Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Geliat Oplet Tua, Ekspedisi Petugas Pajak di Tanah Dayak

18 Oktober 2017   13:31 Diperbarui: 20 Oktober 2017   08:35 2948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan benar perjalanan kami benar-benar memasuki jalan dengan turunan dan tanjakan yang benar-benar sangat ekstrim. Turunnya sangat curam dan naiknya ekstrem sekali. Beruntunglah driver yang membawa kami cukup berpengalaman di medan ekstrem semacam ini. Maklumlah rute kami adalah jalanan di lereng-lereng gunung yang menghubungkan satu gunung dengan gunung yang lain dalam rangkaian pegunungan Malinau Selatan ini.

Jalur ekstrim yang meliuk-liuk di sisi jurang dengan kedalaman berpuluh meter menghiasi separuh perjalanan ke depan. Mobil yang kami tumpangi meliuk-liuk di jalanan berlobang sana-sini akibat tergerus air hujan. Kami menyusuri jalan di ketinggian sejajar pucuk-pucuk pohon raksasa tyang tumbuh di dasar jurang berpuluh meter di bawah sana. Kalau suasana mendung di ketinggian ini biasanya berkabut. Dalam cuaca seperti itu perjalanan akan nampak mengambang di atas awan. Maka pak E dan kawan-kawan biasa menyebut lokasi ini sebagai lokasi di atas awan. Menoleh ke kanan atau ke kiri menjadi sangat kaku. Adrenalin yang mengguyur nyali melarang keras kepala ini untuk menoleh. Ngerii . . .

Adrenalin kami masih terus diuji. Setelah curumnya jalan yang berlobang di sana-sini kami lewati, kami harus menghadapi jembatan kayu yang hampir amblas ke sungai. Sementara di bawah sana di kedalaman yang cukup mengerikan mengalir deras air berwarna kecoklatan dengan arus yang siap menghanyutkan apa saja yang tercebur di dalamnya. Suasana menjadi tegang, namun lagi-lagi alhamdulillah kami terbantu dengan driver yang sangat menguasai jalur ekstrim ini. Maklumlah bang Iwan Iwan ini memang ahlinya jalur berkelas off road.

Jalanan mulai agak menurun, tapi masih tetap meliuk-liuk di tepian jurang satu ke jurang berikutnya. Di pengkolan sebuah bukit kami terpaksa harus menghentikan perjalanan, karena jalanan tertutup longsor dari atas bukit. Di sisi kami, jurang menganga sangat dalam iihhh . . . ngeri sekali . . . Untunglah saat itu ada pekerja yang sedang menyingkirkan longsoran tersebut. Akhirnya setelah menunggu sekitar seperempat jam, dengan hati-hati mobil bisa lewat dengan aman. Alhamdulillah . . .

Perjalanan masih menantang. Kali ini menuju ke Kantor Kecamatan Malinau Selatan Hulu. Sebuah kantor kecamatan yang terletak pada ketinggian gunung dengan jalur yang sangat ekstrim. Tentu ini sebuah pemandangan yang cukup aneh, namun begitulah yang terjadi. Di sepanjang wilayah yang kami lalui memang sedang terjadi pemecahan wilayah baik wilayah desa maupun wilayah kecamatan. Dan wilayah kecamatan Malinau Selatan Hulu ini termasuk wilayah kecamatan baru, pecahan dari Kecamatan Malinau Selatan.

Di wilayah-wilayah ini jangan berharap bisa menelepon. Untuk SMS saja bisa berjam-jam baru terkirim, itupun kalau sedang ada angin surga yang sedang lewat kita bisa titip pesan sama dia. Nah di dekat kantor kecamatan ini ada satu area di puncak gunung yang memiliki sinyal relatif utuh. Area ini diberi nama gunung cinta, karena di tempat inilah biasanya para pekerja perusahaan kayu, pegawai kecamatan, guru atau bidan di Puskesmas terdekat biasa memanfaakan untuk berkirim SMS. Dan kalau lagi beruntung kadang bisa menelepon keluarganya untuk melepas kangen.

Perjalanan makin seru. Memasuki tiga jam perjalanan jalur ekspedisipun tidak semakin ramah. Kembali kami harus menghadapi kenyataan, bahwa jalanan di depan kami berkontur sangat tajam. Naik dan turun sangat ekstrem. Kembali pucuk-pucuk pohon berketinggian lima puluh meteran ada di sisi kiri-kanan kami. Pohon-pohon yang tumbuh di dasar jurung itu cukup menjadi saksi bahwa posisi kami saat ini berada di atas jurang setinggi lima puluh meteran. Wouw ngeri sekali. Pernah ada mobil perhutani yang hampir saja jatuh ke dasar jurang, untungnya nyangkut di pohon.

Memasuki jam ke empat perjalanan, jalanan semakin tidak jelas. Kami harus melewati jembatan kayu yang disilangkan di atas sungai dengan sekenanya. Jembatan kayu yang nampak sudah mulai lapuk itu harus kami lewati, karena ini satu-satnya akses jalan yang bisa kami lewati. Di jalanan ekstrem ini, banyak orang tidak berani mendaki sampai di ketinggian ini, terbukti tiga jam lebih perjalanan tak pernah kami bersimpangan dengan mobil. 

Saya berharap ada sopir stres yang nekat membawa penumpangnya ke sini, untuk menghibur kami bahwa kami terjebak di ketinggian gunung ini tidak sendiri. Tapi buru-buru saya meralatnya, kami tidak ingin menambah buruknya suasana dengan igauan yang jelek tadi. Maklum diketinggian seperti itu igauan memang menjadi gampang muncul . . .

Lagi-lagi kami bersyukur karena driver kami benar-benar jebolan offroad yang handal. Drama perlombaan adrenalin itu berakhir dengan happy ending. Kami bisa melewati jembatan kayu tersebut dengan baik. Alhamdulillah . . .

Perjalanan selanjutnya relatif ringan. Terutama memasuki perjalanan pada jam ke lima. Ini jam terakhir ekspedisi kami. Ini artinya kami sudah mau sampai di base camp lagi. Karena perjalanan kami mengambil jalan memutar dengan mengitari sebanyak lima gunung. Kini perjalanan memasuki jalan yang semakin menurun di lereng-lereng gunung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun