Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemerintah Jangan Galau, Guru dan Orangtua adalah Kurikulum yang Sesungguhnya

30 November 2020   20:43 Diperbarui: 30 November 2020   20:57 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurikulum. Ilustrasi Oleh Media Indonesia/Duta

Dan, sekali survei, dapatnya sekolah yang pakai Kurikulum Darurat pula. Coba kalau dikunjungi sekolah yang masih pakai K13 walau di tengah pandemi, barangkali akan berbeda kisahnya.

Lagi-lagi ganti kurikulum implementasinya tak semudah kedipan mata. Melaksanakan Kurikulum 2013 saja sekolah kadang terseok-seok gegara buku dan modul telat sampai, apalagi...

Ah, sudah. Lagian hari ini sekolah-sekolah di penjuru Bumi Pertiwi sudah mulai melaksanakan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil. Sekolah sejenak sudah lupa dengan Kurikulum Darurat yang mungkin saja tidak akan dipakai lagi di bulan Januari 2021.

Sia-sia dong racikan Mas Nadiem dan tim kurikulum? Tidak, sih. Soalnya ada juga sekolah yang mampu menerapkan Kurikulum Darurat.

Sayangnya sekolah 3T tidak. Mengapa tidak? Jangankan mau sosialisasi, mengunduh modul Kurikulum Darurat saja susah. Tapi, ya sudahlah. Saya yakin sekolah 3T tetap semangat. Guru dan orang tua punya kurikulum sendiri, meskipun kurikulum tersebut tak diberi nama.

Pemerintah Jangan Galau, Guru dan Orang Tua adalah Kurikulum yang Sesungguhnya

Bulan kemarin, Peneliti Madya Pusat Penelitian dan Kebijakan Balitbang Kemendikbud, Meni Handayani sempat menuangkan hasil survei Balitbang terhadap 1.202 guru di 50 kabupaten/kota di 15 provinsi terkait penerapan kurikulum darurat dan modul pembelajaran.

Hasilnya, informasi terkait kurikulum darurat ini lebih banyak diketahui di daerah non tertinggal, yakni 72 persen. Sedangkan di daerah tertinggal guru yang mengetahui hanya 52 persen.

Imbasnya, sudah tentu akan banyak kritik bahwa PJJ tidak menghasilkan perkembangan yang signifikan. Yang tersalah? Kemendikbud lagi, dinas pendidikan daerah lagi, hingga kurangnya sosialisasi.

Entah seperti apa nasib dari Kurikulum Darurat ini. Kurikulumnya ada, disusun dengan gesit di tengah badai corona, juga desakan di sana-sini, eh, setelah terbit, ternyata tidak bisa digunakan secara maksimal.

Sedangkan tahun depan? Bau-baunya kurikulum akan ganti lagi. Didesain sebagus mungkin agar semakin bersandar kepada kebutuhan siswa. Padahal kalau dipikir-pikir, percuma saja kalau hanya desain yang bagus, sedangkan implementasinya plintat-plintut.

Tapi tenang. Mungkin dan sebaiknya, pemerintah tak perlu terlalu galau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun