Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 52: Mahapatih Gajah Mada Mendesis

12 Desember 2012   03:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:48 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_228997" align="aligncenter" width="300" caption="Mahapatih Gajah Mada (foto: blogger.com)"][/caption] Paseban Utama.

Yang Mulia Mahapatih Gajah Mada duduk dengan angkuh di satu-satunya kursi berukir yang ada di ruangan itu. Di depannya duduk bersila penuh hormat para senopati dan para pemimpin pasukan. Wajah para senopati  terlihat lelah, sebagian nampak memucat menahan sakit. Namun di depan Sang Mahapatih, mereka berusaha tetap terlihat bersemangat.

"Kalian telah melakukan tugas dengan sempurna," suara Sang Mahapatih terdengar bergemuruh. "Kalian berjasa besar pada kebesaran Wilwatikta. Apa yang kalian lakukan tadi akan dikenang anak cucu kita sampai ratusan tahun mendatang...."

Sang mahapatih menarik nafas. Perlahan mengusap wajahnya. "Akhirnya, walau dengan sedikit tipu muslihat, kita berhasil mencabut duri yang selama ini membuat Wilwatikta tidak tenang. Kita berhasil mencabut gangguan yang selama ini membuat Majapahit tidak nyaman. Kita berhasil menghabisi kekuatan utama Kerajaan Sunda Galuh."

Mahapatih mengedarkan pandangannya, dan berujar lambat. kata demi kata. "Akhirnya, Jawadwipa benar-benar ada di bawah kekuasaan panji Wilwatikta Yang Agung..."

Mahapatih kembali mengusap wajahnya yang berpeluh. "Jadi, semua anggota pasukan Sunda Galuh tewas. Bukan begitu?"

Senopati Kebo Branjang melakukan gerakan menyembah dan menjawab," Benar paduka. Semua pasukan Sunda Galuh tewas. Termasuk Mangkubumi Hyang Bunisora, Baginda Maharaja Lingga Bhuwana dan sang putri  Dyah Pitaloka Citraresmi. Seluruhnya ada 134 jasad..."

Mahapatih mengangguk puas.

"Maaf, yang Mulia Mahapatih, ijinkan hamba bicara..." Yang bersuara adalah Senopati Gagak Nglukar. Melihat Mahapatih mengangguk, Senopati Gagak Nglukar menoleh ke Senopati Kebo Branjang. "Maaf, senopati, tadi Anda mengatakan ada 134 jasad?

Senopati Kebo Branjang mengangguk. "Betul, ada 134 jasad. Ada apa?" Melihat raut wajah Senopati Gagak Nglukar, entah kenapa hati Kebo Branjang merasa tidak enak. Gagak Nglukar adalaah senopati yang membawahi pasukan telik sandi, yang mengamati kedatangan pasukan Sunda Galuh sejak awal.

Gagak Nglukar terbatuk pelan. "Mmm... Begini. Beberapa saat setelah pasukan Sunda Galuh memasuki wilayah Wilwatikta, anggota telik sandi telah memberikan sejumlah informasi. Termasuk berapa jumlah mereka. Dan pasukan Sunda Galuh seluruhnya berjumlah 135 orang...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun