Suatu hari seorang ulama melihat Umar dalam mimpinya. “Apa kabar, wahai Amirul Mukminin?” tanya sang ulama. “Apa yang telah dilakukan Allah atasmu?” “Allah telah mengampuniku dan melewatkan segala dosaku,” jawab Umar bin Khattab. “Kok bisa begitu apakah disebabkan karena kedermawananmu, keadilanmu atau karena kezuhudanmu terhadap dunia?” tanya sang ulama lagi. Kholifah Umar menggeleng. Kemudian beliau mengatakan, “Ketika kalian menguburkanku dan menutupiku dengan tanah, dan meninggalkanku sendirian. Datang dua malaikat yang menakutkanku. Akalku hilang, gemetar sendi-sendi tulangku. Dua malaikat itu mengambilku dan mendudukkanku dan hendak menanyaiku. Tapi, tiba-tiba, muncul suara tanpa sosok yang menghardik keduanya. Tinggalkan hamba-Ku ini, jangan kalian takut-takuti. Aku menyayanginya, dan segala dosanya telah Ku ampuni, karena dia telah menyayangi seekor burung pipit waktu di dunia. Pahalanya, Kusayangi dia di akhiratnya.”
Kata pak ustadz kisah tersebut termaktub dalam kitab Al-Mawa’izuhu Ushfuriyyah (Nasihat-nasihat Burung Pipit). Konon kitab ini lazim dipelajari di pesantren-pesantren tradisional seluruh Indonesia. Bagus juga ya kalau penangkar burung jalak bali seperti kita ini mau masuk ke pesantren, mungkin bisa menjadi penangkar burung jalak bali yang sholih ya . . .
Dan ternyata kalau kita mau menelusuri literatur lebih dalam lagi, ternyata Rasulullah itu memang sangat menyayangi binatang. Saya bantu mengutip literaturnya ya, soalnya sesama penangkar burung jalak bali memang harus saling membantu. Iya toh ? Berikut ini hasil copy paste beberapa catatan penting yang perlu kita ketahui tentang kasih sayang beliau kepada hewan.
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa, ketika beliau hendak mengambil jubahnya, ternyata jubah beliau sedang dipakai alas tidur oleh kucing beliau. Mengetahui akan hal itu, beliau mengalah dengan cara memotong lengan jubah yang digunakan tidur oleh sang kucing agar tidak menganggu tidur si kucing.
Ketika memasuki Kota Makkah setelah menaklukkan tentara Quraisy pada peristiwa pembebesan kota Mekah, salah satu perintah Rasul adalah agar tidak membunuh satwa apa pun yang ada di kota suci itu.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda; “Ketika kamu melakukan perjalanan melalui sebuah daerah yang subur, maka perlambatlah agar unta-untamu sempat makan rumput. Dan jika kamu melewati sebuah wilayah yang tandus dan kering, percepatlah langkahmu untuk menyedikitkan rasa lapar yang menimpa binatang-binatang itu.”
Dalam sebuah hadits shohih riwayat Imam Bukhori, Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang wanita yang disiksa karena seekor kucing yang dikurungnya sampai mati. Hanya karena kucing itu masuk nereka. Sebab tatkala ia mengurungnya, ia tidak memberinya makan dan minum. Ia juga tidak mau melepaskannya untuk mencari makanan dari serangga dan tumbuh-tumbuhan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabari, Rasulullah melihat seorang laki-laki yang meletakkan kakinya di atas pantat seekor kambing yang akan disembelihnya sambil mengasah alat sembelihannya. Rasulullah bersabda yang artinya, “Mengapa tidak engkau lakukan sebelumnya? Apakah engkau ingin membunuhnya dua kali?”
Dari Abdurrahman bin Abdillah dari ayahnya menceritakan; Kami menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perlawatannya. Kemudian beliau pergi untuk memenuhi suatu kebutuhannya. Lalu kami melihat seekor burung berwarna merah dengan dua ekor anaknya. Kami lalu mengambil kedua anaknya itu. Tatkala induknya datang dia mengepak-ngepakkan sayapnya dan terbang menurun ke dataran menyiratkan kegelisahan dan kekecewaan. Ketika Nabi SAW datang, beliau bersabda: Siapa yang mengejutkan burung ini dengan mengambil anaknya? Kembalikanlah anaknya kepadanya”
Suatu ketika Rasulullah melihat seseorang yang duduk di atas punggung unta di tengah-tengah pasar sambil berbicara kepada orang-orang. Rasulullah kemudian menegur orang itu : “Jangan gunakan punggung binatang liarmu itu sebagai mimbar, karena Allah SWT telah membuatnya tunduk kepadamu agar ia bisa membawamu pergi dari satu tempat ke tempat lain yang tidak dapat kamu capai kecuali dengan badan yang letih” (Abu Dawud al-Sijistani, Sunan Abu Dawud.
Nabi Muhammad SAW juga melarang membunuh binatang tanpa ada tujuan yang jelas. Rasulullah bersabda yang artinya: “Barang siapa membunuh (bahkan) seekor burung pipit atau binatang-binatang yang lebih kecil lagi tanpa ada hak untuk melakukannya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban orang itu kelak.”
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Takutlah kepada Allah dalam (memelihara) binatang-binatang yang tak dapat bicara ini. Tunggangilah mereka dengan baik, dan berilah makan dengan baik pula”
Jadi jelas sekali bahwa Rasulullah SAW selalu memberikan pelayanan prima kepada satwa yang beliau jumpai. Itulah akhlak dasar yang beliau miliki. Dan jika kita melaksanakan ajaran akhlak terhadap satwa di atas ke dalam kandang penangkaran maka insya Allah burung kita akan produktif.
Jadi sederhana saja, senangkan burungmu, maka dia akan menyenangkan dirimu, insya Allah akan menjadi rahasia produktifitas penangkaran yang tokcer . . . (pak Syam penangkar burung jalak bali klaten, 081280543060)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H