Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Yuk Periksa Diri, Inilah 7 Tipe Hati yang Dapat Melahirkan Niat Baik

17 Januari 2021   20:17 Diperbarui: 17 Januari 2021   20:23 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
7 Tipe Hati yang Dapat Melahirkan Niat Baik. Diolah dari canva

"Hati, jika ia baik maka baik pulalah seluruh jasad, jika ia rusak maka rusak pulalah seluruh jasad." Begitu kutipan hadis riwayat Ash Shahihain alias Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Kalam Nabi tersebut sejatinya seirama dengan hadis tentang amalan yang bergantung dari niatnya.

Terang saja, niat asalnya dari hati. Dengan demikian, jikalau selama ini setumpuk niat yang lahir malah mengajak diri menuju keburukan, maka hatinya perlu diperiksa. Jangan-jangan ada yang error!

Tapi, semoga tidak, ya. Sembari memeriksa hati, sejenak perlu kembali kita kenali 7 tipe hati yang dapat melahirkan niat baik. Ketujuh tipe ini disandarkan dari Al-Qur'an sebagai pedoman hidup manusia.

Dengan mengenali tipe hati yang baik, mudah-mudahan niat kita semakin terarah menuju kebaikan. Mari disimak.

Pertama, Hati yang Muthma'innah (Hati yang Tenang)

Muthma'innah yang seperti apa? Maksud hati yang tenang telah dikemukakan dalam Quran Surah Ar-Ra'd ayat 28:

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."

Pada penutup ayat ada lafaz Tathmainnul Qulub yang berarti hati yang tenteram, hati yang adem, hati yang damai, maupun hati yang tenang.

Dalam konteks perbuatan, hati yang tenang dapat ditunjukkan sekaligus dibuktikan dengan sikap diri yang tenang ketika menghadapi ujian dan cobaan hidup. Hati tidak goyah, karena kegoyahan tersebut dapat ditepis dengan iman, dengan perilaku senantiasa mengingat Allah.

Kedua, Qalbunsalim (Hati yang Selamat)

Penegasan hati yang selamat dapat kita temukan di Quran Surah Asy Syu'ara ayat 89:

"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."

Pada penutup ayat termaktub lafaz biqalbin saliim yang berarti hati yang bersih. Terkait dengan makna bersih maupun selamat ini, Said bin Musayyah menerangkan bahwa hati yang selamat adalah hatinya orang-orang mukmin. Sedangkan hati orang kafir adalah hati yang sakit.

Gagasan tersebut juga seiras dengan pandangan beberapa ulama yang menegaskan bahwa hati yang selamat ibarat sebuah sengatan.

Maksudnya, hati yang selamat bakal merasa tersengat karena takut mendengar siksa dan Azab Allah, juga takut kalau amal, ibadah, serta ampunan tidak diterima oleh Allah.

Ketiga, Hati yang Munibah (Hati yang Bertaubat)

Lafaz munibah dapat kita temukan dalam Quran Surah Qaaf ayat 33:

"(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat."

Pada penutup lafaz ada kalimat biqalbin muniibin yang artinya hati yang bertaubat. Ditegaskan oleh Imam Al-Qurthubi, munibah bermakna "mengharap dengan taat".

Sedangkan Imam Ibnu Qoyyim berpandangan bahwa hati yang munibah adalah diamnya hati karena taat dan cinta kepada Allah.

Tidak ada perbedaan di sini, karena sejatinya makna hati yang bertaubat seirama dengan taubatnya seseorang. Ketika seseorang bertaubat, ketika itu pula dirinya ingin lebih mencintai Allah sembari meninggalkan segenap hawa nafsunya. Alhasil, ada perbaikan hati yang terus diupayakan.

Keempat, Hati yang Wajilah (Hati yang Takut)

Hakikat hati yang takut di sini adalah ketakutan seorang hamba ketika dirinya mengingat segenap dosa dan kesalahan. Kata wajilah dapat kita temukan pada Quran Surah Al-Anfal ayat 2, tepatnya pada kalimat wajilat quluubuhum yang artinya "bergetar hati mereka".

Hati yang bergetar disebabkan oleh takut, dan perasaan takut di sini diharapkan mampu menambah kualitas dan kuantitas iman seorang mukmin.

Imam As-Sa'di menerangkan bahwa takut alias cemas hendaklah dihadirkan ketika seorang hamba ingin berbuat zhalim. Dengan takut kepada Allah, mudah-mudahan niat untuk menzhalimi segera kandas.

Kelima, Hati yang Marbuthah (Hati yang Diikat)

Gagasan singkat, agaknya diksi "diikat" telah mengingatkan kita dengan tali maupun benda lainnya yang digunakan untuk mengikat sesuatu. Nah, ketika hal tersebut dikaitkan dengan hati, maka makna terikat di sini adalah konsisten alias istiqomah.

Lafaz marbuthah dapat kita temukan dalam Quran Surah Al-Anfal ayat 11, yaitu pada kalimat wa liyarbitha 'alaa quluubikum wa yutsabbita bihil aqdaam yang berarti "dan untuk memperkuat hati kamu dan memperteguh dengannya".

Ada dua kata kunci yang kita temukan untuk merajut makna "diikat", yaitu kata memperkuat hati sekaligus memperteguhkan hati. Maka dari itulah, dapat disimpulkan bahwa hati yang diikat adalah hati yang senantiasa kuat serta istiqomah terhadap Allah.

Keenam, Hati yang Mukhbitah (Hati yang Tunduk)

Benar, tunduk itu seirama dengan patuh. Hati yang tunduk adalah hati yang patuh kepada Allah sebagaimana yang ditegaskan dalam Quran Surah Al-Hajj ayat 54:

"Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus."

Pada tengah ayat QS Al-Hajj ayat 54 terdapat kata fatukhbita lahu yang berarti tunduk hati. Mengapa hati tunduk? Karena bersamaan dengannya ada rasa takut (kalau menyimpang dari jalan yang lurus), dan ada pula rasa taat (karena diberikan petunjuk) untuk menjalankan perintah Allah.

Ketujuh, Hati yang Khasyi'ah (Hati yang Tunduk)

Mengapa arti Khasyi'ah malah sama dengan Mukhbitah? Itulah bukti bahwa sesungguhnya Bahasa Arab itu begitu kaya. Sampai-sampai, susah untuk diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Baik Khasyi'ah maupun Mukhbitah memang sama-sama diartikan tunduk, tetapi makna tunduk bagi hati yang Khasyi'ah lebih mengarah kepada siapa yang menundukkan hati. Maksudnya, hati itu tunduk karena ada Allah yang menundukkannya.

Mengapa demikian? Karena hati yang tunduk belum tentu taat. Soalnya, banyak pula hamba yang hatinya tunduk namun masih jauh dari jalan yang lurus (sesat). Maka dari itulah, pada konteks Khasyi'ah, hati yang tunduk diarahkan kepada hati yang patuh terhadap kebenaran.

Lebih lanjut, kita bisa periksa sekaligus baca Quran Surah Al-Hadid ayat 16. Dalam ayat tersebut, kata Khasyi'ah termaktub dalam kata " yang artinya tunduk hati.

Kok mirip dengan makna al-khusyu'? Nah, khusyu' merupakan masdar dari kata khasya'a yang memiliki tiga arti, yaitu tunduk, takut, dan rendah. Jadi, kalau kembali kita kaitkan kepada hati yang tunduk, maka khasyi'ah lebih mengarah kepada hati yang patuh sekaligus lembut.

***

Nah, dari ketujuh tipologi hati di atas, kira-kira sudah adakah beberapa tipe yang nyangkut di hati kita? semoga ada, ya. Dan semoga pula hati ini mampu menerbitkan segunung niat baik serta menepis segenap niat buruk.

Salam.

Sumber:

Al-Quran dan Terjemahannya
Rafia Archanita, Hadis Umum, LP2 STAIN Curup, 2011

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun