Dari kelima siswa tersebut, ada yang menjawab bahwa mereka ditanyakan kabarnya apakah sedang sehat-sehat saja, ditanyakan kabar tentang orang tuanya, ada yang disuruh singgah sebentar, dan ada pula yang didoakan agar semakin pintar.
Alhasil, ketika saya tanyakan kembali alasan kenapa perilaku rendah hati kepada orang yang lebih tua itu penting?, beberapa dari mereka menjawab; "Karena kalo berperilaku rendah hati, kito jadi didoakan samo jemo, Pak!". (jemo=orang)
Yeay, saya pun jadi senang karena siswa sudah menyelesaikan permasalahan mereka terkait perilaku rendah hati sekaligus mampu memaknai pengalaman mereka sendiri di lapangan.
Dari secarik kisah ini, agaknya kita bisa menyimpulkan dua gagasan penting supaya pembelajaran di sekolah efektif, bermakna, serta memperluas insight siswa.
Pertama; jika ruang di kelas dirasa sempit untuk siswa mengenal dunia, maka kita perlu memasukkan dunia ke dalam kelas dengan cara menyajikan fenomena-fenomena yang dekat dengan mereka.
Kedua; jika suasana kelas tidak memungkinkan untuk memasukkan dunia, maka sudah saatnya guru mengajak siswa keluar kelas untuk melihat dunia dan seperangkat fenomenanya.
Jika salah satu dari kedua gagasan di atas tidak dicoba, maka seringkali kita para guru bakal menjumpai pembelajaran yang berbasis problem namun minim solving.
Oke deh, itu saja secarik kisah seru yang bisa saya sajikan pada tulisan ini. Mungkin teman-teman Kompasianer punya cerita serupa yang juga berkesan?
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H