Ia berada jauh di sebelah barat dari tempat tinggalku. Tepatnya, ia berada di sebuah kota di Jawa Tengah.
Sehari, seminggu, sebulan, waktu terus berlalu, dan semakin akrab hubungan kami. Tanpa jeda, komunikasi yang berjalan apa adanya. Dari perbincangan setiap hari, terkuak tabir yang menyelimuti hidupnya.
Setelah saling mengutarakan perasaan kami, setiap hari semakin insten berkomunikasi. Malam pun tak sepi lagi. Selalu hadir pembicaraan segar saat penat mendera raga.
"Kapan kita bisa ketemu, Dek?" tanyaku saat kami ngobrol, tepatnya chating melalui WA.
"Aku yang akan menemuimu, Mas. Sabar, ya?"
"Kapan?"
"Nggak lama lagi, Mas."
Tabirnya tersibak, tapi gelapnya masih belum tertembus. Aku mulai gelisah, karena Mayang Sari tidak berkenan bila di telepon. Keraguan menyusup dalam pikiranku. Mungkinkah statusnya tidak sesuai dengan yang ia ceritakan? Entahlah, aku masih berusaha merangkai semua kisah yang ia ceritakan.
Saat keraguan semakin meracuni pikiran, ia berjanji akan menemuiku.
"Jemput aku di ujung jalan, Mas."
"Kapan, Dek?"