Ingin sebenarnya kubuang diary itu. Aku lempar sejauh-jauhnya hingga dirimu lupa dengan kegundahan atas masa lalu.
"Ayo, Abang beli tiketnya, gih! Kita pergi ke Kirkenes."
"Aduh, uang Abang baru cukup untuk menemui orangtuamu lebih dekat, Nok."
"Kalau bulan depan, Bang?"
"Belum cukup juga, Nok."
"Kalau beli dua cincin, Bang?"
"Cukup, Nok."
"Bonus aurora, ya, Bang."
"Siap, Sayang. Eh, Nok."
Maaf ya, Nok. Ketika bersama denganmu aku sering keceplosan. Tidak penting lagi bagiku pengaturan pesan Whatsapp bercentang biru maupun tidak. Yang jelas, aku padamu, Nok.
Kita sudah sejauh ini. Sedangkan dirimu tetap bertahan bersamaku di tengah rintik gerimis. Lagi-lagi aku membayangkan bahwa mendung hari ini akan berganti aurora, Nok. Ah, mungkin pori-pori kulitku terlalu bahagia setelah dekat denganmu, Nok.