Mohon tunggu...
Pairunn Adi
Pairunn Adi Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka fiksi

Seorang Kuli Bangunan yang sangat suka menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Kamar 313

3 April 2016   21:03 Diperbarui: 3 April 2016   21:37 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti ada yang menyuruh dari dalam tubuhku, aku memejamkan mata sejenak. Anggota tubuhku bergerak sendiri. Tangan mengatup di depan dada, selayaknya seorang semedi, dan entah kenapa mulutku mengeluarkan suara yang belum pernah kudengar.

Begitu membuka mata, aku melangkah lagi menapaki anak tangga satu per satu. Kekuatan yang merasuk dalam diriku semakin intens menggerakkan tubuhku. Pada anak tangga ke tiga belas, ada sedikit goncangan yang kurasakan. Seperti menabrak suatu penghalang, tapi tak terlihat. Setelah terlewati, semua menjadi lancar kembali.

Aku terus berlari naik, sampai akhirnya tiba di lantai tiga belas. Kamar 313, berada paling ujung menjadi tujuanku.

Sebuah kamar yang istimewa di hotel itu, tapi tak pernah disewakan semenjak peristiwa pembunuhan berantai berawal dari sana.

Aku sendiri tidak tahu, semenjak aku menemukan kotak coklat di puncak Gunung Bromo, seperti ada yang merancang agar aku datang ke hotel ini.

Sampai di depan pintu kamar, kembali kekuatan itu menggerakan anggota badanku. Aku tidak melawan kekuatan itu. Seperti di lantai enam tadi, namun kata-kata yang keluar dari mulutku berbeda.

Setelah itu, kubuka pintunya, seperti tidak terkunci. Aku langsung masuk, walau di dalam gelap karena lampunya tidak menyala. Hanya ada sedikit pantulan cahaya dari luar, karena tirai jendelanya tidak di tutup.

Dalam keremangan, aku melihat Surti sedang menari. Tanpa ada suara musik atau gending, tari gerakannya sangat gemulai. Padahal Surti tidak pernah belajar menari, bahkan dia sangat benci tarian.

"Dinda Gayatri!"

Aku terkejut, suara itu keluar dari mulutku.

"Kanda Simo Welang?! Bagaimana Kanda bisa tahu aku di sini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun