Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Darah di Wilwatikta Eps 56: Mengobati Racun Jiwa

23 Maret 2014   17:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_327951" align="aligncenter" width="288" caption="Gambar: s709.photobucket.com"]

13955441301242899337
13955441301242899337
[/caption]

Senja itu, upayanya membuahkan hasil.

Mohiyang Kalakuthana membuka matanya. Seperti setengah bermimpi, dia memandangi Kiran yang masih terus menggerak- gerakkan tangannya untuk mengobati.

Mohiyang menatap Kiran, yang memahami apa arti tatapan nenek tua itu.

" Susmaha Halayang, " Kiran berkata singkat, memberitahu Mohiyang bahwa sang nenek terkena racun jenis itu.

Mohiyang memejamkan mata sejenak, seperti menghimpun kekuatan. Lalu...

" Bantu aku bangun, cah ayu... " kata Mohiyang.

Kiran berhenti mengobati untuk membantu Mohiyang Kalakuthana duduk. Diambilnya segelas air dari kendi di sudut pondok itu, diminumkannya perlahan pada Mohiyang Kalakuthana.

Mohiyang berusaha berdiri. Kiran tak mencegahnya. Dia sudah tahu, apa yang akan terjadi saat ini. Racun Susmana Halayang hanya akan bisa dipulihkan sepenuhnya jika orang yang terkena racun itu berlaga. Bukan menang atau kalah tujuannya, sebab menang atau kalah, racun itu tetap akan mengalir keluar. Tapi taruhannya memang tetap besar: siapa yang kalah akan harus mewariskan semua ilmu yang dimiliki pada pihak yang menang. Jika tidak, dia akan mati dengan tubuh terbakar.

Dan karena hanya ada mereka berdua disana, tak ada pilihan, mereka berdualah yang harus berlaga.

Kiran sungguh tidak tega. Dia ingin menunda saat itu, menanti hingga Mohiyang Kalakuthana lebih kuat lagi. Dia tak ingin berlaga ketika nenek itu dalam keadaan lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun