Rumusnya seperti ini:
Semakin lama guru berada di kelas, semakin sadarlah dirinya bahwa waktu instruksi berharga telah hilang.
Semakin lama pelajaran berlangsung, semakin sulit bagi guru untuk menilai dengan tepat berapa waktu yang diperlukan siswa untuk merengkuh makna dari materi ajar.
Jika kita kembali menatap usia siswa SD, rumus tersebut menjadi masuk akal, kan?
Bahkan, mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi pun hanya memiliki rentang perhatian dengan rata-rata 10 menit.
Bayangkan, orang dewasa saja perhatiannya hanya 10 menit!
Baiklah. Sekarang kita lirik berapa lama kemampuan seorang siswa untuk tetap berkonsentrasi dalam belajar. Silakan perhatikan infografis berikut:
Siswa SD berumur 12 tahun konsentrasi belajarnya hanya 24-36 menit saja? Wah, beruntungnya mereka para guru SD yang mengajar di jam pertama, ya.
Syahdan, bagaimana bila jika guru SD yang mengajar di jam terakhir ingin menerbitkan critical thinking?
Aku rasa, guru yang mengajar di jam berikutnya harus sering-sering menyelipkan ice breaking. Kalau enggak begitu, ya, siswa enggak bakal konsentrasi lagi. Pikiran mereka sudah buyar melanglang-buana entah ke mana. Hemm.
Jadi, inti dari pembahasan ini, makin singkat durasi belajar siswa SD, maka makin mudah tugas guru dalam menuangkan instruksi dan materi ajar, kan?
Sip, noted!Â
Berbahagialah kita para guru SD. Ternyata singkatnya waktu mengajar di Sekolah Dasar enggak hanya menguntungkan guru saja, melainkan juga para siswanya.