Lebih cepat lebih baik dan lebih muda lebih gesit, agaknya prinsip inilah yang perlu tiap-tiap muslim pegang dalam menumbuhkan cinta Rasul. Kecintaan kepada Rasulullah perlu dimulai sejak dini, karena di usia dini, segenap indra manusia begitu aktif dan mudah menerima respon.
Pada webinar Pola Pertolongan Allah (PPA) yang sempat saya ikuti sebulan yang lalu, diterangkan oleh dr. Ramadhanus bahwa indra pendengaran sudah aktif ketika janin masih berumur 4 bulan.
Bukankah usia 4 bulan alias 120 hari adalah saat-saat ditiupkannya roh? Agaknya, inilah salah satu hubungan mengapa kata "pendengaran" selalu didahulukan dalam Kalam Allah.
Semisal: pada lafadz "waja'ala lakumussam'a wal abshaara wal af-idah" (Bisa ditemukan di Surah An-Nahl ayat 78 maupun Surah Al-Mulk ayat 23)
Kata al-sam'a (indra untuk menangkap suara) didahulukan daripada al-abshar (penglihatan). Berarti, seorang janin sudah mampu "diajar" walau masih berdiam di dalam rahim Bunda, kan?
Begitulah. Dan bahayanya, kalau sudah sejak dalam rahim janin diperdengarkan kata-kata kotor yang bersifat makian, jangan-jangan kata-kata tersebutlah yang akan menjadi kebiasaannya nanti!
Padahal, di saat itulah sebaiknya sahabat selaku calon orang tua menanamkan kecintaan kepada Rasulullah. Caranya? Bisa dengan sering-sering membacakan Qur'an, bershawalat, zikir, hingga mengimplementasikan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Ketika seorang anak sudah lahir juga demikian, amalan-amalan Sunnah Nabi yang seharusnya orang tua perkenalkan kepada anak. Hal ini sesuai dengan tuangan hadis riwayat Ad-Dailami tentang 3 perkara yang perlu dididik.
"Hubbi Nabiyyikum" (Mencintai Nabi), "Wa Hubbi Ahli Baitihi" (Mencintai Keluarga Nabi), "Wa Qiro'atil Qur'ani" (dan Mencintai Qur'an).
Kedua, Sampaikan dengan Adab dan Teladan Secara Kontinu
Dalam mengajar, apapun ilmu (kebaikan) yang disampaikan haruslah mengutamakan adab, begitu pula ketika orang tua ingin menanamkan kecintaan anak kepada Nabi Muhammad SAW.