Sungguh meng-sedih, kan? Padahal pelaksanaan maupun simulasi AKM membutuhkan akses internet.
Tak hilang akal, akhirnya kami pun memutuskan untuk melatih anak-anak kelas 5 dengan cara menumpang di teras rumah warga yang letaknya tepat di pinggir jalan. Di sana datarannya sedikit lebih tinggi dan ketersediaan sinyal internet menjadi sedikit lebih baik.
Sembari melihat sang warga yang menjemur kopi basah, kami pun menyusun Chromebook dengan rapi, bahkan untuk tempat duduk pun masih meminjam dengan warga. Hehe. Beruntunglah penduduk di sekitar sekolah mau memfasilitasi kegiatan belajar anak.
Di hari pertama, tepatnya Selasa kemarin, anak-anak pun diminta secara bergantian belajar mengetik, mengisi biodata, serta menjawab maksimal 5 soal AKM bagian literasi. Karena Chromebook yang tersedia cuma 3, maka kami aturlah sampai 5 sesi sampailah tengah hari.
Ketika melihat anak-anak yang bergetar jarinya menyentuh touchpad dan menggerakkan kursor, aku pun merasa sedih sekaligus senang. Sedih karena menatap ketertinggalan, tapi ikut bahagia karena siswa/siswi kelas V ini sangat bahagia memainkan "mainan baru".
Dari mana kami bisa mendapatkan sinyal internet? Mau tidak mau, aku terpaksa harus menggantungkan smartphone-ku di pagar besi pinggir jalan seraya mengaktifkan hotspot. Meskipun kecepatan akses tidak begitu stabil dan sinyal sering kali hilang timbul, tapi dengan kesabaran dan senyum, semua siswa kelas V pun akhirnya sukses melaksanakan simulasi AKM bab Literasi.
Adapun pada hari kedua dan ketiga, kami pun masih menumpang latihan ANBK di rumah warga.
Berbeda dengan hari pertama, pada hari kedua hinggalah tadi siang anak-anak sudah lebih lancar mengoperasikan Chromebook dan mengisi soal AKM Literasi plus Numerasi hingga selesai secara mandiri.
Mereka tampaknya sudah lebih bahagia dan sama sekali tidak takut untuk menghadapi ANBK yang sesungguhnya. Beberapa dari siswa pun sempat bertanya kepadaku tentang bagaimana caranya mereka berangkat ke lokasi Asesmen.
"Pak, cekmano kito berangkat ANBK Pak. Kami bawak nasi dak?"