*****
Keesokan harinya, setelah azan magrib, masih belum ada tanda-tanda kedatangan Joni. Padahal Fitri telah menyiapkan segalanya. lilin terakhir menunggu ia nyalakan. Tapi alam tak bersahabat dengannya, sejak sore, hujan tiada henti di sertai petir yang menyambar-nyambar.
"Ros..., mana Joni? Dia datang Ros!"
"Nggak ada orang, Fit."
Tanpa mempedulikan hujan, Fitri lari keluar rumah, berkeliling mencari Joni yang ia kira sembunyi.
"Nggak akan ada, Fit! Joni nggak datang!" seru Rosa dari teras rumah.
Hancur hati Fitri, ia berdiri termanggu di bawah guyuran hujan. Ia tak menghiraukan gaun pestanya. Air mata mengalir, samar karna berbaur dengan air hujan.
"Joni nggak akan datang, Fit, sudahlah," hibur Rosa sambil memayungi sahabatnya itu.
"Tapi, tadi dia datang, menaruh kado di dalam kamarku, ketika aku ke kamar mandi barusan. Aku juga melihat bayangan yang lari keluar, Ros."
"Sudahlah..., iklaskan semua ini. Tadi aku yang menaruh kado itu, Joni menitipkannya enam bulan yang lalu."
"Tapi, ini hari terakhirku, Ros. Setelah ini, aku tak mungkin bisa menemuinya lagi."