Namun, sejatinya aku tidak begitu tertarik untuk membahas pro-kontra yang tersiar di jagat dunia para pegawai. Soalnya begini; keluhan, omelan, hingga harapan terkait penghasilan seorang pegawai sudah menjadi kisah rutin di setiap akhir bulan, triwulan, hingga seusai lebaran.
Atas fenomena tersebut, tidak jarang lingkungan kerja ASN jadi toksik alias beracun. Sedihnya, racun yang aku maksud tidak pandang bulu hingga menyakiti hati sesama rekan kerja yang masih berstatus honorer maupun kontrak.
Selama nyemplung selama 4 tahun di ruang kerja bersama para pegawai pelaksana kebijakan pemerintah, kerap kali aku miris hati dengan pernyataan seperti berikut:
"Sudah cair ya sertifikasi? Aih, meskipun sertifikasi cair juga, aku belum bisa banyak belanja. Sehari sertifikasi cair, esok harinya sudah bakal habis untuk bayar kontrakan anak, uang kuliah anak. Terkadang menabung saja belum bisa lagi."
Jujur saja, aku selalu kaget sekaligus miris ketika ada PNS yang berkata demikian di ruang kerja. Ada dari mereka yang sudah lama bekerja, syahdan golongannya sudah IV/b. Aku hitung-hitung, tidak kurang Rp20 juta gaji sertifikasi pasti ia terima. Itu di luar gaji pokok lho!
Besar, bukan?
Maka dari itu, mengapa kok yang terucap dari mulut bukannya tentang syukur. Atau, kalau memang banyak kebutuhan keluarga, tidak perlulah rasanya diumbar-umbar di ruang kerja. Terlebih lagi di depan rekan PNS yang belum sertifikasi, guru honorer, dan guru kontrak.
Sebagai seorang pendidik yang pernah mengajar sebagai guru honorer, aku secara pribadi merasa bahwa mendapat gaji di atas Rp500ribu/bulan dari mengajar saja senangnya sudah luar biasa. Terlebih lagi jika sudah PNS, kemudian ikut menikmati THR dan gaji ke-13.
Maka dari itulah, aku terkadang jengkel ketika masa pencairan sertifikasi, THR, dan gaji ke-13 tiba. Seakan-akan momen tersebut menghadirkan banyak toksik saja. Ingin kutegur, tapi mereka sudah senior.
Ya sudah, setidaknya aku tidak memulai perbincangan yang menyakitkan hati sebagian rekan kerja semacam itu. Hemm
Sekilas, curhatan di ruang kerja yang melibatkan gaji sertifikasi, THR, dan gaji-13 terdengar biasa saja. Tapi menurutku, lama-kelamaan keluhan atas ketidakcukupan penghasilan yang sebenarnya bisa dicukupkan bakal makin menyempitkan hati.