Mohon tunggu...
Padmasari Sekar
Padmasari Sekar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya untuk tugas

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Strategi Manajemen Krisis : Studi Kasus PT. Tupperware Indonesia

7 Januari 2025   15:13 Diperbarui: 7 Januari 2025   15:13 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padmasari Chandrasekar Hatmanto (202110415152)

Dosen Pengampu : Saeful Mujab, M.I.Kom.
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

ABSTAK

PT. Tupperware Indonesia, yang merupakan bagian dari Tupperware Brands Corporation, telah menghadapi tantangan besar dalam beberapa tahun terakhir, termasuk penurunan penjualan sebesar 18% dan kerugian operasional sebesar USD 28,4 juta pada tahun 2022. Perubahan dalam perilaku konsumen, meningkatkan persaingan, dan kesadaran akan isu-isu kontribusi sosial terhadap krisis ini. Penelitian ini mengkaji strategi manajemen krisis yang diterapkan oleh Tupperware Indonesia, dengan menggunakan Teori Komunikasi Krisis Situasional (SCCT) sebagai dasar analisis. dan langkah-langkah inovatif untuk meningkatkan daya saing.Dengan pendekatan studi pustaka, penelitian ini menyimpulkan bahwa Tupperware dapat memulihkan kepercayaan konsumen dan meningkatkan kinerjanya melalui inovasi produk, penerapan teknologi digital, dan komunikasi yang transparan pengembangan strategi manajemen krisis yang lebih efektif bagi perusahaan-perusahaan di sektor yang sama.

Kata Kunci :  Manajemen Krisis, Inovasi Produk, Loyalitas Konsumen, Teknologi Digital, Komunikasi Transparan

Pendahuluan

PT. Tupperware Indonesia, bagian dari Tupperware Brands Corporation, telah lama dikenal sebagai produsen wadah plastik berkualitas tinggi dengan sistem penjualan langsung. Merek ini sangat populer di kalangan konsumen, terutama ibu rumah tangga, karena produk-produk inovatifnya yang menawarkan solusi penyimpanan makanan yang praktis dan efisien. Sejak didirikan, Tupperware telah berhasil membangun reputasi sebagai merek yang mengedepankan kualitas, desain, dan fungsi, menjadikannya pilihan utama bagi banyak keluarga di Indonesia.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan menghadapi tantangan besar yang mengancam keberlanjutan bisnisnya. Penurunan penjualan yang signifikan dan ancaman kebangkrutan menjadi isu yang serius. Laporan keuangan menunjukkan bahwa penjualan bersih perusahaan turun sebesar 18 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada tahun 2022, dengan kerugian operasional mencapai USD 28,4 juta (HASNA, 2023). Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti meningkatnya persaingan dari merek lain yang menawarkan produk serupa dengan harga lebih rendah. Selain itu, perubahan perilaku konsumen yang semakin memilih berbelanja online dan mencari produk yang lebih inovatif juga berkontribusi terhadap tantangan ini (HASNA, 2023).

Dalam konteks krisis ini, penting untuk memahami dan menganalisis strategi manajemen krisis yang diterapkan oleh Tupperware Indonesia. Penerapan strategi yang tepat dapat membantu perusahaan tidak hanya untuk mengatasi krisis, tetapi juga untuk memulihkan kepercayaan konsumen dan meningkatkan kinerjanya. Teori Situational Crisis Communication Theory (SCCT) yang dikembangkan oleh Timothy Coombs dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk memahami bagaimana perusahaan dapat melindungi reputasinya selama masa krisis. SCCT mengklasifikasikan berbagai jenis krisis berdasarkan atribusi tanggung jawab, yang memengaruhi cara perusahaan berkomunikasi dengan pemangku kepentingan (Anggraeni & Aqilah, 2024).

Selain itu, penting untuk dicatat bahwa tantangan yang dihadapi PT. Tupperware Indonesia juga mencerminkan perubahan yang lebih luas dalam industri ritel dan konsumer. Masyarakat kini lebih sadar akan isu keberlanjutan dan dampak lingkungan dari produk yang mereka konsumsi. Kenaikan kesadaran ini mendorong konsumen untuk mencari produk yang tidak hanya fungsional tetapi juga ramah lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan harus beradaptasi dengan tren ini untuk tetap relevan di pasar yang semakin kompetitif.

Faktor-faktor ini menuntut Tupperware untuk berinovasi tidak hanya dalam produk tetapi juga dalam strategi pemasaran dan cara berinteraksi dengan konsumen. Dengan memanfaatkan teknologi digital dan platform online, Tupperware dapat menjangkau konsumen yang lebih luas dan memenuhi kebutuhan yang terus berkembang. Namun, langkah ini juga memerlukan perencanaan yang matang dan pemahaman yang mendalam tentang perilaku konsumen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun