Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menapak Jejak Petugas Pajak di Bumi Moyangnya Orang-orang Dayak

11 Februari 2018   10:48 Diperbarui: 11 Februari 2018   20:18 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syukurlah karena ternyata perjalanan di etape ketiga seri dua ini lumayan enak. Kami menempuh jalur darat, sehingga suasana seram Sungai Kayan tidak nampak di sini, pun belokan tanjakan curam yang kami jumpai di etape kedua juga tidak nampak di sini. Kami menempuh perjalanan yang melewati kampung-kampung penduduk transmigrasi.

Konon rumah-rumah penduduk yang kami jumpai sepanjang perjalanan ini dihuni oleh para pendatang. Mereka adalah para transmigran angkatan terakhir di jaman Presiden Soeharto. Mereka berasal dari Jawa dan Flores.

Kondisi perkampungan mereka sudah cukup maju dengan jalan yang beraspal. Dan satu lagi keadaan yang cukup menonjol yang saya catat dari perjalanan ini adalah berlimpahnya buah rambutan di rumah-rumah penduduk. Kami mengamati bahwa semua rumah yang kami jumpai sepanjang perjalanan di Kecamatan Segah ini memiliki pohon rambutan. Bahkan mereka memilikinya dalam jumlah yang banyak.

Kesan yang kami dapatkan dari penduduk di Kecamatan segah ini orang-orangnya cukup ramah dan bersahabat. Terbukti saat kami berhenti untuk makan siang di sebuah warung yang cukup sederhana, kami ditawari untuk memetik buah rambutan. Demi didapatinya tawaran yang menggiurkan ini maka kami segera mengiyakan dan langsung memeitik sendiri buah rambutan yang merah ranum itu. Tak sampai setengah jam tak kurang lima kiloan rambutan ludes kami santap. Tak ubahnya kancil hutan yang lahap menyantap timun hasil curian di kebun pak tani, kami pun dengan lahapnya memangsa buah manis yang memiliki rambut lebat ini.  

Setelah selesai makan siang dan melanjutkan perjalanan kami baru sadar,”Bapak yang tadi nawarin buah rambutan, serius nggak ya beliau . .  . jangan-jangan beliau tadi cuma basa-basi saja, kitanya yang kelewat nafsu menyambut tawarannya . . . waduh . . . ganas juga selera makannya mereka ini ya?

Perjalanan menuju site tambang tinggal separuhnya lagi. Kendaraan kami berbelok memasuki jalanan tanah berbatu kapur menuju site tambang yang kedua. Nampak jelas jalanan ini jarang di lalui orang. Hanya truck bermuatan batu bara yang melintas di sini. Konon dulunya jalan ini adalah jalan loging dari perusahaan kayu yang mengambil kayu di hutan. Dulu truck gede-gede seukuran tiga puluh gajah yang melintasi jalanan ini. Truck membawa gelondongan kayu-kayu besar itu siang malam melintas jalan menimbulkan debu yang menutup pandangan mata.

Di jalan ini jika ada kendaraan yang lewat, debu bebas beterbangan membumbung ke udara. Tidak ada petugas yang menyiram jalanan sebagaimana di jalur hauling perusahaan tambang batu bara pada umumnya. Akibat debu itu menjadikan jalan ini sangat rawan kecelakaan. Ditambah lagi tidak adanya sistem pengamanan sama sekali.

Di kanan kiri kami nampak lahan mati bekas galian tambang yang belum direklamasi. Dari visit kami ke berbagai tambang yang berada di Kalimantan Timur dan sebagian Kalimantan Utara, kami sering menemukan banyaknya lahan kritis akibat tidak dilaksanakannya program reklamasi bekas galian tambang. Kali ini kami disuguhi pemandangan yang serupa. Ngeri melihatnya.

Setelah menempuh jalanan tanah hampir satu jam akhirnya sampailah kami di site tambang yang kami tuju. Berhektar-hektar lahan tanah yang sudah di gali nampak membentang di depan kami.

Hari sudah sore, kami mempercepat kerja dalam menggali informasi terkait aktivitas penambangan. Mas Eko dan Mas Sigit bekerja cepat mengorek segala informasi yang dibutuhkan. Akhirnya semua data lapangan yang dibutuhkan kami anggap cukup. Kami melengkapi data matematis dengan data visual. Pak Atim Widodo membidikkan kamera untuk mengambil beberapa angel foto terbaik. Tak lupa pak Agung mengajak kami foto bersama dengan latar belakang penambangan batu bara. Cukup? Belum. Pak Agung masih menambah dengan foto selfie . . . he he he . . .

Hari sudah mulai gelap. Matahari sudah bersiap masuk ke peraduannya. Kami menyudahi kunjungan ini. Mobil kami membuntuti mobil pemandu, menuju jalan keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun