Saya sering menerima telepon ataupun sekedar sms atau WA dari penangkar burung jalak bali yang mengeluhkan burung jalak balinya. Sebagian besar mereka adalah para pendatang baru di dunia penangkar burung jalak bali. Mayoritas mereka, belum saya kenal, dan saya belum pernah bertransaksi jual beli burung jalak bali dengan mereka. Mereka mendapatkan nomor hp saya dari blog ini. Saya bersyukur bahwa mereka memilih saya sebagai salah satu teman berbincang soal burung jalak bali. Semoga ada simbiosis mutualisme dalam hubungan-hubungan seperti itu, aamiin . . .
Keluhan mereka bermacam-macam. Misalnya di antara mereka ada yang mengeluh burung jalak bali yang dibelinya tidak sesuai spesifikasi sebagaimana yang digambarkan penjualnya saat bertransaksi dahulu, ada yang mengeluh karena disinyalir sepasang burung yang dibelinya jantan semua, ada yang mengadu telah tertipu karena burung yang dibelinya lewat on line ternyata penjualnya abal-abal, ada yang tidak sabar di mana burung jalak balinya sudah dipiara selama dua tahun tapi burungnya belum mau unjal sarang dan lain-lain.
Biasanya kepada mereka saya berikan saran semampu saya, karena sedikitnya pengetahuan dan sak dulit pengalaman yang saya miliki. Biasanya bersifat praktis saja, sesuai dengan keadaan mereka. Misalnya terhadap penangkar burung jalak bali yang mengadukan masalahnya dimana burung jalak bali yang dia beli secara on line burungnya kurang sehat, sertifikatnya meragukan, saya sampaikan bahwa salah satu kelemahan bertransaksi lewat on line memang seperti itu.
Karena kita tidak bisa melihat burungnya secara langsung maka faktor kredibilitas (amanah) sang penjual sangat diandalkan. Jadi kunci transaksi on line ada pada sifat amanah dari penjualnya. Jika penjualnya amanah maka insya Allah spesifikasi burungnya benar-benar sesuai dengan yang disampaikannya. Namun jika penjualnya kurang amanah, maka memungkinkan si penjual untuk memberikan gambaran terhadap burung jalak bali yang menjadi dagangannya melebihi dari keadaan objektif burungnya. Misalnya burungnya kurus dibilang gemuk dan sehat. Burung berusia tiga bulanan dibilang telah berumur tujuh bulan dan lain-lain.
Cara membeli burung jalak bali yang paling bagus adalah dengan datang ke penangkarannya secara langsung. Dengan datang langsung ke tempat penangkarannya maka kita bisa meneliti terlebih dahulu burung yang akan kita beli. Kemudian yang kedua kita bisa bertemu dengan penangkarnya, sehingga kita bisa belajar tentang bagaimana caranya menangkarkan burung jalak bali yang baik dan benar. Kemudian yang ke tiga kita juga bisa menyaksikan secara langsung bagaimana bentuk kandangnya, berapa ukurannya, apa saja yang diperlukan dalam kandangnya, bagaimana pemberian pakan dan minumnya serta bagaimana cara perawatan hariannya. Itu idealnya.
Bagaimana jika kita tidak bisa datang ke tempat penangkaran karena kesibukan atau karena jaraknya yang jauh ?
Jika karena kesibukan dan karena jarak penangkaran yang jauh, atau bahkan berada di luar pulau maka, penjenengan bisa meminta tolong saudara atau teman untuk survey ke tempat penangkarannya. Kalau tidak memungkinkan maka jalan terakhir yang bisa penjenengan lakukan adalah dengan melakukan jual beli burung jalak bali secara on line itu tadi. Ini sudah pilihan terakhir.
Pesan saya untuk bertransaksi melalui on line, kewaspadaan harus terus di tumbuhkan. Sebab dunia on line adalah dunia yang di isi orang berbagai macam orang. Seleksilah dengan cermat sebelum penjenengan memutuskan kepada siapa penjenengan membeli burung jalak bali, carilah informasi sebanyak-banyaknya mengenai track record penangkarnya. Jangan bosan-bosan untuk memastikan bahwa sang penangkar burung jalak bali yang penjenengan pilih benar-benar orang yang amanah. Hal ini perlu penjenengan lakukan agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Oke . . .
Bagaimana dengan burung jalak bali yang tak kunjung mau bertelur ?
Pertanyaan seputar ini juga sering saya terima, bahkan mungkin jumlahnya malah mayoritas. Mereka sudah memelihara selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tapi ternyata belum juga mau bertelur. Banyak juga di antara mereka yang sudah tidak sabar.
Sependek pengalaman saya dalam menangkarkan burung jalak bali, saya berkesimpulan bahwa bekal utama kita dalam menangakrkan burung jalak bali ada tiga yaitu; pengetahuan, kesungguhan dan kesabaran.
Pengetahuan menangkarkan burung jalak bali menyangkut aspek teknis. Misalnya tentang bentuk kandangnya seperti apa, ukurannya berapa, lingkungan yang cocok yang seperti apa, pola pemberian pakannya seperti apa, perawatan hariannya bagaimana dll. Mengenai aspek teknis ini sudah banyak saya tulis dalam artikel-artikel saya, di blog ini. Yang pingin penyegaran silakan ditelusuri lagi di blog ini.
Aspek kedua berkaitan dengan kesungguhan dalam menangkarkan burung. Kesungguhan ini terkait dengan masalah mental penangkarnya. Kesungguhan mental akan berbanding lurus dengan baik dan buruknya penanganan penangkarannya. Jika dia bersungguh-sungguh, maka penanganan penangkarannya juga akan baik, hal ini akan berpeluang meningkatkan produktifitas penangkarannya. Jika dia tidak bersemangat dalam menangkarkan burung maka penangkarannya akan mendapat perlakuan yang kurang bagus. Hal ini bisa menyebabkan produktifitasnya menurun, atau bahkan mungkin berhentai sama sekali.
Yang ketiga menyangkut kesabaran. Kesabaran ini dibutuhkan untuk mensikapi dua hal. Yang pertama bersabar untuk terus menangkar dengan sebaik-baiknya agar burung-burungnya tetap sehat dan produktifitasnya meningkat. Termasuk di dalamnya kreatifitas kita untuk terus mencari cara-cara perawatan yang terbaik untuk mendapatkan hasil penangkaran yang terbaik. Kesabaran yang kedua diperlukan untuk menghadapi kemungkinan munculnya kondisi buruk, misalnya produktifitas burung menurun atau bahkan mungkin burungnya macet sama sekali. Kedua-duanya membutuhkan kesabaran. Menangkarkan burung adalah aktifitas wirausaha yang membutuhkan stok kesabaran dalam jumlah yang besar. Kenapa ?
Kita ketahui bahwa menangkarkan burung adalah jenis wirausaha yang memiliki ketidakpastian cukup tinggi. Secara teori sih sederhana, rumusannya begini, asal kita memiliki indukan yang sehat, burungnya berjodoh dengan baik, suasana kandang penangkarannya mendukung bagi perkembangbiakannya, perawatannya hariannya baik, maka burung akan berproduklsi dengan lancar. Benarkah begitu ? Ternyata bukti di lapangan eh ... di kandang tidak selalu begitu. Saya menemukan banyak bukti tentang hal itu. Itulah repotnya. Antara teori dan kenyataan tidak selalu nyambung. Di sini sangat kental unsur rahasia rejeki.
Nah karena faktor ketidakpastian ( rahasia rejeki) lumayan tinggi, di mana faktor ini berada di luar jangkauan kita maka semestinya kita tidak terlalu mikirin banget soal itu. Lha wong itu bukan wewenang kita kok. Mending kita fokus pada masalah yang menjadi wewenang kita saja. Apa itu ? Yaitu menangani penangkaran dengan sebaik-baiknya, sementara hasilnya yang menjadi wewenang dari Allah itu, kita serahkan kepada sang pemilik rejeki saja. Sekali lagi hal ini kita lakukan karena hasil penangkaran bukanlah wewenang kita akan tetapi menjadi hak prerogatif dari Allah SWT.
Sejalan dengan hal di atas, saya selama ini dalam meningkatkan produktifitas penangkaran berusaha untuk melakukannya dengan dua cara. Cara pertama menyangkut faktor teknis. Dalam hal ini saya berusaha untuk memberikan penanganan yang terbaik bagi penghuni kandang dalam wujud mengelola penangkaran dengan sebaik-baiknya. Sedangkan cara kedua melalui faktor non teknis. Yang saya maksud faktor non teknis ini adalah segala hal yang terkait dengan faktor-faktor yang menjadi penyebab datangnya rejeki. Menangkar burung adalah salah satu ikhtiyar dalam menjaring rejeki. Untuk mendatangkan rejeki masuk ke dalam penangkaran kita tentu ada faktor yang mempercepat datangnya, disamping juga tentu ada faktor yang menghambatnya.
Dalam pandangan saya sholat dhuha, rajin berdo’a agar burung terus produktif, sholat tahajud, membayar zakat dan lain-lain sama pentingnya dengan perawatan burung, kandang yang ideal, pakan yang berkualitas dan lain-lain. Sehingga saya tidak pernah meninggalkan satu di antara keduanya. Dua-duanya saya hadirkan dalam porsi yang seimbang. Perawatan yang baik dan doa yang tak pernah putus adalah satu paket, yang tidak bisa dipisahkan antara keduanya.
Prinsipnya bikin burungmu senang maka dia akan menyenangkan dirimu. Setelah itu cari faktor non teknis yang menjadi penyebab sarana bagi sang pemilik rejeki mengirimkan rejeki kepada kita. Ini dua kunci yang utama.
Membuat burung seneng, jelas akan menjadi salah satu faktor yang menjadikan Allah sang pemilik rejeki menurunkan rejekinya kepada kita. Membuat burung kita seneng ini bukti kasih sayang kita kepada burung. Jika kasih sayang kita berikan kepada burung maka Allah akan menurunkan kasih kasih melalui burung dalam bentuk telur.
Kalau kita nyimak pengajian para ustadz di tipi, ternyata kasih sayang kepada hewan menjadi persoalan yang cukup penting lo dalam ajaran islam. Lah masak ?? Suer . . .Berbagai kisah mendukung akan hal itu. Misalnya seperti kisah yang tentang Kholifah Umar Ra berikut ini.
Suatu hari, Kholifah Umar sedang berjalan di kota Madinah. Beliau melihat seorang anak kecil sedang mempermainkan seekor ... wouw burung pipit, rupanya di Madinah ada manuk emprit juga ya . . .he he he. . . Khalifah Umar merasa iba dengan burung pipit itu, lalu dibelilah oleh beliau untuk dibebaskan. Waktupun berlalu, sampai kemudian Allah memanggil beliau ke hadiratNya.
Suatu hari seorang ulama melihat Umar dalam mimpinya. “Apa kabar, wahai Amirul Mukminin?” tanya sang ulama. “Apa yang telah dilakukan Allah atasmu?” “Allah telah mengampuniku dan melewatkan segala dosaku,” jawab Umar bin Khattab. “Kok bisa begitu apakah disebabkan karena kedermawananmu, keadilanmu atau karena kezuhudanmu terhadap dunia?” tanya sang ulama lagi. Kholifah Umar menggeleng. Kemudian beliau mengatakan, “Ketika kalian menguburkanku dan menutupiku dengan tanah, dan meninggalkanku sendirian. Datang dua malaikat yang menakutkanku. Akalku hilang, gemetar sendi-sendi tulangku. Dua malaikat itu mengambilku dan mendudukkanku dan hendak menanyaiku. Tapi, tiba-tiba, muncul suara tanpa sosok yang menghardik keduanya. Tinggalkan hamba-Ku ini, jangan kalian takut-takuti. Aku menyayanginya, dan segala dosanya telah Ku ampuni, karena dia telah menyayangi seekor burung pipit waktu di dunia. Pahalanya, Kusayangi dia di akhiratnya.”
Kata pak ustadz kisah tersebut termaktub dalam kitab Al-Mawa’izuhu Ushfuriyyah (Nasihat-nasihat Burung Pipit). Konon kitab ini lazim dipelajari di pesantren-pesantren tradisional seluruh Indonesia. Bagus juga ya kalau penangkar burung jalak bali seperti kita ini mau masuk ke pesantren, mungkin bisa menjadi penangkar burung jalak bali yang sholih ya . . .
Dan ternyata kalau kita mau menelusuri literatur lebih dalam lagi, ternyata Rasulullah itu memang sangat menyayangi binatang. Saya bantu mengutip literaturnya ya, soalnya sesama penangkar burung jalak bali memang harus saling membantu. Iya toh ? Berikut ini hasil copy paste beberapa catatan penting yang perlu kita ketahui tentang kasih sayang beliau kepada hewan.
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa, ketika beliau hendak mengambil jubahnya, ternyata jubah beliau sedang dipakai alas tidur oleh kucing beliau. Mengetahui akan hal itu, beliau mengalah dengan cara memotong lengan jubah yang digunakan tidur oleh sang kucing agar tidak menganggu tidur si kucing.
Ketika memasuki Kota Makkah setelah menaklukkan tentara Quraisy pada peristiwa pembebesan kota Mekah, salah satu perintah Rasul adalah agar tidak membunuh satwa apa pun yang ada di kota suci itu.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda; “Ketika kamu melakukan perjalanan melalui sebuah daerah yang subur, maka perlambatlah agar unta-untamu sempat makan rumput. Dan jika kamu melewati sebuah wilayah yang tandus dan kering, percepatlah langkahmu untuk menyedikitkan rasa lapar yang menimpa binatang-binatang itu.”
Dalam sebuah hadits shohih riwayat Imam Bukhori, Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang wanita yang disiksa karena seekor kucing yang dikurungnya sampai mati. Hanya karena kucing itu masuk nereka. Sebab tatkala ia mengurungnya, ia tidak memberinya makan dan minum. Ia juga tidak mau melepaskannya untuk mencari makanan dari serangga dan tumbuh-tumbuhan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabari, Rasulullah melihat seorang laki-laki yang meletakkan kakinya di atas pantat seekor kambing yang akan disembelihnya sambil mengasah alat sembelihannya. Rasulullah bersabda yang artinya, “Mengapa tidak engkau lakukan sebelumnya? Apakah engkau ingin membunuhnya dua kali?”
Dari Abdurrahman bin Abdillah dari ayahnya menceritakan; Kami menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perlawatannya. Kemudian beliau pergi untuk memenuhi suatu kebutuhannya. Lalu kami melihat seekor burung berwarna merah dengan dua ekor anaknya. Kami lalu mengambil kedua anaknya itu. Tatkala induknya datang dia mengepak-ngepakkan sayapnya dan terbang menurun ke dataran menyiratkan kegelisahan dan kekecewaan. Ketika Nabi SAW datang, beliau bersabda: Siapa yang mengejutkan burung ini dengan mengambil anaknya? Kembalikanlah anaknya kepadanya”
Suatu ketika Rasulullah melihat seseorang yang duduk di atas punggung unta di tengah-tengah pasar sambil berbicara kepada orang-orang. Rasulullah kemudian menegur orang itu : “Jangan gunakan punggung binatang liarmu itu sebagai mimbar, karena Allah SWT telah membuatnya tunduk kepadamu agar ia bisa membawamu pergi dari satu tempat ke tempat lain yang tidak dapat kamu capai kecuali dengan badan yang letih” (Abu Dawud al-Sijistani, Sunan Abu Dawud.
Nabi Muhammad SAW juga melarang membunuh binatang tanpa ada tujuan yang jelas. Rasulullah bersabda yang artinya: “Barang siapa membunuh (bahkan) seekor burung pipit atau binatang-binatang yang lebih kecil lagi tanpa ada hak untuk melakukannya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban orang itu kelak.”
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Takutlah kepada Allah dalam (memelihara) binatang-binatang yang tak dapat bicara ini. Tunggangilah mereka dengan baik, dan berilah makan dengan baik pula”
Jadi jelas sekali bahwa Rasulullah SAW selalu memberikan pelayanan prima kepada satwa yang beliau jumpai. Itulah akhlak dasar yang beliau miliki. Dan jika kita melaksanakan ajaran akhlak terhadap satwa di atas ke dalam kandang penangkaran maka insya Allah burung kita akan produktif.
Jadi sederhana saja, senangkan burungmu, maka dia akan menyenangkan dirimu, insya Allah akan menjadi rahasia produktifitas penangkaran yang tokcer . . . (pak Syam penangkar burung jalak bali klaten, 081280543060)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H