Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 11: Bidadari Malam Menunggang Kegelapan

19 November 2011   08:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:28 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Kita kembali ke pondok. Sekarang!!!”

“Sekarang? Ini sudah senja. Sebentar lagi malam hari…”

“Kalau begitu kita harus bergegas. Ayo!!!”

Tanpa menanti jawaban, perempuan itu, Puteri Harum Hutan, melangkah cepat ke pintu gerbang. Begitu meninggalkan Trowulan, dia memberi isyarat. Dan dalam sekejap keempat perempuan itu melayang. Bagai bidadari malam yang menunggang kegelapan.

Di dalam pasar Trowulan, Pendekar Mata Naga meletakkan kayu cendana yang sejak tadi dipegang. Sejak awal dia memang tak bermaksud membeli kayu cendana. Matanya menatap pintu gerbang, mengawasi senja yang mulai berganti malam.

Sepuluh tombak di sampingnya, Pendekar Codet mengelus rambutnya. Dia juga menatap pintu gerbang, mengawasi senja yang berganti malam.

Di dekat pintu gerbang, Pendekar Harimau Hitam berdiri diam. Dia juga mengawasi senja yang berganti malam.

Di atas pohon Beringin tepat di dekat pintu gerbang, Sancaka, orang keenam dari Bhayangkara Biru menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dari mulutnya terdengar suara aneh.

“Kuurrr… Kurrrr… Kurrrr”

Sekitar seratus tombak dari Sancaka, seorang lelaki mencelupkan anak panah ke obor yang menyala. Dia menarik panahnya. Anak panah berapi meluncur ke angkasa.

Dia kemudian meniup obor dan melemparkannya.

Obor itu jatuh di dekat bangkai seekor burung.

Burung berwarna putih.

Burung merpati milik Pendekar Padi Emas…. (bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun