Di sinilah ada mindset nyali dalam beribadah yang agak timpang. Perjuangan beribadah kepada Allah tidaklah dimaknai sesempit dan senekat itu.
Sebagaimana dulu ada wabah Tha'un di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, umat di kala itu diminta untuk tidak bepergian. Berbarengan dengannya, dikuatkan pula dengan hadis Nabi "Tidak boleh berbuat mudharat dan hal yang mendatangkan mudharat".
Artinya, nyali yang berani seraya menganggap covid-19 itu tidak berbahaya adalah nyali yang salah, bukan?
Akhirnya, kembali lagi kepada pelajaran dari burung kolibri bahwasannya mindset nyali dalam beribadah perlu untuk ditata. Burung kolibri dengan berani menyerang musuh yang mengusik itu sejatinya seirama dengan kita yang dengan gagah berani mencegah kekejian dan kemungkaran.
Tidak ada satu ibadah pun yang mengajak para pelakunya untuk mendapat mudharat. Maka dari itulah yang kiranya membahayakan dilarang untuk didekati.
***
Kisah dan perjuangan Ramadan tahun lalu sungguh layak untuk kita "kunjungi". Meski begitu, tidak sedikit pula dari kita yang terlupa terhadap mindset maupun sikap yang sepele. Sepele tapi krusial, dan dalam kelanjutannya bakal mengganggu proses merengkuh takwa.
Beruntung Allah hadirkan burung kolibri yang dengan kecil dan mungilnya mampu mengajak kita untuk belajar dan terbang mundur ke Ramadan tahun lalu. Mundur untuk berbenah, lalu terbang lagi menyongsong takwa. Bismillah.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H