Udara panas menghantam dada Kiran. Dia masih tak bergerak. Serangan semacam ini, bisa ditangkal dengan menarik nafas dalam saja.
Mohiyang bergerak lagi. Kiran memahami, semakin sering Mohiyang mengeluarkan berbagai jurus, racun itu akan dengan sendirinya mengalir keluar melalui pori- pori. Maka dia masih diam menanti.
Deg.
Sekali lagi serangan udara panas menghantam. Kali ini tepat di tengah dahi.
Kiran memusatkan pikiran. Mengumpulkan tenaga untuk melawan rasa panas di dahi itu. Cahaya berwarna ungu berpendaran ketika Kiran melawan rasa itu.
Mohiyang bergerak makin cepat, dan makin kuat. Dan tiba- tiba dia berguling mendekat.
Kiran membungkuk. Dia tahu, saat itu akan makin dekat. Dia, atau Mohiyanglah yang akan harus mewariskan ilmu mereka pada yang lain jika salah satu dari mereka kalah. Kiran menarik sebuah selendang dari pinggangnya. Selendang berwarna pelangi.
Dia siap menghadapi Mohiyang sekarang....
(bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI