Puluhan ribu tombak di arah selatan, Dhanapati juga duduk bersila. Dia berusaha keras menormalkan debar di dada. Wajahnya terasa panas. Nafasnya sesak. Pemandangan itu, pemandangan Kaleena yang sedang mandi masih memenuhi benaknya. Dan itu membuatnya berdebar. Terengah.
Ah, kenapa dengan dirinya? Dhanapati menggelengkan kepala. Dia sudah tiga hari bersama Kaleena. Dan semakin lama dia merasa semakin aneh. Dia kerap diselimuti perasaan yang membuatnya merasa tidak nyaman. Dia, kini mudah sekali terangsang. Dan perasaan itu tak jua hilang kendati sudah berusaha bersemedi.
Apakah ini karena Kramca Dirva (Pohon Surga) yang dimakannya beberapa hari lalu? Kramca Dirva adalah pohon aneh yang biasa digunakan para Sulthan di Bharat (India) dan Kaisar di Tionggoan ketika akan bercengkerama dengan para selir. Kramca Dirva akan memungkinkan para sultan dan kaisar itu bermesraan dengan belasan selir, dan tetap bisa memberikan kepuasan.
Apakah hasrat aneh yang kerap muncul disebabkan oleh pengaruh Kramca Dirva yang dimakannya? Dhanapati bergidik.
“Dhanapati... “ Terdengar jeritan lirih. Samar. Kaleena.
Dhanapati memejamkan mata. Mencoba membuat teliganya tuli. Dia tak tahu kenapa perempuan itu memanggilnya. Namun dia tahu, panggilan itu harus diacuhkan. Perempuan itu sedang mandi. Dan...
“Auu.., Dhanapati. Tolong...” Kembali terdengar jeritan. Kali ini lebih keras. Jeritan yang membayangkan ketakutan!!
Dhanapati melompat ke arah danau kecil tempat Kaleena mandi. Dan dia tertegun. Dia melihat gadis itu sedang bergelut di dalam air. Tubuh perempuan itu dilingkari sesuatu yang bergerak-gerak. Ular!!
Di sekitar Kaleena, nampak belasan, atau bahkan puluhan ular yang berenang, dan semuanya mengarah kepadanya.
“Dhanapati.... Aduhhhh!!”
Kaleena terlihat menggerakkan kedua tangannya. Air tersibak oleh kekuatan dahsyat. Sejumlah ular terlempar. Namun yang lain kembali berenang kearahnya