Mohon tunggu...
Muhamad Reza Pahlefi
Muhamad Reza Pahlefi Mohon Tunggu... Freelancer - UIN KH ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

Ingin Menjadi Manusia yang bermanfaat untuk manusia lainya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perubahan Transformasi dan Sosial Budaya Pada Masyarakat

15 Desember 2024   01:52 Diperbarui: 15 Desember 2024   01:52 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PENDAHULUAN 

Perubahan sosial budaya merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan

manusia. Seiring dengan dinamika zaman dan kehidupan manusia yang berkembang. masyarakat senantiasa mengalami perubahan dalam berbagai bidang kehidupannya. Perubahan ini dapat terjadi secara bertahap atau tiba-tiba, dipicu oleh berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pola pikir, nilai, norma dan perilaku individu dan kelompok sosial, Perubahan sosial budaya meliputi perubahan dalam berbagai dimensi kehidupan, termasuk segi di bidang ekonomi, politik, teknologi dan khususnya nilai-nilai, standar dan tradisi yang membentuk identitas masyarakat Fenomena ini menjadi fokus utama kajian sosiologi dan antropologi, karena pemahaman terhadap perubahan dan transformasi sosial budaya merupakan kunci untuk memahami lebih dalam dinamika masyarakat. Dalam konteks globalisasi yang semakin meluas dan kompleks, masyarakat perubahan budaya

itu penting selalu lebih cepat dan lebih beragam. Masyarakat modern menghadapi tantangan untuk mempertahankan identitas budayanya sekaligus beradaptasi dengan pesatnya arus globalisasi. Hal ini menimbulkan berbagai perdebatan dan konflik intemal di masyarakat, baik yang berkaitan dengan perlindungan nilai-nilai tradisional maupun penerapan nilai-nilai baru yang dibawa oleh arus global. Pendekatan multidisiplin Kajian terhadap perubahan dan transformasi sosial budaya menunjukkan bahwa kompleksitas dan keragaman dinamika sosial di berbagai belahan dunia. Jika proses-proses tersebut dapat dipahami dengan lebih baik. diharapkan masyarakat mampu mengelola perubahan secara bijak dan menciptakan kehidupan. bersama yang harmonis dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pada artikel kali ini kita akan membahas lebih jauh mengenai perubahan dan perubahan sosial budaya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat modern.

PEMBAHASAN

A. Perubahan Sosial Budaya pada Masyarakat

Perubahan sosial adalah suatu perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terkait dengan pola

pikir, sikap sosial, norma, nilai-nilai, dan berbagai pola perilaku manusia di dalam masyarakat.

Setiap individu atau suatu masyarakat pasti akan mengalami perubahan secara terus-menerus. Hal

ini terjadi karena setiap individu dan anggota kelompok masyarakat memiliki pemikiran dan

kemampuan yang terus berkembang.1

Menurut antropologi, "kebudayaan" adalah suatu system gagasan, tindakan, dan hasil kerja

manusia yang dipelajari manusia sebagai miliknya. Artinya hamper seluruh aktivitas manusia

bersifat "kultural", karena hanya sedikit aktivitas manusia dalam masyarakat sebagai bagian

kehidupan yang tidak perlu dipelajari, yaitu hanya sebaggian aktivitas naluri, Sebagian refleksi,

Sebagian tindakan yang muncul dari masyarakat. Proses atau perilaku fisiologis. "Kebudayaan"

berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti

"Akal/pikiran". Dari kakar kata tersebut, "kebudayaan" dapat diartikan sebagai " hal-hal yang

berhubungan dengan akal". Ada pula pendapat lain yang memandang kata "kebudayaan" sebagai

pengembangan dari berbagai budidaya yang berarti "kekuatan pikiran". Jadi dapat dikatakan

bahwa "kebudayaan" adalah hasil cipta, tujuan, dan perasaan. Istilah "antropologi budaya"

memiliki perbedaan yang perlu dihilangkan. Kata "kebudayaan" yang digunakan disini hanya

merupakan singkatan dari kata "kebudayaan" yang mempunyai arti yang sama.2

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan "sosial budaya", karena manusia merupakan

makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Perubahan sosial biasanya diartikan

sebagai proses perubahan terhadap tatanan/struktur Masyarakat yang melibatkan pola piker, sikap

dan kehidupan sosial menuju kehidupan yang lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa segala

perubahan sosial pada struktur sosial masyarakat tidak mengalami kemajuan, bahkan dapat

dikatakan mengalami kemunduran.3

Perubahan dalam masyarakat terjadi melalui pengenalan unsur unsur baru. Unsur- unsur baru

ini diperkenalkan kepada masyarakat dalam dua cara, yaitu dengan penemuan baru ( invensi) yang

terjadi dalam masyarakat itu dan masuknya pengaruh masyarakat lain. Menurut Syamsir Salam,

suatu proses perubahan tentang struktur dan fungsi sistem- sistem sosial setidaknya terjadi dalam

tiga tahap:

1. Invensi; yakni suatu proses dimana perubahan itu didasari dari dalam masyarakat itu sendiri,

diciptakan oleh masyarakat itu sendiri yang kemudian muncullah perubahan- perubahan.

2. Diffusi; dimana ide- ide atau gagasan yang didapat dari luar itu kemudian dikomunikasikan

dalam suatu masyarakat.

3. Konsekwensi; yaitu adanya hasil dari pada adopsi terhadap perubahan tersebut.

Suatu perubahan yang terjadi baik dari faktor- faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri

maupun berasal dari luar masyarakat itu (hasil teknologi baru) tidak selalu menghasilkan akibat-

akibat yang sama. Adakalanya terjadi perubahan kecil yang dampaknya kurang berarti, akan tetapi

telah terjadi suatu perubahan. Di lain pihak akan terlihat bahwa dalam berbagai bidang perubahan

terjadi dengan lambat sekali di dalam suatu masyarakat, dalam hal ini diwakili oleh para

pemimpinnya. Dari suatu proses perubahan akan lebih mudah terjadi apabila masyarakat yang

bersangkutan bersikap terbuka terhadap hal- hal atau masalah baru baik dari luar maupun dari

dalam.

Transformasi sosial dapat terjadi dengan sengaja dan memang dikehendaki oleh masyarakat.

Sebagai contoh, diprogramkannya untuk pembangunan supaya yang tidak menyenangkan menjadi

keadaan yang disenangi; kemiskinan diubah menjadi kesejahteraan, budaya pertanian diubah

menjadi budaya industri. Dengan direncanakan bentuk transformasi yang disengaja ini

manajemennya lebih jelas, karena dapat diprogramkan dengan melihat perubahan- perubahan yang

terjadi. Transformasi tidak sengaja dapat terjadi karena pengaruh dari dalam masyarakat itu sendiri

maupun adanya pengaruh dari luar masyarakat. Misalnya dengan masuknya teknologi baru selalu

mempunyai pengaruh tidak disengaja terhadap masyarakat. Untuk transformasi yang tidak

disengaja maka sukar ditentukan manajemennya, karena jalannya proses tidak bisa diantisipasi,

juga tidak jelas proses transformasi itu akan berakhir dan berapa cepat atau lama.

Perubahanperubahan akibat transformasi tidak disengaja menimbulkan kegoncangan sosial dalammasyarakat. Namun pada akhirnya masyarakat akan sampai pada suatu stabilitas sosial baru,

karena masyarakat tidak bisa berada dalam keadaan ragu terus menerus.4

Perubahan masyarakat manusia yang berlangsung dari zaman ke zaman melalui transformasi

sosial-budaya telah menghasilkan terbentuknya 5 (lima) tipe masyarakat praindustri (preindustrial

societies) dan industrial (industrial societies), sebagai berikut.

1. Masyarakat Pemburu-Pengumpul (Hunting & Gathering Societies)

Terdiri dari segerombolan kecil orang-orang nomadik yang berpindah-pindah dan

mengandalkan kehidupannya dari berburu binatang, menangkap ikan, dan mengumpulkan

tanaman dan buah-buahan yang dapat dimakan; tak banyak perbedaan di antara anggota

masyarakat dan antar masyarakat mereka; perbedaan tingkatan atau jabatan terbatas pada

umur dan jenis kelamin, dengan laki-laki berburu binatang atau menangkap ikan,

sedangkan wanita mengumpulkan bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan; kelebihan

personal yang dimiliki semata-mata berdasarkan ketrampilan dan kemampuan personal

merupakan suatu bentuk keunggulan yang tak bisa secara sosial ditularkan kepada anak-

anak keturunannya; mereka kira-kira hidup sejak 50.000 tahun yang lalu sampai tahun

7000 sebelum Masehi (Giddens, 1991: 54; Ritzer, 1979: 232; Lenski, 1966; Vago, 1989:

172), dan sekarang hampir punah (Giddens, 1991: 54).

2. Masyarakat Penggembala (Pastoral Societies)

Yaitu masyarakat yang tergantung pada pemeliharaan binatang ternak untuk bahan

makanan sendiri; jumlahnya antara beberapa ratus orang sampai ribuan orang; mereka

ditandai oleh perbedaan khusus dan dipimpin oleh para kepala kelompok dan rajaraja

perang; masa mulai hidupnya sama dengan masa hidup masyarakat pertanian desa, dan

sekarang sebagian besar menjadi bagian dari pemerintahan masyarakat yang besar, dan

cara-cara hidup tradisional mereka menuju kepunahan (Giddens, 1991: 54).

3. Masyarakat Pertanian Desa (Village Agrarian Societies)

Menurut Giddens (1991: 54), merupakan masyarakat yang berbasis komunitas-

komunitas pedesaan yang kecil, tanpa kota-kota dengan mata pencaharian utama bertani, dan sering ditambah dengan berburu binatang atau ikan dan mengumpulkan tanaman;

ditandai dengan perbedaan yang lebih tajam daripada masyarakat pemburu dan

pengumpul, dan dipimpin oleh para kepala (chiefs); mereka hidup sejak 12.000 tahun yang

lalu hingga sekarang, dan sebagian besar sekarang menjadi bagian dari satuan politik dan

pemerintahan sehingga kehilangan identitas khususnya. Sedangkan Ritzer (1979: 233-4)

menyebut, masyarakat agrarian menguasai peradaban dari masa tahun 3000 sebelum

Masehi hingga tahun 1800 sesudah Masehi, dengan tanah-tanah pertanian yang sangat luas

dan tempat-tempat tinggal permanen sehingga menghasilkan panenan berlimpah yang

dimungkinkan oleh inovasi teknologi seperti alat pertanian bajak yang secara efisien ditarik

oleh hewan. Lenski (1966) juga mencatat terjadinya peningkatan produksi dan kelebihan

pangan yang tajam dalam masyarakat pertanian ini sehingga mengalami kemajuan dalam

transportasi, komunikasi, perteknikan, dan teknologi militer; demikian pula bentuk-bentuk

baru dalam hubungan kekuasan muncul dalam wujud negara-kota, kekuasaan birokrasi,

atau feudalisme sehingga sangat berkembang kelompok sosial dengan struktur dan

stratifikasi sosial yang maju, unggul, turun-temurun, dan penyebabpenyebab perbedaan

terutama bersifat ekonomik. Era masyarakat-masyarakat pertanian yang tercatat meliputi

masyarakatmasyarakat Mesir kuno dan Cina, melampaui Abad Pertengahan hingga

permulaan masyarakat industrial moderen; dalam era ini sistem kenegaraan tumbuh dan

menjadi lembaga pusat (Ritzer, 1979: 233-4; Vago, 1989: 172).

4. Masyarakat Pertanian Tradisional Maju (Advanced Traditional Agrarian Societies)

Dalam masyarakat ini, pertanian masih merupakan andalan sistem ekonominya, akan

tetapi kota-kota hidup sebagai pusat perdagangan dan produksi; sebagian pemerintahan

masyarakat tradisional bisa sangat luas, dengan warga berjumlah jutaan orang, meskipun

sebagian besar sangat terbatas dibandingkan masyarakat industrial yang besar sekarang ini;

pemerintahan tradisional memiliki aparat pemerintahan khusus, dipimpin oleh raja atau

kaisar, dengan perbedaan tingkatan-tingkatan di antara kelaskelas sosial yang berbeda-

beda. Oleh Giddens (1991: 54-55) disebutkan, masyarakat tradisional telah hidup sejak

6.000 tahun sebelum Masehi sampai abad ke-19; sebagian besar pemerintahan tradisional

atau bahkan semuanya sekarang punah; sedangkan Ritzer (1979) mengatakan bahwa

masyarakat tradisional ini agaknya hidup sezaman dan bersamaan dengan masyarakatagrarian, namun sudah lebih maju karena masyarakat pertanian ini sudah mengembangkan

kotakota sebagai pusat-pusat perdagangan dan produksi, sehingga dapat dikatakan sebagai

masyarakat pertanian-tradisional atau tradisional pertanian kompleks dan maju, sebagai

bagian dari masyarakat-masyarakat pra-industrial, yang sudah lanjut, atau maju (complex

and advanced traditional agrarian societies).

5. Masyarakat Industrial (Industrial Societies)

Yang hidup pada zaman moderen, mulai tumbuh bersamaan dengan Revolusi

Industri di Inggris yang berlangsung pada antara tahun-tahun 1760 dan 1830 (abad ke 18-

19) (Ritzer, 1979) dan diwarnai dengan protes-protes keras berkesinambungan oleh

masyarakat (Stearns, 1972). Masyarakat industrial moderen merupakan tipe masyarakat

terakhir dalam transformasi sosial-budaya dan perkembangan peradaban masyarakat

manusia, sebelum kemudian berkembang mulai akhir abad ke 20 tipe masyarakat pasca-industrial (post industrial societies) dalam masyarakat pasca moderen (postmodern societies) (Bell, 1973). Kemajuan masyarakat industrial ditandai dengan dominasi

kegiatan-kegiatan sosialbudaya dan ekonomi berbasis industri manufaktur atau

pemrosesan atau pengolahan (manufacturing/processing industries).

Masyarakat Pascaindustrial (Postindustrial Societies)

Sesungguhnya adalah tahapan akhir dari masyarakat industrial, yang setidak-

tidaknya berkembang mulai pada akhir abad ke-20 dan mencapai puncak kemajuannya

pada abad ke-21. Selain dukungan manajemen dan teknologi sebagaimana dicapai oleh

masyarakat industrial dengan aktivitas-aktivitas industri manufaktur, pemrosesan,

pengolahan (manufacturing/processing industries), masyarakat pascaindustri pada abad

ke-21 mengembangkan keunggulan teknologi informasi (information technology) yang meliputi teknologi keuangan (financial technology/fintech) dan teknologi media social (social media technology).

B. Transformasi Sosial Budaya dalam Masyarakat Indonesia transformasi sosial budaya dapat dipahami sebagai perubahan besar dan menyeluruh

tergantung pada bentuk dan ciri-ciri masyarakat dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain,

sehingga menjadi lebih baik atau lebih berkembang. Masyarakat pasca-industri (post-societies)

merupakan kelanjutan dari masyarakat industri ( development of industrial society), yang

berkarakteristik masyarakat penyedia industri jasa masyarakat dengan teknologi informasi

terbaik di bidang industry ( industry jasa ), khususnya teknologi keuangan ( fintech) dan

teknologi media sosial serta sebagai teknologi perangkat yang sangat canggih. Masyarakat

industry dan masyarakat pasca industry seperti Indonesia sebenarnya berlatar belakang atau

bertumpu pada masyarakat pertanian dan Perkebunan, bahkan masyarakat pemburu termasuk

pengumpul ikan dan tumbuhan serta tumbuhan liar di darat, laut, dan udara hingga saat ini.

Memeprtimbangkan transformasi sosial budaya dengan tahapan-tahapan yang dicapai

dalam tipologi masyarakat pra-modern dan modern, aganya masyarakat-masyarakat di wilayah

kepulauan Indonesia pun mengalaminya, bahkan hingga sekarang semua tipe masyarakat

tersebut masih hidup sebagai tipe-tipe masyarakat pemburu-pengumpul, seperti pemburu

hewan dihutan dan Semak-semak, dan nelayan tradisional, serta masyarakat pengumpul hewan

dan penggembala dan pekebun, menjadi tipe peninggalan budaya di banyak wilayah yang

maju maupun yang hamper punah sebagian lagi seperti tipe-tipe masyarakat pekebun,

masyarakat pertanian dan masyarakat pertanian dan masyarakat tradisional, atau tipe

masyarakat pertanian-tradisional atau tradisional-pertanian, atau pertaniantradisional-feodal,

masih hidup dan berkembang, hidup bersama sebagai suatu entitas bangsa, yang hidup di

wilayah-wilayah terpencil-pedalaman-terasing, di desa-desa, desa-desa-kota, di kota-kota

kecil, bahkan di kota-kota besar dan metropolitan. Berbagai tipe masyarakat ini semua menjadi bangsa Indonesia.

KESIMPULAN

Perubahan dan transformasi sosial budaya pada masyarakat adalah proses yang terus

berlangsung seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan lingkungan sosial, ekonomi, dan

politik. Proses ini melibatkan perubahan dalam nilai-nilai, norma, kepercayaan, dan perilaku

masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan dan transformasi sosial budaya. pada masyarakat antara lain globalisasi, teknologi, urbanisasi, migrasi, dan perubahan demografi. Globalisasi, misalnya, telah membawa pengaruh besar pada budaya dan nilai-nilai masyarakat, seperti adopsi budaya populer dan pengaruh media sosial. Transformasi sosial budaya juga dapat mempengaruhi struktur sosial dan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, perubahan dalam nilai-nilai dan norma dapat mempengaruhi hubungan antara individu dan kelompok, serta mempengaruhi cara masyarakat berinteraksi dan berkomunikasi. Namun, perubahan dan transformasi sosial budaya pada masyarakat juga dapat membawa dampak positif, seperti meningkatkan kesadaran akan hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan keberagaman budaya. Hal ini dapat membawa perubahan positif dalam masyarakat dan memperkuat hubungan antara individu dan kelompok. Dalam kesimpulannya, perubahan dan transformasi sosial budava pada masyarakat adalah proses yang terus berlangsung dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Meskipun dapat membawa dampak negatif, perubahan ini juga dapat membawa dampak positif dan memperkuat hubungan antara individu dan kelompok dalam masyarakat. 

DAFTAR PUSTAKA

Goa, L. Perubahan sosial dalam kehidupan bermasyarakat ( Jurnal Kateketik dan Pastoral, 2017, 2(2)), hlm.56-57.

Kistanto, N. H. (2018). Transformasi sosial-budaya masyarakat Indonesia. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 13(2), 169-178.

Koentjoraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru,2003), hlm.25

Munthe, G. E. (2024). Antropologi & Sosiologi Hukum Zaeny, A. (2005). Transformasi sosial dan gerakan Islam di Indonesia. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 2(1), 153-165.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun