Bahkan, sampai saat ini masih diikuti dengan tingkat kepercayaan yang juga rendah, meskipun kami selaku alumni sudah memiliki struktrur organisasi yang sah.
Beda kisahnya ketika kami datang mengunjungi teman dari rumah ke rumah.
Dengan bertamu, percakapan cenderung lebih terbuka, dan rasa penasaran calon donatur langsung terjawab karena mereka bakal bertanya tentang bagaimana sistem penyaluran, siapa yang bertanggungjawab, serta siapa-siapa saja sasaran donasi.
Tahun demi tahun silih berganti, gaya konvensional berupa kegiatan jemput donasi ini masih kami lakukan karena dari sanalah kepercayaan sekaligus jumlah donasinya meningkat.
Lebih dari itu, pada puncak kegiatan donasi, tidak sedikit dari rekan kami yang ikut menyumbangkan tenaga untuk menyalurkan donasi, serta meminjamkan kendaraan untuk kemudahan distribusi.
Pakai ongkos? O, jelas tidak. Bahkan tidak pernah terbesit di alam pikir kami untuk menganggarkannya.
Maka dari itulah, sampai saat ini kami masih beranggapan bahwa membayar zakat dan berdonasi ala konvensional masih lebih efektif dibandingkan membayarnya via online.
Bukan semata-mata betah dengan gaya konvensional, sejatinya gaya lama ini membuka peluang pahala yang lebih besar terutama dari sisi tenaga dan kepedulian untuk sama-sama membantu dengan apa yang diri ini punya.
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI