rasa pegal yang menggelayut di badan. Sesuai rencana mas Wahid dan Bang Ricky nanti pukul dua akan turun ke lapangan. Alamak mereka cuma butuh waktu istirahat satu jam. 

Inilah hebatnya anak-anak muda generasi penerus di Ditjen Pajak ini, anak-anak muda yang tak kenal lelah dalam mengisi pundi-pundi negara. Anak-anak muda yang bekerja di wilayah yang sangat jauh dari keramaian kota, namun mereka memiliki dedikasi yang tidak kalah dengan rekan-rekannya yang bekerja di kantor-kamtor pajak yang berlokasi di kota. 

Bahkan dalam hal militansi, mereka inilah para juaranya. Bayangkan untuk melakukan visit ke lapangan mereka membutuhkan waktu empat sampai lima jam untuk membelah laut, menyusuri sungai dan menaklukkan jalan menerobos hutan. Luar biasa bukan ?

Rencana untuk turun ke lapangan ternyata di kalahkan oleh alam. Hujan deras yang mengguyur kota Berau menjadi hakim yang memutuskan bahwa untuk turun ke lapanagn kami harus menunggu sampai hujan reda. Okelah kalau begitu kita menunggu sampai hujannya reda.

Menjelang ashar hujanpun reda. Sayup-sayup terdengar suara adzan dari masjid jami' Kota Berau. Mas Wahid dan Bang Ricky menuju objek pajak yang masuk list untuk dilakukan visit dalam rangka pengawasan kepatuhan pembayaran pajaknya.

Daftar nama wajib pajak yang kami bawa, tak satupun yang menuliskan alamat dengan lengkap. Alamat hanya di tulis nama jalan, kadang ditambahi dengan Rt tapi tanpa nomor rumah. Maklum datanya diperoleh dari fihak lain. Hal ini tentu saja menyulitkan tim di lapangan. Tapi dalam kamus Mas Wahid dan Bang Ricky tidak ada kata sulit, apa lagi menyerah. Pekerjaan harus tetap dinikmati.

Itulah yang membuat saya salut dengan mereka berdua. Dalam kondisi yang tidak mudah, di mana data yang dipegangnya tidak lengkap, namun hal itu tak sedikitpun mengendurkan semangat mereka untuk terus menemukan wajib pajak yang dimaksud. Dedikasi mereka memang luar biasa. Mereka inilah para pemegang tampuk kebijakan pajak di masa mendatang. 

Di tangan orang-orang yang berdedikasi tinggi semacam mas Wahid dan Bang Ricky, kita semua optimis bahwa pengelolaan pajak ke depan akan semakin baik. Kalau managemen pengelolaannya lebih baik baik, penerimaan negara juga akan ikut terdongkrak naik jika penerimaan pajak naik artinya anggaran negara akan semakin besar. Jika anggaran besar maka kesejahteraan masyarakat juga akan terkerek naik. Selamat untuk Mas Wahid dan Bang Ricky, kalianlah calon-calon pemimpin masa depan.

Waktu menunjukkan pukul lima sore. Anak-anak muda itu tak ada capeknya, mereka masih ingin melanjutkan tugas. Saya sudah tidak kuat mengikuti mereka. Akhirnya kami sepakat kerja hari ini kita sudahi sampai di sini. Alhamdulillah akhirnya kami sepakat untuk balik ke Pos Pajak Berau untuk istirahat.

Bang Ricky dan Bang Irwan memeriksa cool box (dok. Pribadi)
Bang Ricky dan Bang Irwan memeriksa cool box (dok. Pribadi)
Memasuki hari ke dua, kami melanjutkan pekerjaan yang tersisa tempo hari. Di hari kedua kami berboncengan motor. Dalam suasana terik Kota Berau yang memuncak kami menyusuri jalan-jalan di kota yang terkenal sangat panas ini. Ya kota ini dikenal memiliki dua matahari, satu dari atas satu dari dalam bumi. 

Suhu dari dalam bumi tak kalah panasnya, maklum Kota Berau ini berdiri di atas hamparan batu bara. Panasnya matahari berpadu dengan panasnya batu bara membuat Kota Berau seperti dipanggang saja layaknya.

Terik kota Berau membuat saya tidak kuat untuk melanjutkan pekerjaan lapangan. Tepat tengah hari kami memutuskan untuk istirahat dan kembali ke Pos Pajak Berau. Kami butuh istirahat untuk mengembalikan stamina.

Menjelang jam dua, tim sudah bersiap akan turun ke lapangan lagi. Suasana sangat terik. Memandang ke luar kaki saya lemas, berat rasanya untuk melangkah, panas bangeettt . . . Akhirnya saya pamit tidak ikut turun. Saya tidak tahan dengan cuaca terik. Akhirnya berangkatlah mereka berdua Mas Wahid dan Bang Ricky ke lapangan masih dengan semangat empat lima. Hidup Mas Wahid ! Hidup bang Ricky !

Lama saya menunggu di pos, anak-anak tak jua kembali. Ada apa dengan mereka ? Pukul lima sudah lewat mereka masih juga belum balik ke pos. Menjelang maghrib mereka baru muncul, dengan wajah yang nampak kusut karena kecapean, namun senyumnya tetap merekah. Ada aura kepuasan di wajah mereka. 

Ada apa ini senyumnya kok cerah mereka, merah merona ? Rupanya mereka hari ini mendapatkan hasil pekerjaan yang cukup banyak. Bahkan targetnya sudah tercapai, jadi besok kita cukup di kantor membenahi berkas hasil lapangan. Jadi tidak perlu berpanas-panas lagi. Ooo ... begitu ... pantas senyumnya cerah merekah. Tepuk tangan dong untuk Mas Wahid dan Bang Ricky, calon-calon pemimpin masa depan . . .  

Selamat berjuang, kalian adalah pahlawan APBN ...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun